Epochtimes.id– Saat Anda membaca ini, ribuan anak-anak ditinggalkan dan dianiaya di seluruh dunia.
Anak-anak ini, yang diberi anugerah hidup yang indah oleh Sang Pencipta kini terpaksa tinggal di lingkungan yang tidak aman.
Hingga kini sekitar 12.000 pengungsi Rohingya, per minggu melarikan diri dari kekerasan yang mereka hadapi di Myanmar.
Kelompok lain banyak dimanfaatkan oleh militan dalam pertempuran. Gadis-gadis muda dirampas dari keluarga mereka. Orang tua terbunuh. Saudara kandung diculik.
Tanpa tempat berlindung dan makanan, jutaan orang menjalani hidup mereka dengan risiko.
Banyak anak-anak yang diminta untuk menceritakan kisah bahwa mereka ditikam oleh penduduk setempat, menghadapi pemukulan polisi, terlibat pertarungan di antara pencari suaka dewasa.
Atas tragedi ini Badan urusan anak-anak PBB, UNICEF mengungkap kisah bocah 12 tahun yang dialami oleh Muhammad.
UNICEF mengajak untuk membantu anak-anak seperti Mohammed serta Mohammed-Mohammed lainnya.
Lembaga ini mengingatkan masa depan 300.000 anak-anak Rohingya dalam bahaya.
Program Perserikatan Bangsa-Bangsa UNICEF telah menceritakan kisah-kisah yang meluluhkan hati ini.
Atas tragedi ini, pemerintah Amerika Serikat melalui Menlu Amerika Serikat, Tillerson secara resmi mengatakan meminta tentara Myanmar bertanggung jawab atas krisis pengungsi Rohingya.
Melansir dari India Times, pernyataan ini mengarah kepada pertanggungjawaban pimpinan militer, menyimpulkan perbedaan dengan pemerintah sipil dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Amerika Serikat pada Selasa (24/10/2017) mengumumkan telah memulai tindakan terhadap kepemimpinan militer Myanmar yang terlibat dalam kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Tragedi ini memicu krisis kemanusiaan yang parah di Bangladesh.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert mengatakan AS sedang berkonsultasi dengan teman dan sekutu mengenai opsi pertanggungjawaban. AS akan terus mendukung transisi Myanmar menuju demokrasi, serta upaya untuk menyelesaikan krisis saat ini di Negara Bagian Rakhine. (asr)
Alone.
Exhausted.
Wounded.12-year-old Mohammed, a Rohingya refugee, must now fend for himself.#ChildrenUprooted #ChildrenUnderAttack pic.twitter.com/cAB1bg8Gjd
— UNICEF (@UNICEF) 14 Oktober 2017