Bukti meyakinkan tentang keberadaan Bahtera Nuh telah menghindari pengejaran para pemburu bahtera sejak dahulu kala.
Alkitab mengatakan bahwa kapal tersebut mendarat di “Gunung Ararat” di Turki setelah 150 hari di dalam air tersebut.
Sekelompok penjelajah yang berafiliasi dengan NAMI, sebuah kelompok Kristen evangelis yang berbasis di Hong Kong, mengatakan pada tahun 2010 bahwa di Gunung Ararat, Turki, mereka telah menemukan jejak-jejak kapal kuno tersebut.
Namun, klaim mereka mendapat tantangan berat dari komunitas ilmiah yang lebih luas.
Namun seorang pemburu bahtera yang berbasis di California sekarang yakin ada bukti bahwa kapal dan penghuninya memang telah kandas di Gunung Ararat, Daily Mail melaporkan.
Profesor Raul Esperante, dari Geoscience Research Institute, adalah satu dari 108 ilmuwan dari seluruh dunia yang berbicara pada tiga hari Simposium Internasional tentang Gunung Ararat dan Bahtera Nuh di Agri, Turki, yang melihat bukti tempat peristirahatan terakhir dari kapal alkitabiah tersebut.
Experts May Have Located Noah’s Ark’s Lost Remains. https://t.co/GTMVzdzuyU pic.twitter.com/MDA74LbQrr
— AMORQ 🇺🇸 (@amorqcom) December 27, 2017
“Tujuan saya adalah mengunjungi situs-situs di sekitar gunung tersebut untuk menemukan petunjuk tentang kejadian bencana di masa lalu,” kata Esperante, menurut Express.
Geoscience Research Institute disponsori oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
Banyak pernyataan organisasi tersebut juga telah mendapat perlawanan dari komunitas ilmiah.
Mencari Bahtera yang Hilang
Pada bulan April 2010, arkeolog dari NAMI melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah bahtera yang mereka percaya memiliki “99,9 persen” kemungkinan menjadi artefak alkitabiah kuno yang dikenal sebagai Bahtera Nuh, The Epoch Times melaporkan.
Tim dari 15 peneliti yang sedang mencari di Turki Timur mengklaim telah menemukan bahtera di Gunung Ararat 13.000 kaki (3.962m) di atas permukaan laut. Salah satu anggota tim, pembuat film dokumenter Wing-cheung Yeung berkata, “Bukan 100 persen bahwa itu adalah bahtera Nuh, tapi kami pikir 99,9 persen bahwa ini adalah dia,” lapor World Net Daily.
Tampaknya bagian dalam bahtera dilengkapi dengan beberapa ruangan yang menurut kelompok itu bisa digunakan untuk menampung hewan, sementara orang-orang skeptis mengatakan bahwa mereka bisa saja dengan mudah digunakan untuk membawa senjata atau makanan.
“Tim pencari dan saya secara pribadi memasuki sebuah struktur kayu yang tinggi di atas gunung tersebut. Strukturnya disekat menjadi ruang yang berbeda. Kami percaya bahwa struktur kayu yang kami masuki adalah struktur yang sama yang tercatat dalam catatan sejarah dan perahu kuno yang sama tersebut ditunjukkan oleh penduduk setempat,” kata pekerja NAMI, Man-fai Yuen.
Tim tersebut mengklaim bahwa mereka telah melakukan tes penanggalan karbon di kayu tersebut dan mengatakan bahwa itu berusia 4.800 tahun. Jika benar, ini akan menjadikan tanggal perkiraan pada saat kapal tersebut dikatakan telah mengapung.
Tidak ada pengujian lain oleh organisasi independen yang telah dilakukan pada saat itu tim NAMI membuat klaimnya.
Esperante yakin akan keakuratan temuan tim NAMI. Dia mendesak lebih banyak “karya ilmiah serius dan teliti” untuk mendukung klaim tersebut dengan bukti empiris lebih lanjut, tulis Daily Mail.
Dia juga ingin bekerja sama dengan ilmuwan lokal dalam proyek tersebut.
“Kami punya sumber teknis dan kita bisa bekerja sama dengan ahli lokal,” katanya. “Begitu komunitas ilmuwan tahu tentang keberadaan Bahtera Nuh di Gunung Ararat, kita bisa menyediakannya untuk masyarakat umum.”
Namun Nicholas Purcell dari Universitas Oxford mempertanyakan klaim bahwa bahtera tersebut berada di Gunung Ararat.
“Jika air banjir menutupi daratan Eurasia sepanjang 12.000 kaki (2.700 meter) tahun 2.800SM, bagaimana masyarakat kompleks Mesir dan Mesopotamia, yang sudah berabad-abad lamanya, tetap bertahan mengabaikan kelemahan?” tanya Purcell, menurut Daily Mail.
Legenda Bahtera Nuh berasal dari “Book of Genesis” (Kitab Kejadian) pasal enam.
Cerita berlanjut bahwa Nuh diperintahkan oleh Tuhan untuk membangun sebuah bahtera yang membawa seekor jantan dan betina dari setiap hewan di wilayah di mana Nuh hidup.
Dengan membangun bahtera, Nuh menyelamatkan hewan dan sekelompok kecil orang dari banjir besar yang terpanggil untuk menyingkirkan orang-orang yang secara moral telah rusak.
“Bahtera Nuh, banjir bukanlah mitos melainkan sebuah kejadian nyata yang disebutkan di semua kitab suci,” kata Dr. Oktay Belli dari Universitas Istanbul, Daily Mail melaporkan.
Dan sementara banjir dianggap sebagai peristiwa bersejarah, sebagian besar arkeolog dan ilmuwan tidak percaya pada interpretasi literal kisah Bahtera Nuh.
Arkeolog Inggris Mike Pitt mengatakan setelah temuan tim NAMI awal tahun 2010 tersebut bahwa penjelajah evangelis belum menghasilkan bukti yang meyakinkan.
“Jika ada banjir yang mampu mengangkat sebuah kapal besar sejauh 2,5 mil (4km) ke atas tepi gunung 4.800 tahun yang lalu, saya kira akan ada bukti geologis yang cukup besar untuk banjir ini di seluruh dunia,” kata Pitt, menulis di Daily Mail.
Menurut Pitt, bukti seperti itu belum diproduksi.
“Belum!” beberapa, Esperante di antara mereka, mungkin segera menambahkan. (ran)
ErabaruNews