Setahun yang baru saja berlalu, baik di Amerika Serikat, di Tiongkok, maupun di seluruh dunia telah terjadi banyak peristiwa besar, bagaimana memahami berbagai peristiwa yang rumit dan simpang siur itu?
Bagaimana pula kita harus bersikap menghadapi tahun 2018? Mengapa kita hari ini berada di dalam aliran arus sejarah yang berkepanjangan ini?
Pada malam Natal yang belum lama berlalu, kami mengundang secara khusus Profesor Zhang dari New York, Amerika Serikat, untuk hadir dalam acara dengar audiens akhir tahun stasiun radio Sound of Hope dan berinteraksi dengan 400 orang peserta.
Baca juga : Wawancara dengan Seorang Kolumnis : Tiga Memori Bersama dari Bangsa-bangsa yang Berbeda (Bagian 1-2)
Berikut wawancara khusus dengan Profesor Zhang Tianliang (selanjutnya disingkat: Zhang):
Di Jerman, telah muncul sekolah aliran Frankfurt, tokoh representatifnya adalah Marcuse. Marcuse disejajarkan dengan Marxis dan Mao Zedong serta dijuluki 3M, karena marga mereka semua diawali dengan huruf M. Lewat mengajar di perguruan tinggi dan termasuk penerbitan bukunya dalam rangka menyebarkan teorinya, Marcuse berniat mengubah masyarakat bebas menjadi masyarakat yang mirip dengan komunis.
Mereka melakukan cara pengubahan secara bertahap dan hal-hal seperti itu di era tahun 60-an hampir menjadi suatu ledakan besar.
Di era tahun 1960-an abad lalu, sempat timbul banyak pemikiran baru di Amerika Serikat. Sebagai contoh: musik rock and roll, gerakan feminisme, gerakan anti perang, gerakan perlindungan linkungan, gerakan seks bebas dan lain sebagainya, banyak di antara gerakan yang meledak di tahun 1960an itu terkait dengan partai komunis.
Secara teoritis, tahun 60an bukan merupakan era booming-nya partai komunis, mengapa demikian? Karena Marxisme berpendapat, sistem kapitalisme dapat menyebabkan kaum pekerja menjadi miskin, lalu akan memicu revolusi buruh, dan pada akhirnya terjadi revolusi yang menyebabkan perubahan sistem, serta berubah menjadi sosialisme.
Tapi faktanya setelah PD-II, di seluruh dunia terjadi kemakmuran ekonomi yang berlangsung selama 25 sampai 35 tahun, pada saat itu pertumbuhan PDB Eropa setiap tahunnya mencapai 5,5% dan di Amerika mencapai 3,7%.
Pada waktu itu tingkat pengangguran di Eropa hanya 0,7% sedangkan di Amerika hanya 1,5%, jauh lebih rendah daripada tingkat pengangguran saat ini. Artinya adalah hampir setiap orang memiliki pekerjaan dan upah para buruh terus meningkat, semua orang hidup dengan layak, dengan kata lain para pekerja tidak memiliki dorongan untuk melakukan revolusi anarkis.
Marxisme mempenetrasi Tiga Sektor Penting di Barat
Dalam kondisi seperti ini, para penganut Marxisme menginginkan masyarakat berubah secara bertahap; yang dimaksud dengan berubah secara bertahap adalah beralih menjadi paham sosialis dan mereka menargetkan para pelajar.
Para pelajar telah diprovokasi di era tahun 60an. Waktu itu tidak hanya Amerika, di Eropa juga banyak meletus gerakan mahasiswa di banyak perguruan tinggi, termasuk unjuk rasa anti perang, gerakan seks bebas dan lain-lain, semua gerakan tersebut akibat didorong dari balik layar oleh partai komunis.
Tapi seperti yang diketahui, oleh karena di AS tidak terdapat lahan untuk revolusi penuh kekerasan dengan gerakan turun ke jalan seperti itu, termasuk para ekstremis, gerakan mereka tidak bertahan lama di AS.
Ini karena para pelajar itu juga akan lulus, juga akan berkeluarga dan mencari nafkah, begitu mulai bekerja, mereka tidak terdorong lagi melakukan aksi anarkis itu lagi.
Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka pun masuk ke dalam lapisan masyarakat yang sangat krusial, yang paling berpengaruh mendalam terhadap dunia.
