Kru Awak Pesawat Mengaku Melihat Saat Rudal Balistik Korut Melesat di Udara

Epochtimes.id- Seorang awak pesawat Cathay Pacific mengaku melihat saat-saat detik terakhir peluncuran rudal balistik Korea Utara minggu lalu.

Korea Utara meluncurkan rudal tersebut pada Rabu dini (29/11/2017) saat penerbangan maskapai yang berbasis di Hong Kong itu melintasi Pasifik dari San Francisco ke Hong Kong.

Setelah rudal mencapai puncaknya sekitar 2.780 mil (4.475 km) di atas Bumi – sepuluh kali lebih tinggi daripada Stasiun Luar Angkasa Internasional – rudal tersebut jatuh dengan kobaran api.

Laporan ini disampaikan oleh Eksekutif senior Cathay Pacific sebagaimana diamati oleh awak pesawat seperti dilansir South China Morning Post.

“Hari ini awak kapal CX893 melaporkan, ‘Kita menyaksikan ledakan rudal DPRK dan berantakan di dekat lokasi kita saat ini,” kata Manager Operasi Cathay Pacific Mark Hoey dalam sebuah pesan di sebuah platform komunikasi perusahaan.

Sebuah pesawat penumpang Cathay Pacific turun sebelum mendarat di bandara internasional Hong Kong pada 16 Agustus 2017. Awak penerbangan pesawat 28 November yang terbang di dekat Jepang dalam perjalanan ke Hong Kong mengatakan bahwa pihaknya mengamati peluru kendali Korea Utara hancur. (ANTHONY WALLACE / AFP / Getty Images)

Hoey mengatakan awak pesawat telah menyampaikan kepada ATC (Air Traffic Control) bahwa operasional penerbangan berlangsung normal.

Cathay Pacific tidak membalas permintaan komentar tentang waktu disampaikannya pesan ini. Namun dalam sebuah tanggapan yang dikirim sebelumnya ke media lain, maskapai tersebut mengonfirmasi insiden tersebut dan menanggapi ancaman potensial sebagai dampak uji coba rudal Korea Utara.

“Saat ini, tidak ada yang mengubah rute atau parameter operasi apa pun,” kata maskapai tersebut dalam sebuah pernyataan kepada The Associated Press.

“Kami tetap waspada dan mengkaji situasi saat ini yang terus berkembang,” tambahnya.

Dikarenakan Korut tak pernah mengumumkan jadwal peluncuran rudal, ada kemungkinan rudal Korea Utara bisa menabrak pesawat yang melintasi wilayah udara di dekat lokasi peluncuran.

Peluncuran rudal terakhir Korea Utara menandai perkembangan pesat dalam program rudal balistik negara komunis tersebut.


Rudal balistik antarbenua Hwasong-15 yang baru lebih besar dan lebih bertenaga daripada rudal sebelumnya. Rudal Korut ini dapat diyakni membawa hulu ledak nuklir.

Namun para analis mencatat bahwa rudal itu memerlukan wahana agar masuk kembali ke atmsofir yang bisa menahan panas dan tekanan turunan untuk menghasilkan hulu ledak nuklir yang utuh jika mendarat.

Kru pesawat menyebutkan rudal hancur saat masuk ke atmosfir menunjukkan bahwa program senjata nuklir rezim tersebut masih belum mengembangkan wahana tersebut. Meski rezim Korut mengklaim telah menyelesaikan “kekuatan nuklir negara bagiannya.”

“Dengan sistem ini, DPRK telah memiliki sistem persenjataan roket balistik antar benua tipe baru lainnya yang mampu membawa hulu ledak nuklir super berat dan menyerang seluruh daratan AS,” lapor KCNA negara bagian Korea Utara pada Nov 29.

Sementara sedikit yang percaya bahwa program rezim tersebut sempurna. Namun demikian ancaman yang ditimbulkan oleh rudal baru dinilai sangat signifikan. Pernyataan ini disampaikan oleh Menhan Amerika Serikat, Jim Mattis.

Sekretaris Negara Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan Jenderal Jim Mattis pada sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat, pada 30 Oktober 2017. (Drew Angerer/Getty Images/TheEpochTimes)

“Itu naik lebih tinggi, terus terang, daripada tembakan sebelumnya yang mereka lakukan. Ini adalah upaya penelitian dan pengembangan untuk terus membangun rudal balistik yang dapat mengancam di mana pun di dunia ini. “

Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menangani situasi Korea Utara, namun tidak menyebutkan secara rinci.

Menurut Senator Lindsey Graham, insiden itu adalah komentar yang perlu ditanggapi dengan serius.

“Presiden telah mengatakan, ‘Kami akan menjaganya’ – bukan PBB, bukan Tiongkok – ‘Kami akan menjaganya.’ Harapan saya adalah bahwa Korea Utara akan menyadari bahwa dia serius dengan hal ini. Presiden tidak akan membiarkan Korea Utara memiliki senjata nuklir di tangan mereka yang bisa menyerang Amerika, “kata Graham kepada Wolf Blitzer dari CNN pada 29 November.

“Kami tidak akan membiarkan orang gila ini di Korea Utara memiliki kemampuan untuk menyerang daratan,” katanya. (asr)

Sumber : The Epochtimes