EpochTimesId – Rusia menyebarkan sejumlah rudal jenis baru di daerah perbatasan Timur Jauh. Hal ini Menambah kekhawatiran masyarakat luar tentang pecahnya perang di semenanjung korea, mengingat aksi ini dilakukan ketika ketegangan di Semenanjung Korea semakin meningkat.
Laporan stasiun televisi Rusia memberitakan bahwa, resimen pertahanan udara 1533 Rusia yang ditempatkan di Vladivostok baru selesai mengganti sistem anti rudal tipe lama dengan sistem rudal pertahanan udara mobile yang baru S-400 (SAM). Vladivostok merupakan kota administratif Primorsky Krai yang letaknya dekat dengan perbatasan segitiga Rusia, Tiongkok dan Korea Utara.
Sistem pertahanan udara baru yang resmi ditempatkan di vladivostok pada 22 Desember 2017 tersebut memiliki kemampuan untuk menghancurkan pesawat, rudal dan target darat.
Resimen 1533 termasuk pasukan pertahanan udara bagian dari Militer Distrik Timur Rusia. Resimen tersebut sebelumnya mengendalikan sistem rudal tipe lebih tua yakni S-300 yang memiliki jarak tembak sekitar 300 Km.
Sedangkan S-400 memiliki jarak tembak lebih jauh sampai 600 Km, juga kemampuan pelacakan dan serangan lebih baik dari tipe sebelumnya.
Militer Rusia mengatakan rudal tersebut akan meningkatkan kemampuan militer Rusia dalam tugas pemindaian udara di wilayah tersebut dan meningkatkan kesadaran operasionalnya.
Akibat Korea Utara terus melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal sehingga situasi di Semenanjung Korea memanas. Negara tetangga termasuk Rusia dan Tiongkok diperkirakan bisa saja ikut terlibat dalam peperangan yang mungkin akan terjadi.
Associated Press melaporkan, Menteri Pertahanan Rusia pada saat mengunjungi Divisi Lintas Udara 82 mereka tanggal 22 Desember 2017 menyebutkan bahwa awan peperangan sedang menyelimuti udara Semenanjung Korea. Para prajurit perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perang yang bisa sewaktu-waktu meletus.
Meskipun Jim Mattis menekankan bahwa upaya mencari solusi damai melalui perundingan juga diperjuangkan, namun, memperkuat tekad militer AS dalam menghadapi perang di Semenanjung Korea tidak kalah penting. Ia Mengatakan : “Hampir tidak punya kesempatan untuk beroptimis”.
Pada hari yang sama, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengesahkan resolusi tentang sanksi baru untuk Korea Utara. Itu termasuk mengurangi hingga 90 persen pasokan minyak mentah ke negara itu sebagai tanggapan atas peluncuran rudal balistik pada 29 November 2017 lalu.
Untuk itu, pemerintah Korea Utara pada 24 Desember 2017 menyatakan bahwa putusan PBB tersebut merupakan ‘perilaku perang’. Negara tersebut mengancam akan melanjutkan pengembangan senjata nuklir dan berjanji akan memberi hukuman kepada negara-negara yang mendukung sanksi tersebut. (ET/Chen Juncun/Sinatra/waa)