Tiga sektor yang menonjol itu, yang pertama adalah perguruan tinggi, sejumlah ekstremis pada masa itu menjadi dosen di perguruan tinggi, contoh yang agak tipikal adalah Bill Ayers, orang ini pernah bekerja bersama Obama di instansi yang sama.
Di era tahun 70-an, pernah melakukan sejumlah peledakan. Ia pernah meledakkan Dephan, meledakkan Capitol Hill, dan kantor polisi New York, juga pernah meledakkan kantor polisi San Francisco. Karena semua perbuatan itu adalah pidana, maka ia kemudian melarikan diri, lalu menyerahkan diri beberapa tahun kemudian.
Setelah menyerahkan diri, ia dengan mudah terbebas dari jerat hukum, karena bukti yang dikumpulkan untuk mendakwanya didapatkan dengan cara yang ilegal, jadi ia cukup “beruntung”, beruntung bisa lolos dari peradilan hukum.
Tahun 80an ia kembali menjadi dosen di perguruan tinggi, apa yang dilakukannya? Ia mengajar. Saya hanya mengambilnya sebagai contoh, bahwa waktu itu banyak kaum ekstremis sayap kiri yang terjun ke bidang pendidikan, lalu mulai mendoktrin anak-anak sejak balita dan membuat mereka menerima pemikiran sayap kiri itu, karena pendidikan menentukan masa depan dan pola pikir generasi berikutnya.
Reporter (Xin Tian): Apa yang mereka ajarkan pada anak-anak?
Zhang Tianliang: Contoh yang sangat sederhana, pada tahun 2015 ada orang tua di Kanada menentang pendidikan seks bagi anak-anak SD di Kanada, pendidikan seks itu sangat menakutkan, anak SD kelas 3 sudah mulai mengenali alat kelamin, sampai kelas 4 dan 5 sudah harus memahami apa yang dimaksud dengan masturbasi, dan hal-hal semacam itu.
Reporter : Di California, tahun lalu juga mulai diterapkan bahan pelajaran baru bagi pelajar SD yang memiliki kesamaan. Di dalamnya juga termasuk unsur hubungan seksual kelamin sejenis dan lain sebagainya.
Zhang: Benar, Bill Ayers waktu itu mengatakan, sejak SD ia telah diberitahu, misalnya ada seorang anak yang memiliki dua orang ayah, ada anak lain yang memiliki dua orang ibu, dengan kata lain mengakui rumah tangga homoseksual, hal-hal yang mirip seperti itu.
Orang yang menyusun bahan pelajaran di Kanada adalah seorang deputi direktur Dinas Pendidikan Kanada, orang ini pernah digugat bersalah dalam kasus aktivitas seksual anak-anak.
Orang seperti ini menulis bahan pelajaran pendidikan seksual, sebenarnya keseluruhan orientasinya adalah pemikiran pergaulan seks bebas yang ingin disebarkan oleh partai komunis.
Pada era tahun 1950an ada seorang mantan staf FBI yang pernah menulis buku berjudul “Naked Communists”, yang di dalamnya dijabarkan 45 sasaran komunis, salah satunya adalah membuat pergaulan seks bebas menjadi marak, mengapa? Karena Tuhan telah menentukan kriteria untuk menjadi manusia.
Ketika seks bebas ini menjadi marak, manusia pun akan meninggalkan Tuhan, dan Tuhan merasa orang seperti ini, orang yang tidak suci ini tidak diinginkannya. Ketika Tuhan tidak lagi menginginkan manusia, maka manusia akan dikendalikan oleh iblis, inilah hal yang mereka lakukan, yang sebenarnya sangat tersistematis.
Sebenarnya seperti Alkitab yang mengatakan tentang kehancuran Sodom. Adalah kala itu Tuhan melihat kota Sodom telah menjadi terlalu bejad, sehingga dijatuhkanlah api langit untuk menghancurkan kota Sodom.
Kata Sodom ini pun sekarang menjadi kosa kata “sodomi” bagi perilaku kaum homoseksual pria atau gay, dari kisah Alkitab inilah kata ini berasal. Dengan kata lain, Tuhan sangat membenci homoseksual dan menentang homoseksual, tapi sekarang telah demikian konyolnya sampai menjadi hal yang diajarkan di bangku sekolah dasar. (SUD/WHS/asr)
Sumber : Epochtimes.com