EpochTimesId – Sebuah lubang seukuran Pulau Maine terbentuk pada lautan es beku di Laut Weddell, Antartika. Para ilmuwan masih kebingungan dan tidak memiliki teori pasti penyebab terbentuknya lubang tersebut.
Lubang ini muncul sejak beberapa bulan yang lalu, ketika es biasanya sangat tebal di Kutub Selatan. Karena lokasinya yang terpencil, para peneliti kebanyakan hanya mengandalkan citra satelit untuk mempelajarinya.
Teori sementara tentang penyebab munculnya lubang diperkirakan berkaitan dengan arus dan aliran air hangat yang naik ke permukaan sehingga mencairkan lapisan es.
“Lapisan es pada bagian selatan samudera Antartika sangat tebal dan berlapis-lapis. Lapisan air yang sangat dingin namun relatif segar. Massa air lebih hangat dan lebih asin, sehingga berperan sebagai lapisan isolasi,” kata kepala Divisi Riset di Geomar Helmholtz Center for Ocean Research Kiel, Mojib Latif.
Dalam keadaan tertentu, air yang lebih hangat bisa menembus air pendingin isolasi dan melelehkan es. Ini adalah sebuah fenomena yang biasanya terjadi secara teratur di sekitar daerah pesisir di Kutub Utara dan Antartika. Namun, fenomena ini biasanya tidak akan terjadi di tengah laut.
“Ini seperti membuka katup pelepas tekanan. Laut kemudian melepaskan surplus panas ke atmosfer selama beberapa musim dingin berturut-turut sampai waduk panas habis,” tambah Latif.
“Air hangat mendingin saat mencapai udara, lalu tenggelam ke dasar dan memanas kembali. Siklus ini bisa diulang selama sisa musim dingin. Begitulah kebiasaanya,” jelas Kent Moore, seorang profesor fisika di University of Toronto, dikutip NTD.TV dari CBC.
Ini adalah kedua kalinya dalam dua tahun munculnya fenomena lubang es yang disebut Polynya. Sebelumnya, fenomena lubang es ini terjadi pada 2016.
Fenomena Polynya tahun ini jauh lebih besar dari tahun lalu. Namun lubang tahun ini masih jauh lebih kecil dari fenomena yang sama pada 1970-an. Waktu itu, lubang es muncul selama tiga musim berturut-turut.
“Yang terbentuk 40 tahun yang lalu sekitar lima kali lebih besar,” kata Torge Martin, seorang ahli meteorologi dan pemodel iklim di Pusat Penelitian Lautan Helmholtz di Kiel, Jerman.
Banyak ilmuwan dan ahli iklim berpikir bahwa, berdasarkan teori perubahan iklim mereka, pembentukan Polynya laut-dalam ini tidak akan terbentuk lagi di Antartika. Karena ada rentang 40 tahun antara terakhir kali hal ini terjadi. Namun, tidak ada pola jelas yang bisa dijadikan pedoman bagi para ilmuwan.
“Dua dari peristiwa yang terjadi dua tahun berturut-turut ini sebenarnya bukan merupakan tren yang cukup lama bagi kita untuk mengatakan bahwa ini adalah hasil pemanasan global,” kata tutup Moore. (CBC/NTD.TV/TheEPochTimes/waa)