Juara Tour de France Terancam Kehilangan Gelar Juara Akibat Skandal Doping

ErabaruNews – Juara empat kali turnamen balap sepeda paling bergengsi dunia, Tour de France, Chris Froome berpotensi kehilangan gelar juara Vuelta a Espana setelah tes urine untuk uji doping. Urin yang dia berikan pada perlombaan bulan September lalu itu menunjukkan kadar obat asma yang berlebihan.

Pebalap Inggris yang tergabung dalam Team Sky itu mengatakan bahwa dia tidak melakukan kecurangan apapun. Dia berjanji siap menjalani pemeriksaan lanjutan, dan akan memberikan informasi apa pun yang dibutuhkan oleh Organisasi Olahraga Bersepeda Dunia (UCI).

Atlet berusia 32 tahun ini menjadi pembalap Inggris pertama yang memenangkan Vuelta. Froome adalah orang pertama yang mengawinkan gelar Tour de France dan Vuelta di musim yang sama sejak balapan Spanyol itu dipindahkan penyelenggaraannya menjadi setelah Tour de France.

Dianggap sebagai salah satu pesepeda tersukses sepanjang masa, Froome telah menjadi salah satu favorit untuk memenangkan penghargaan ‘BBC Sports Personality of the Year award’ edisi bulan ini untuk pertama kalinya.

Tahun spektakulernya kini diliputi awan mendung kelabu. Bagaimanapun, dia dan tim Sky-nya perlu meyakinkan UCI bahwa tidak ada indikasi (kecurangan) yang mengerikan tentang jumlah Salbutamol yang muncul dalam sampel urinnya setelah Stage 18 pada 7 September 2017.

Salbutamol diizinkan sebagai obat asma legal oleh World Anti-Doping Agency (WADA). UCI mengatakan bahwa tes urine Froome gagal dan tidak memerlukan suspensi sementara yang wajib.

Namun sejumlah pebalap pernah dilarang menggunakannya secara berlebihan di masa lalu. Kasus terbesar adalah Alessandro Petacchi asal Italia yang diberi larangan 12 bulan dan melepaskan lima kemenangannya di Giro d’Italia 2007.

Pebalap Sky Team, Chris Froome asal Inggris mengangkat Trophy the Vuelta Tour of Spain di antara Arroyomolinos dan Madrid, 10 September 2017. (Susana Vera/Reuters/File Photo/The Epcoh Times)

UCI mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah memberi tahu Froome pada 20 September 2017 terkait sebuah ‘Temuan Analitik Merugikan’ dari sampel urin-nya. Sampel itu memiliki dua kali lipat batas Salbutamol yang diizinkan.

Tim Sky mengeluarkan sebuah pernyataan di mana Froome mengatakan bahwa dia hanya mengikuti saran tim medis. Dia mendapat peningkatan dosis pengobatan karena menderita asma.

Penyakit ini telah diderita sepanjang karirnya. Asma yang dideritanya juga menjadi semakin kronis selama balapan.

“Seperti biasa, saya mengambil perawatan terbaik untuk memastikan bahwa saya tidak menggunakan (obat) lebih dari dosis yang diizinkan,” kata Froome.

“Saya mengambil posisi kepemimpinan saya dalam olahraga ini dengan sangat serius. UCI benar-benar tepat untuk memeriksa hasil tes dan, bersama dengan tim, saya akan memberikan informasi apa pun yang dibutuhkan oleh mereka.”

Awal tahun ini, Froome, yang membanggakan dirinya dalam balapan yang bersih, mengatakan bahwa dia menolak pengecualian penggunaan terapeutik (TUE) untuk mengobati asma dalam perjalanan untuk memenangkan Tour de France 2015.

UCI mengatakan analisis sampel pengendara B dari uji Vuelta telah mengkonfirmasi hasil sampel dan proses yang dilakukan sesuai dengan peraturan anti-doping.

Dalam kasus Petacchi, Pengadilan Arbitrasi Olahraga (CAS) menemukan bahwa pembalap Italia tersebut tidak bermaksud untuk curang. Tetapi dia tidak melakukan ‘kehati-hatian’ sepenuhnya dalam penggunaan obat dan perawatan asma.

Tingkat Salbutamol yang terbatas diizinkan oleh peraturan WADA tanpa memerlukan TUE.

Sky mengatakan analisis sampel Froome menunjukkan adanya kandungan pada konsentrasi 2.000 nanogram per mililiter (ng/ml). Jumlah itu melebihi, dan bahkan dua kali lipat dibandingkan dengan ambang batas WADA, yaitu 1.000 ng/ml.

Sky mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemberitahuan tentang temuan uji tidak berarti peraturan apapun telah dilanggar. Mereka mengatakan ada serangkaian ‘masalah medis dan fisiologis yang kompleks’ yang dapat menyebabkan hasil test urin gagal memenuhi standar anti-doping.

“Kami berkomitmen untuk membangun fakta dan memahami dengan tepat apa yang terjadi,” kata kepala Sky Team, Dave Brailsford.

“Saya sangat percaya diri bahwa Chris mengikuti panduan medis dalam mengelola gejala asma, tetap berada di dalam dosis yang tidak diizinkan untuk Salbutamol. Tentu saja, kami akan melakukan apapun untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.”

Pencerahan datang pada akhir tahun ini dimana Sky Team telah diincar oleh tuduhan ‘kesalahan’ atas penggunaan TUE dan pencatatan medisnya setelah kontroversi ‘jiffybag’ pada balapan Criterium du Dauphine pada tahun 2011.

Sebuah penyelidikan oleh Anti-Doping Inggris Raya baru-baru ini menyimpulkan dan mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat membuktikan apa yang ada dalam paket yang dikirim ke mantan pebalap dan pemenang Tour de France 2012, Bradley Wiggins. (waa)