Epidemik Crystal Methamphetamine Buatan Korea Utara

Oleh Matthew Little

Rezim sosialis Korea Utara menggunakan beberapa cara untuk meraup uang yang sangat dibutuhkannya dengan menjual Crystal Methamphetamine – sebuah perdagangan obat bius dengan sanksi pemerintah yang telah meninggalkan jejaknya di negara tersebut.

Produksi narkoba oleh rezim tersebut sangat produktif dan terdokumentasi dengan baik. Korut menjadikan Crystal Meth sebagai pilihan obat untuk ekspor setelah kesulitan memproduksi bunga Poppy sebagai heroin menjadikan perdagangan yang tak menguntungkan.

Bermodalkan bahan kimia murah dari Tiongkok, rezim tersebut dapat dengan andal memproduksi methamphetamine dalam jumlah banyak.

Hal itu juga bisa dilakukan dengan kualitas yang membuat pengguna narkoba ‘memanjat dinding,’ dengan kemurnian hingga 99 persen. Ini dibeberkan menurut sebuah dakwaan 2013 oleh Drug Enforcement Agency (DEA) diajukan terhadap pemasok.

Sehubungan dengan metamfetamin yang diproduksi di bawah Rezim Korea Utara, sumber rahasia kepada DEA mengatakan, “Orang-orang di New York, mereka menjadi gila … tempat-tempat yang kami tempatkan di Amerika Serikat, New York … Boston, semua tempat ini, maksud saya, Mereka menjadi gila. ”

Banyak yang korban akibat pembuatan methamphetamine di Korea Utara, yang paling sering terkena dampaknya adalah orang Korea Utara sendiri. Yang kedua adalah warga Tiongkok di Provinsi Liaoning, yang berbatasan dengan Korea Utara dan bertindak sebagai saluran utama untuk ekspor obat-obatan Korea Utara.

“Berbeda dengan sebagian besar wilayah di Tiongkok, penyalahgunaan obat di wilayah ini sangat banyak adalah Crystal Methamphetamine,” bunyi catat laporan Strategi Pengamanan Narkotika Internasional WHO tahun 1992.

Menurut pembelot dan laporan media dari Tiongkok dan Rusia, pada 2016, masalah tersebut memburuk .

Sebuah screenshot dari Polisi Tiongkok menunjukkan bahwa polisi bersenjata menyita obat-obatan terlarang di desa Boshe, Lufeng City di Provinsi Guangdong pada 29 Desember. (Screenshot / cpd.com.cn)

“Menurut sumber ini, produksi dan konsumsi metamfetamin tampaknya telah berkembang pesat di Korea Utara selama beberapa dekade terakhir. Meningkatnya ketersediaan obat tersebut juga memicu penyelundupan obat-obatan terlarang ke Tiongkok dan negara-negara lain,” catatan laporan 2016.

Tapi ada perubahan jenis narkoba hari ini dibandingkan satu dekade yang lalu. Dulu, serangan obat-obatan dari Korea Utara dicegat secara rutin dalam perjalanan ke Jepang atau ke negara-negara yang memiliki hubungan baik dengan pihak berwenang Korea Utara. Kini perdagangan obat bius bergerak lebih bebas.

“Informasi terbaik yang tersedia menunjukkan bahwa kebanyakan produksi metamfetamin sekarang dilakukan di laboratorium kecil yang dioperasikan oleh pengusaha kriminal yang tampaknya beroperasi secara independen dari negara bagian,” demikian laporan 2016.

Tapi yang dikelola negara atau tidak, menurut banyak sumber jenis meth crystal adalah epidemi di Korea Utara.

crystal meth yang disita ditampilkan kepada wartawan saat konferensi pers di markas besar polisi federal Jerman di Wiesbaden, Jerman barat, pada 13 November 2014. Korea Utara adalah pengekspor kristal utama global. (Daniel Roland / AFP / Getty Images)

Biro Narkotika Internasional Amerika Serikat melaporkan bahwa penggunaan meth crystal tersebar luas, terlepas dari semua kelas. Semua orang, dari pelajar hingga pekerja, hingga masyarakat kelas atas menggunakan obat tersebut.

Menurut seorang peneliti dari Pusat Database untuk HAM Korea Utara, Lee Kwan-hyung mengatakan hingga 30 persen warga Korea Utara menggunakan narkoba.

Lee mensurvei pembelot Korea Utara yang pergi setelah tahun 2010 dan menemukan prevalensi penggunaan narkoba yang mengejutkan. Satu pembelot mengatakan bahwa obat tersebut lebih lumrah daripada beras.

Crystal meth adalah salah satu obat paling adiktif di dunia. Namun bagi Korea Utara hal itu tidak dianggap sebagai ancaman utama.

Sebuah titik pemeriksaan militer Korea Utara terlihat dari sebuah pos pengamatan di Panmunjom, Korea Selatan, pada 28 September 2017. (Chung Sung-Jun / Getty Images)

“Ini tidak diperlakukan sebagai penyalahgunaan serius, dan bahkan dapat diresepkan sebagai obat-obatan,” kata associate profesor University of Technology Sydney Bronwen Dalton kepada nine.com.au.

Obat tersebut memberi pengguna energi dan kewaspadaan. Efeknya dapat membantu mereka mengabaikan rasa sakit, dan memberikan rezim Kim jalan lain untuk menjaga kendali Korea Utara. (asr)

Sumber : The Epochtimes