Orang-orang Kristen di sebuah wilayah di Tiongkok dilaporkan telah dipaksa untuk menghapus gambar Yesus, Injil dan hiasan keagamaan lainnya dari rumah mereka.
Sebagai gantinya, potret Presiden Tiongkok, Xi Jinping, digantung di tempat umum dan keluarga setempat.
Tindakan yang direncanakan tersebut rupanya telah menjadi merek sebagai kampanye anti-kemiskinan yang diluncurkan oleh para pemimpin Komunis, di Propinsi Jiangxi untuk membantu warga memperbaiki situasi keuangan mereka, menurut berbagai laporan dari Tiongkok.
Seorang pastor mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa kegiatan bantuan kemiskinan semacam itu terlihat di wilayah Yugian, Propinsi Jiangxi, yang memiliki komunitas Kristen yang besar.
Orang-orang Kristen di kota Huangjinbu diperintahkan untuk menghapus gambar Yesus Kristus, salib Kristen dan barang-barang Kristen lainnya saat pemerintah daerah meluncurkan kampanye tersebut yang dimaksudkan untuk menangani masalah kemiskinan.
Berita tersebut pertama kali dilaporkan di akun resmi Wechat kota tersebut di sebuah artikel propaganda. Artikel tersebut menulis bahwa orang-orang Kristen di daerah tersebut telah mengganti barang-barang religius dengan potret presiden Xi Jinping.
Pos tersebut, yang pertama kali muncul pada 11 November, telah dihapus oleh pemerintah Huangjinbu dari akun mereka, yang disebut ‘Window of Huangjinbu’.
Menurut sebuah screen shot, artikel tersebut mengklaim bahwa 624 item religius telah diturunkan dan 453 potret Xi Jinping telah disiapkan.
Pastor Huang mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia bahwa bantuan kemiskinan adalah tipuan.
“Pejabat tersebut menyuruh orang untuk tidak percaya kepada Yesus dan menyuruh mereka untuk belajar dari presiden Xi dan mengambil Xi sebagai panutan,” katanya.
Pendeta Huang melanjutkan, “Xi menyebutkan untuk memasukkan lebih banyak karakteristik Tiongkok ke dalam agama Kristen dan itu tidak berbeda dalam membawa revolusi budaya lain.”
Pendeta Amerika-Tionghoa, Liu Yi, mengatakan kepada wartawan bahwa partai komunis itu takut pada aktivitas terorganisir dari Barat, dan agama barat seperti agama Kristen adalah salah satu ancaman.
Pastor Liu menambahkan, “Saya memperhatikan bahwa beberapa kelompok agama Kristen di Tiongkok menyebarkan lagu-lagu dengan unsur komunisme di antara para umatnya.”
Kabupaten Yugan di Provinsi Jiangxi memiliki populasi satu juta orang.
Sekitar sepersepuluh dari populasi, sekitar 100.000 orang, mengikuti agama Kristen, menurut Fuyin Times.
Berita tersebut muncul setelah pihak berwenang di Tiongkok memerintahkan anak-anak untuk tidak mengikuti kelompok agama.
Larangan tersebut, yang dilaporkan pada bulan Agustus, juga melarang anak-anak menghadiri khotbah keagamaan dan kegiatan lainnya di beberapa propinsi di seluruh negeri.
Amnesty International mengatakan bahwa larangan tersebut mencerminkan pengetatan kontrol agama, khususnya Islam dan Kekristenan, di bawah Presiden Xi Jinping.
Dalam sebuah wawancara sebelumnya, William Nee, seorang peneliti dari Amnesty International, mengatakan, “Tiongkok berada di tengah kebangkitan religius dan pemerintah saat ini tampaknya khawatir bahwa agama dapat menjadi jalan tembus dimana nilai-nilai asing dapat “menembus” ke Tiongkok dan pada akhirnya mempengaruhi stabilitas politik.” (DailyMail/ran)