EpochTimesId – Penghargaan berita palsu ala Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menjadi spekulasi selama berminggu-minggu. Namun akhirnya, ‘Fake News Awards’ yang dijanjikan oleh Trump benar-benar dipublikasikan.
Berikut adalah daftar lengkap peringkat berita palsu versi Trump ;
1. The New York Times
Paul Krugman dari New York Times menempati peringkat teratas, berkat sebuah artikel opini yang dia tulis pada 9 November 2016. Opini yang ditulisnya mempertanyakan apakah pasar saham akan pulih di bawah kepresidenan Trump.
Nyatanya, pasar telah mencatat rekor. Dow Jones mencapai 26.000 poin untuk pertama kalinya pada 11 Januari 2018.
2. ABC
ABC menyusul berkat sebuah laporan berita palsu yang mengklaim bahwa Donald Trump telah memerintahkan Jenderal Michael Flynn untuk melakukan kontak dengan pemerintah Rusia selama pemilihan.
ABC terpaksa meminta maaf atas kesalahan yang terjadi. Bahkan, informasi keliru tersebut dilansir oleh banyak media lainnya. ABC bahkan menskors Brian Ross, yang telah membuat berita tersebut, selama empat minggu.
Berita palsu itu membuat Dow Jones jatuh 350 poin.
3. CNN
CNN menempati peringkat ke-tiga berkat sebuah artikel yang diterbitkan bulan lalu. Artikel itu mengklaim bahwa tim kampanye Trump telah menerima email dengan akses lanjutan ke dokumen dari Wikileaks.
Setelah menyiarkan klaim sepanjang hari, CNN terpaksa mengeluarkan koreksi karena mendapat kesalahan waktu. Email tersebut dikirim setelah dokumen tersebut telah dipublikasikan oleh Wikileaks, sehingga premis utama ceritanya salah.
.@DaveWeigel @WashingtonPost put out a phony photo of an empty arena hours before I arrived @ the venue, w/ thousands of people outside, on their way in. Real photos now shown as I spoke. Packed house, many people unable to get in. Demand apology & retraction from FAKE NEWS WaPo! pic.twitter.com/XAblFGh1ob
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) December 9, 2017
4. Time
Time membuat sebuah kesalahan yang memalukan yang mengklaim bahwa Trump menyingkirkan patung Martin Luther King, Jr. dari Oval Office pada hari peresmian, padahal faktanya tidak demikian. Perusahaan berita itu terpaksa menarik kembali laporannya.
5. Washington Post
Reporter Washington Post Dave Wiegel menempati peringkat lima karena men-tweet sebuah gambar sebuah stadion yang kosong separuh. Sehingga tampak bahwa hanya sedikit orang yang datang dalam kampanye Trump di Florida.
Padahal, gambar tersebut diambil beberapa jam sebelum acara dimulai. Wiegel terpaksa meminta maaf.
6. CNN
CNN memberitakan bahwa Trump melanggar protokol kenegaraan dengan membuang seluruh wadah makanan ikan ke dalam kolam ikan koi saat berkunjung ke Jepang. Nyatanya, Trump mengikuti apa yang dilakukan oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe di hadapannya.
7. CNN
CNN terpaksa memecat tiga karyawan pada bulan Juni tahun lalu setelah mereka menerbitkan sebuah cerita yang secara palsu mengklaim bahwa direktur komunikasi Gedung Putih Anthony Scaramucci memiliki hubungan dengan dana investasi Rusia. CNN terpaksa menarik kembali ceritanya dan memecat para jurnalis, termasuk editor eksekutif yang bertanggung jawab atas unit investigasinya.
8. Newsweek
Newsweek menyusul berkat memberitakan dengan salah bahwa Ibu Negara Polandia Agata Kornhauser tidak menjabat tangan Trump selama kunjungannya ke Warsawa pada bulan Juli tahun lalu. Padahal mereka berjabatan tangan.
9. CNN
CNN salah melaporkan bahwa mantan Direktur FBI Comey tidak akan mengkonfirmasi ke Kongres bahwa dia telah memberitahu Trump bahwa dia tidak diselidiki. Dengan demikian, meragukan sebuah pernyataan yang dibuat presiden dalam suratnya yang memecat Comey, di mana dia mengatakan bahwa dia menghargai Comey yang memberitahukan bahwa dia tidak diselidiki.
Faktanya, Comey bersaksi kepada Kongres bahwa dia memang telah memberi tahu presiden bahwa dia tidak diselidiki oleh FBI.
10. New York Times
New York Times dipaksa untuk melakukan koreksi yang memalukan setelah mengklaim bahwa pemerintahan Trump menyembunyikan sebuah laporan perubahan iklim. Nyatanya, laporan yang dimaksud sudah dipublikasikan dan tersedia untuk umum. (Jasper Fakkert/The Epoch Times/waa)
Baca Juga :