Epochtimes.id- Diktator muda Kim Jong-Un kini terancam bokek. Tak lain setelah dana taktis yang dikendalikan oleh pemimpin Korut yang digelari Presiden AS Trump “Rocket Man” nyaris habis.
Apa sebabnya? tak lain menyusul serangkaian uji coba senjata nuklir dan rudal.
Bahkan keputusan Kim untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin mendatang tak lain bertujuan untuk meningkatkan pemasukan di tengah kegagalan ekonomi.
Laporan ini disampaikan oleh dua sumber Tiongkok yang memiliki koneksi ke elit penguasa Korea Utara ke Radio Free Asia (RFA).
Laporan ini menyebutkan Kim tidak lagi memiliki cukup uang untuk memerintah negara tersebut.
“Karena pengeluaran Kim Jong Un yang mahal, dana taktis dari ayahnya, Kim Jong Il, hampir habis,” kata salah satu sumber, yang berbicara tanpa menyebut nama.
“Tidak mudah mengendalikan eksekutif tingkat tinggi Korea Utara, yang (licik) seperti rakun,” tambahnya.
Sumber tersebut mengatakan, dia “kenal baik” dengan para eksekutif dari Office 39 – sebuah organisasi rahasia di bawah Partai Pekerja Korea Utara yang berkuasa difungsikan untuk menyediakan dana sekitar US $ 500 juta sampai US $ 1 miliar setiap tahun untuk kepemimpinan Kim.
Ternyata pundi-pundi uang itu berasal melalui sejumlah kegiatan terlarang, termasuk pemalsuan, produksi obat-obatan terlarang, dan penipuan asuransi internasional.
“Saya mendengar mereka mengkhawatirkan kekurangan dana di Office No. 39 beberapa kali,” katanya.
Dia menambahkan bahwa eksekutif Korea Utara tingkat tinggi menyadarinya. “Jadi ini bukan rahasia di antara mereka,” ungkap sumber itu.
Sumber tersebut mencatat, empat dari enam uji coba senjata nuklir serta rudal Korut yang dilakukan mencapai 20 kali telah terjadi selama kepemimpinan Kim Jong Un.
“Kami dapat berspekulasi, dia menghabiskan banyak uang dari uji coba rudal dan senjata nuklir yang dia lakukan,” katanya.
“Sebagian besar dana untuk pembangunan senjata nuklir dan rudal berasal dari dana taktis Kim Jong Un,” tambah sumber itu.
Selain pengeluaran untuk senjata, sumber tersebut mengatakan Kim juga telah menghabiskan dari dana tersebut untuk proyek kebanggaan seperti Jalan Ryomyong di ibukota Pyongyang dan Resort Ski Masikryong di Provinsi Kangwon, Korea Utara Timur.
Namun sanksi internasional yang dijatuhkan ke Korea Utara, semakin mengurangi akses terhadap mata uang asing bagi negara yang telah menghadapi kesulitan ekonomi.
Pada September lalu setelah Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke enam dan mengklaim telah meledakkan bom hidrogen, Dewan Keamanan PBB menjatuhkan resolusi yang melarang negara-negara menerima pekerja Korea Utara.
Akhirnya pada 22 Desember tahun lalu, PBB mengeluarkan resolusi tambahan yang mengharuskan pekerja Korea Utara di luar negeri dipulangkan dalam waktu dua tahun.
Sumber tersebut mengatakan kepada RFA, sanksi terbaru membuat keuangan Pyongyang terpukul.
Menurut perkiraan PBB dari September, sekitar 100.000 warga Korea Utara yang bekerja di luar negeri mengirim sekitar $ 500 juta dolar pendapatan mereka ke Kim setiap tahunnya.
“Sanksi internasional terhadap Korea Utara telah membuat sangat sulit untuk mendapatkan uang dari luar negeri, dan dana taktis sekarang habis,” katanya. (asr)
Sumber : Radio Free Asia