Epochtimes.id- Pemerintah Indonesia menggagas acara yang disebut pertama kali digelar di dunia yakni pertemuan antara mantan napi teroris dengan korban.
Kegiatan ini berdasarkan terobosan dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dengan tema Silaturrahmi Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Digelar sejak Senin (26/02/2018) dan berakhir Rabu (28/02/2018) di sebuah hotel di Jakarta Pusat.
Acara satukan NKRI ini dihadiri sebanyak 124 mantan napi teroris dan 51 korban terorisme.
Eks narapidana terorisme yang hadir terdiri kasus bom Bali 2002, Poso, pelatihan teoris di Aceh hingga bom Kampung Melayu di Jakarta.
Tentu tak semua korban hadir, ini tak lain masih ada hal-hal trauma membekas dikarenakan yang menimpa korban.
“Pagi ini kita menggelar silaturahmi antara penyintas (korban teroris) yang dalam hal ini sudah bisa membuka diri karena tidak semua korban hilang traumanya. Kalau pelaku teror menyadari kesalahannya, ada semacam penyesalan,” kata Kepala BNPT, Komjen Suhardi Alius.
“Kita coba mengumpulkan semuanya sebagai rasa berbesar diri untuk melanjutkan kehidupan, kita menghadirkan pelaku teror yang sudah mulai sadar, mereka menjadi duta-duta kita menyampaikan pesan anti radikal di kalangan potensial,” tambah mantan Kabareskrim Polri ini.
Adanya acara ini Suhardi berharap teror tak akan terjadi lagi. Apa yang sebelumnya terjadi diharapkan merupakan yang terakhir dan tak terulang kembali.
“Dalam forum ini, adalah untuk melihat suatu pesan damai yang dari sisi penyintas tentu akan menyampaikan bahwa ‘cukup kami saja jangan ada lagi korban’ karena ternyata korban dari teror itu teman-teman sendiri dari sisi pelaku teror menyadari kesalahannya dengan permintaan penyesalan,” katanya.
Suhardi berharap hingga akhirnya diharapkan nantinya pesan perdamaian tersampaikan secara menyeluruh.
“Mudah-mudahan ke depan suasana ini menjadi embrio pertama pesan supaya kali yang dilakukan oleh negara sehingga ke depan ini bisa menjadi pesan tebar kedamaian bagi semaunya sehingga tidak terjadi lagi kekerasan dan teror-teror dan semua pihak dapat bertanggung-jawab,” katanya.
Korban JW Marriot
Korban bom JW Marriott, Agus Swarsih (40) mengakui dirinya masih trauma dengan kejadian tragis dan memilukan yang dia alami. Ini tak lain ketika hati dan jiwanya runtuh berkeping-keping ketika bom ‘berhantu’ telah menyaru ‘kematian’ semua orang-orang termasuk dirinya ketika itu.
Namun semua itu, bisa dia lalui dengan kekuatan dan keteguhan dirinya yang masih terisa. Meskipun semua ingatan yang dia alami belum hilang ketika bersua dengan pelaku. Dia masih mengingat dengan jelas apa yang dia alami ketika itu.
Agus kini dengan mantap menatap dan mengokohkan ketegaran hatinya. Dia terharu kala para pelaku teror meminta maaf.
Dia menuturkan dirinya memaafkan apa yang terjadi. Dia tak mengucapkan terbesit adanya dendam, marah dan murka untuk membalas semua apa yang telah dia alami.
“Kayak tadi pas baca doa dan mantan pelaku minta maaf ya terenyuh saya, terharu juga, mau tidak mau apapun itu saya manusia, dia manusia, Saya memaafkan. Tuhan aja maha pemaaf saya juga harus maafkan,” ujarnya.
Agus sebelumnya menuturkan pernah terucap pada lidahnya agar tak dipertemukan dengan pelaku, ini tak lain amarah masih membekas pada dirinya. Namun dia kini sudah melewatkan apa yang menimpa terhadap dirinya.
“Saat itu saya pikir sudah banyak korban orang meninggal, buat saya dia mati aja belum cukup, yang ada panas terus di hati,” ungkapnya.
Wiranto Janji Penuhi Hak Korban
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto berkata, pertemuan yang digelar kali bukan yang terakhir. Nantinya, aka nada pertemuan lebih lanjut para korban aksi teror dengan lebih banyak melibatkan sejumlah korban.
Wiranto menuturkan pertemuan kali ini merupakan pertemuan perdana dan terbaru. Bahkan pertemuan ini belum pernah sebelumnya termasuk di bagian seluruh dunia. Wiranto tak membantah adanya korban yang tak hadir pada pertemuan perdana digelar kali ini.
“Mungkin yang diundang tak hadir,ingin wait and see, tunggu apa sih yang akan terjadi di sana, sesuatu yang baru terkadang tak semuanya setuju dan hadir, melakukan suatu langkah-langkah yang lebih pasti,’ ujar mantan Panglima ABRI ini.
Menurut Wiranto dirinya optimis selanjutnya ada pertemuan lanjutan antara mantan pelaku teorisme dan korban. Nantinya dengan harapan pihak yang hadir bisa lebih besar lagi termasuk warga asing.
Bagi korban, pemerintah pastinya mengkoordinasikan antara lembaga terkait yang dicurahkan termasuk korban. Wiranto menuturkan kehadiran dirinya mencatat semua masukan termasuk bentuk bantuan berupa lapangan pekerjaan, pelatihan serta fasilitas kesehatan.
“Tadi kita catat dan semuanya akan kita bicarakan menteri terkait, tak ada masalah saya kira itu menunukkan musyawarah mufakat sesuatu yang fositif karena ini budaya kita,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Wiranto mengungkapkan banyak hati benci, dendam, marah kecewa, masyarakat yang termarjinalkan ini membuat aksi teror. Menurut Wiranto, cara untuk menanggulangi hati yang menyebabkan teror itu obatnya adalah sabar, sadar, dan memaafkan.
“Obatnya adalah sabar, sadar, dan memaafkan. Hari ini kita melaksanakan kesadaran dan pemaafan,” kata Wiranto. (asr)