Epochtimes.id- Keluarga kerajaan Saudi nyaris menjadi sasaran bencana karena Istana kerajaan di Riyadh berada setelah adanya ancaman serangan rudal balistik pada 19 Desember.
Rudal tersebut ditembakkan oleh ekstremis Houthi yang didukung Iran di Yaman. Rudal tersebut dihalau sebelum sampai di Istana, yang digunakan oleh Raja Salman untuk pertemuan kabinet mingguan.
Juru bicara Houthi mengonfirmasi peluncuran rudal balistik Volcano H-2 di Twitter. Houthi juga mengatakan Istana kerajaan adalah sasaran yang menjadi target.
Ini adalah rudal balistik kedua yang ditembakkan di ibukota Arab Saudi hanya dalam waktu lebih dari sebulan.
Pada 5 November lalu, sebuah rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman ke bandara Raja Khalid dicegat oleh sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika.
Waktu peluncuran rudal itu mencurigakan mengingat terjadi peristiwa dalam negeri di Arab Saudi.
Meskipun ada latar belakang konflik sepanjang tahun antara pejuang Arab Saudi dan Houthi, serangan terjadi saat keluarga kerajaan berada di tengah tindakan keras anti-korupsi.
Pada 4 November, hanya sehari sebelum peluncuran rudal balistik pertama, pihak berwenang Arab Saudi menahan 11 pangeran dan 38 tokoh penting lainnya di kerajaan tersebut. Total lebih dari 500 orang ditangkap oleh sebuah komisi antikorupsi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Mereka yang ditangkap termasuk beberapa orang terkaya dan paling berpengaruh di negara ini.
Di antara mereka yang ditangkap adalah miliarder Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal, yang menurut Forbes, adalah orang terkaya ke-50 di dunia.
Alwaleed telah dikaitkan dengan penyebaran ideologi Islam radikal baik di Arab Saudi maupun di Amerika Serikat. Alwaleed memiliki kepentingan bisnis yang signifikan di Amerika Serikat, termasuk saham di Citigroup dan Twitter.
Pangeran dan yang lainnya ditangkap memiliki hubungan dengan Presiden Barack Obama, begitu juga dengan keluarga Bush dan keluarga Clinton.
Trump menyuarakan dukungannya untuk tindakan kriminal koruptor di Twitter pada 6 November.
“Saya sangat percaya diri pada Raja Salman dan Putra Mahkota Arab Saudi, mereka tahu persis apa yang mereka lakukan ….” tulis presiden tersebut di Twitter.
Ayah Alwaleed, Talal bin Abdulaziz al-Saud, memiliki sejarah politik Islam radikal, dan sebelumnya dicurigai melakukan kudeta di Arab Saudi.
Penembakkan rudal tersebut juga mengungkapkan pengaruh Iran yang semakin meningkat di kawasan ini dan perannya dalam memasok ekstremis di wilayah tersebut dengan senjata canggih.
“Rudal balistik dan senjata mutakhirnya muncul di lebih banyak zona di seluruh wilayah,” kata Duta Besar A.S. untuk PBB Nikki Haley pada 14 Desember.
Haley mengatakan bahwa analisis rudal yang ditembakkan pada 5 November menunjukkan bahwa rudal diproduksi di Iran.
“Ini adalah pecahan rudal yang ditembakkan oleh militan Houthi dari Yaman ke Arab Saudi … dengan tegas bahwa senjata-senjata ini dipasok oleh rezim Iran, buktinya tidak dapat dipungkiri,” kata Haley sambil berdiri di depan bagian rudal.
“Senjata itu mungkin juga dilengkapi stiker ‘Made in Iran’,” kata Haley.
Program rudal balistik Iran tidak tercakup dalam kesepakatan nuklir yang dicapai dengan pemerintahan Obama dan kekuatan dunia lainnya pada tahun 2015.
Ini berarti bahwa Iran dapat mengembangkan teknologi canggih dan program rudal tanpa dampak pada kesepakatan nuklir.
“Apa yang kita katakan adalah setiap orang berjalan berjinggat (licik-red) sekitar Iran karena takut melanggar dari kesepakatan nuklir, dan mereka membiarkan rudal seperti ini ditembakkan pada warga sipil yang tidak berdosa,” kata Haley.
Trump mengumumkan pada bulan Oktober bahwa pemerintahannya akan menegosiasikan kembali kesepakatan tersebut yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama. Jika itu tidak berhasil, Trump mengatakan bahwa dia akan mengakhiri kesepakatan itu sepenuhnya dan menegosiasikan kesepakatan baru.
Kesepakatan nuklir yang ada menempatkan Iran pada jalur untuk memiliki senjata nuklir pada tahun 2026. Pada saat itu, pembatasan terhadap pengayaan uranium akan dihapus, dan rezim tersebut akan diizinkan untuk mengoperasikan ribuan alat sentrifugal nuklir bawah tanah yang canggih. Para ahli percaya bahwa Iran kemudian bisa mengembangkan senjata nuklir dalam waktu enam bulan. (asr)
Sumber : The Epochtimes