Epochtimes.id- Kementerian Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris (FCO) akan menjual aset terbesarnya dengan menjual kedutaan besarnya di Bangkok, Thailand dengan harga 420 juta poundsterling atau $ 600 juta setara Rp 7 Triliun.
Para diplomat harus pindah ke kantor baru pada 2019 mendatang. Penjualan ini bagi FCO diklaim sebagai “kesepakatan penjualan tanah terbesar dalam sejarah Thailand”.
Uang tersebut akan digunakan untuk merenovasi hingga 40 kedutaan besar lainnya di seluruh dunia, termasuk Kairo, New Delhi dan Washington, DC.
Properti seluar 3.7ha ada di Wireless Road di kawasan paling padat di Bangkok.
Tanah ini diambil alih oleh pemerintah Inggris pada tahun 1922, kedutaan tersebut menjadi pemandangan yang akrab bagi penduduk Bangkok. Kawasan ini dikenal karena pengawalnya Gurkha, tamannya dan Patung Ratu Victoria.
Kesepakatan tersebut telah membuat berang sejumlah ekspatriat Inggris. Namun pemerintah mengatakan bahwa pihaknya berusaha memenuhi kebutuhan.
“Di lingkungan fiskal yang ketat, adalah benar bahwa kita mengambil keputusan sulit untuk memastikan Inggris dapat mempertahankan kehadiran di dunia global sambil mendapatkan nilai terbaik untuk membayar pajak,” kata Simon McDonald, Wamenlu Inggris.
“Kesepakatan ini akan memastikan bahwa kita memiliki sebuah tempat seni modern di Bangkok, yang menegaskan komitmen jangka panjang kita terhadap hubungan kita dengan Thailand, sambil melepaskan dana yang sangat dibutuhkan untuk memodernisasi kedutaan besar lainnya di seluruh dunia,” tambahnya.
Kedubes Bangkok dijual ke konsorsium joint-venture Hongkong Land dari Jardine Matheson Group, dan Central Group.
Pada tahun 2006, bagian terpisah dijual ke Central Grup, dan sekarang menjadi pusat perbelanjaan.
Kedubes Bangkok yang baru akan dibuka di AIA Sathorn Tower di kawasan pusat bisnis.
Pelayanan diplomatik Inggris telah mengalami sejumlah terpaan anggaran dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2015, rencana tersebut terkait mengurangi anggarannya antara 25% dan 40%.
Pada akhir tahun lalu Menteri Luar Negeri Boris Johnson mengajukan rencana untuk meningkatkan perwakilan Inggris di ibu kota Eropa untuk mengatasi penurunan pengaruh Inggris setelah keluar dari Uni Eropa. Johnson mengatakan akan dibayar dengan memangkas misi diplomatik di Asia dan Afrika.
Rencana ini juga mengurangi perwakilannya di Thailand – sebuah negara di mana turis Inggris sering mengalami kesulitan dan memerlukan bantuan konsuler.
Pada tahun 2012, FCO mengumumkan konsulat di Pattaya akan ditutup, diikuti pada tahun 2014 oleh konsulat di Chiang Mai.
Ketika penjualan kedutaan besar Thailand pertama kali diperdebatkan kembali pada tahun 2016, ada reaksi kemarahan dari Inggris.
Seseorang menggambarkannya sebagai “aib”, dengan alasan bahwa tanah itu diserahkan kepada FCO oleh pemerintah Thailand untuk digunakan sebagai kedutaan.
Bahkan ada yang berkomentar lain : “Kami sangat marah saat depan kedutaan dijual beberapa tahun yang lalu. Itu sudah cukup buruk. Tapi sekarang kita melihat penghancurna menjadi sempurna atas bangunan indah ini. Ini adalah tragedi yang nyata, dan sangat menyedihkan. Pemerintah Inggris akan menjual Istana Buckingham berikutnya. ” (asr)
Sumber : globalconstructionreview.com