EpochTimesId – Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond menolak anggapan bahwa persiapan atau penganggaran keuangan akan memperkuat posisi tawar Inggris dalam bernegosiasi dengan Uni Eropa. Dia mengatakan kepada sebuah komite parlemen bahwa pemerintah Inggris merencanakan semua kemungkinan, namun menolak untuk mengurangi anggaran untuk kesehatan atau pendidikan.
“Ada yang mendesak saya untuk mengeluarkan uang hanya untuk mengirim pesan ke UE untuk menunjukkan keseriusan kita. Saya pikir Uni Eropa tahu bahwa kita sangat serius. Saya tidak mau kita harus menganggarkan sesuatu yang sia-sia, kita harus menunggu hingga semuanya menjadi pasti,” kata Hammond.
Tidak ada uang yang dianggarkan untuk membiayai keluarnya Inggris dari Uni Eropa jika tidak ada kesepakatan yang tercapai hingga batas waktu perundingan.
David Jones, seorang mantan Menteri mengatakan Uni Eropa akan menilai Inggris tidak memiliki uang sehingga tidak akan mau memberikan kesepakatan. Kondisi itu hanya akan membuat situasi negosiasi menjadi makin runyam. Tapi Hammond tetap bersikukuh bahwa dia sama sekali tidak perlu mengalokasikan anggaran.
“Kita memang harus selalu memastikan di setiap hal pada titik terakhir. Kita juga harus memperhatikan pengeluaran rutin yang sudah dianggarkan, kita juga harus siap jika suatu saat tidak ada kesepakatan dengan Uni Eropa,” kata sang Bendahara Negara.
Menteri Hammond dianggap sebagai salah satu menteri paling pro-Uni Eropa. Dia juga dinilai lebih memilih untuk tetap berada di UE. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di antara para Pendukung Brexit, yang menuding Hammond tidak sepenuhnya mendukung agenda pemerintah.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May sendiri kini masih memilih untuk tetap memperjuangkan hasil referendum, keluar dari Uni Eropa. Namun, dia harus bisa meyakinkan masyarakat Inggris dan menyampaikan dengan tegas apakah dia akan memilih untuk tetap tinggal atau membawa negaranya pergi meninggalkan kerajaan ekonomi Uni Eropa.
Baru-baru ini dalam sebuah wawancara di radio LBC dia sekarang akan memilih dalam sebuah referendum, dia dinilai ragu-ragu dan tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan.
“Ya dan saya adalah perdana menteri, yang wajib memastikan untuk memperjuangkan Brexit untuk orang-orang Inggris. Saya terbuka dan jujur ​​dengan Anda. Apa yang telah saya lakukan, saya telah melakukan sebisanya, dan saya sampai pada sebuah keputusan Saya akan tetap melanjutkan apa yang sudah saya lakukan. Tapi kita tidak mengadakan referendum lain dan itu sangat penting,” ujar Theresa.
Anggota Parlemen dari Partai Konservatif, Bernard Jenkin, mendukung Theresa Mey untuk tetap pada hasil jajak pendapat. Salah satu juru kampanye dan pendukung utama brexit itu mengatakan kepada BBC, agar Theresa tidak membawa rakyat Inggris menuju perpecahan. “Dia benar sekali untuk menghindari upaya untuk memecah belah,” komentarnya.
Perdana menteri memang secara normatif masih memilih untuk menjalankan hasil jajak pendapat. Namun, Penasehat Senior PM, Damian Green mengatakan kepada BBC Newsnight bahwa dia yakin, akan lebih baik bagi Inggris jika memilih untuk tetap tinggal di UE.
“Tidak ada yang berjuang lebih keras dari saya untuk tetap tinggal. Saya tidak membantah pandangan saya,” ujarnya.
Namun, Green menegaskan bahwa dia masih yakin dirinya bisa mebjalankan tugas untuk memperjuangkan keinginan masyarakat. “Publik mengambil pandangan mereka, saya seorang demokrat. Saya percaya bahwa jika rakyat mengatakan sesuatu, maka ini adalah tugas politisi demokratis untuk melakukan yang terbaik guna mewujudkan apa yang diinginkan oleh mayoritas rakyat.” (waa)