EpochTimesId – Dua cendekiawan Amerika Serikat menyampaikan bahwa angka Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Tiongkok sangat jauh dari angka yang diklaim rezim penguasa. Jika dihitung bersama kewajiban yang harus dibayar, maka nilainya kurang dari setengah angka yang diumumkan pemerintah.
Otoritas Beijing sedang didorong untuk menghadapi krisis hutang oleh Partai komunis Tiongkok. Menurut ‘Liberty Times’ pada 16 Januari 2018, yang mengutip pernyataan Benn Steil dan Benjamin Della Rocca.
Dua peneliti dari Dewan Hubungan Luar Negeri (Council on Foreign Relations/CFR) Amerika Serikat itu baru-baru ini mempublikasikan sebuah tulisan di blog resmi mereka. Para cendekiawan mengatakan setelah jatuhnya pasar modal di Tiongkok tahun 2015, dan 2016, pertumbuhan ekonomi dirangsang melalui strategi perkreditan. Bahkan perbankan terus mengalirkan dana pinjaman kepada perusahaan zombie.
“Dalam jangka pendek, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dapat dipercepat oleh lebih banyak pinjaman dan investasi. Namun dalam jangka panjang, jika pinjaman dan investasi menyebabkan kenaikan kredit macet, maka hal itu tidak akan mendorong kenaikan PDB. Masalah terbesar adalah seberapa besar kredit macet Tiongkok sekarang, termasuk masih seberapa besar kredit macet yang akan timbul?” tulis para peneliti.
Kedua orang peneliti tersebut menemukan bahwa dalam periode tahun 2011 hingga 2016, keuntungan dari perusahaan-perusahaan swasta meningkat sebesar 18 persen. Sedangkan keuntungan perusahaan BUMN justru turun hingga 33 persen.
Pada saat yang sama, jumlah kredit perusahaan BUMN tahun 2010 menyita 59 persen dari total pemberian kredit perbankan. Jumlah itu meningkat menjadi 80 persen di tahun 2016. Sebuah fenomena yang menakutkan bagi produktivitas.
Mereka percaya jika melibatkan perhitungan kredit macet dalam kalkulasi PDB, dapat dipastikan angka PDB riil akan berada di bawah setengah dari 6,9 persen. Apalagi ada bukti bahwa pemerintah Tiongkok masih memberikan dana pinjaman baru kepada perusahaan zombie.
Perusahaan itu bahkan tidak sanggup membayar hutang lama mereka. Jadi kedua cendekiawan tersebut berpikir bahwa Tiongkok sedang bergerak menuju krisis utang.
Ketika berbicara tentang tren perkembangan ekonomi Tiongkok, pengusaha Taiwan Gao Weibang mengatakan bahwa berinvestasi dalam hutang tidaklah mengerikan. Perusahaan menambah jumlah hutang untuk memperoleh tambahan perangkat produksi, itu adalah investasi pada hutang yang sehat.
Namun, pemerintah Tiongkok jutru berinvestasi dalam hutang demi angka PDB virtualnya.
“Itu mengerikan. Sampai sebuah momen yang krusial datang menghampiri, maka kehancuran akan sulit dihindari,” ujarnya. (ET/Sinatra/waa)