EpochTimesId – Sebuah laporan rahasia PBB mengungkap bahwa perusahaan Tiongkok membantu Korea Utara mengangkut bahan baku untuk pembuatan senjata kimia ke Suriah. The Wall Street Journal yang mengutip laporan rahasia PBB menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017.
Dalam laporan PBB terungkap, sebuah perusahaan dagang Tiongkok membantu Korea Utara mengangkut total lima paket (50 ton) bahan kimia. Bahan kimia tersebut termasuk keramik penahan suhu tinggi dan asam, tabung stainless steel, valve dan bahan baku lainnya.
Laporan juga mengatakan bahwa bahan-bahan tersebut merupakan materi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik senjata kimia. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad mengeluarkan dana untuk meminta bantuan Korea Utara memproduksi senjata kimia.
Para ahli memperkirakan bahwa materi yang disebutkan PBB dalam laporan tersebut hanyalah sebagian dari transaksi penjualan senjata Korea Utara ke Suriah dan Iran. Ekspor senjata Pyongyang dapat menghasilkan pendapatan hingga miliaran dolar AS per tahun.
Pejabat AS baru-baru ini memperingatkan rezim Assad Suriah bahwa Amerika Serikat akan mengambil tindakan militer jika senjata kimia digunakan untuk warga sipil. Masyarakat Medis Amerika Syria (Syrian American Medical Society) menyebutkan bahwa rezim Assad telah menggunakan senjata kimia untuk menyerang warga sipil, setidaknya sebanyak tiga kali.
Pemerintah Trump pada hari Jumat lalu memberlakukan sanksi paling keras kepada Korea Utara. Trump memasukkan hampir 60 badan dan pribadi yang memberikan bantuan kepada Korea Utara ke dalam daftar hitam. Diantara daftar itu terdapat seorang warga Taiwan dan sebuah badan usaha Tiongkok.
Pejabat AS mengatakan bahwa jika sanksi tidak dapat memaksa Kim Jong-un meninggalkan senjata nuklir, maka tidak menutup kemungkinan akan dilakukan tindakan militer.
Wall Street Journal melaporkan, laporan rahasia PBB mengutip intelijen dari beberapa negara anggota bahwa “Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah Suriah” (Scientific Studies and Research Center/SSRC) yang didukung pemerintah Assad merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas pengembangan senjata kimia dan senjata pemusnah massal lainnya.
Lembaga tersebut melalui serangkaian perusahaan bayaran membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat senjata kimia dari Perusahaan Eksplorasi dan Perdagangan Hasil Tambang Korea Utara.
Departemen Keuangan AS mengatakan, salah satu perusahaan bayaran pernah membantu SSRC membeli propelan rudal dan roket yang dibutuhkan dalam pengembangan program rudal SCUD Suriah.
Laporan menyebutkan, otoritas Beijing mengatakan kepada penyidik PBB bahwa tidak ada bukti perusahaan Tiongkok membantu pedagang senjata utama Korea Utara untuk melakukan bisnis. Tapi, mereka tidak menyangkal penjualan pasokan ke Suriah sebagaimana yang disebutkan dalam laporan tersebut.
Beijing mengatakan bahwa jika penyidik Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat menyediakan bukti lebih banyak, mereka akan membantu menyelidiki tuduhan tersebut.
Larry Niksch, mantan pakar urusan Asia di Congressional Research Service AS memperkirakan bahwa dalam 10 tahun terakhir Korea Utara melakukan kerjasama dengan Iran dalam bidang teknologi nuklir dan rudal. Mereka juga bekerjasama melakukan penjualan senjata kepada kelompok teroris pro Teheran. Aktivitas itu setiap tahunnya menghasilan tidak kurang dari 2 hingga 3 miliar dollar AS.
Dalam laporan rahasia PBB juga disebutkan bahwa petugas penyidik PBB telah mengkonfirmasi bahwa 40 paket bahan baku untuk memproduksi senjata dan untuk mengembangkan senjata terlarang telah dikirim dari Korea Utara ke Suriah. Pengangkutan terakhir terjadi beberapa minggu lalu.
Menurut informasi yang diperoleh PBB, teknisi Korea Utara mengunjungi Suriah dalam beberapa kesempatan selama dua tahun terakhir. Mereka memiliki keahlian dalam bidang pengembangan senjata kimia dan teknologi rudal balistik.
Pada bulan Agustus 2016, Korea Utara mengirim sebuah misi teknis ke Suriah untuk membahas pengadaan valve dan termometer khusus untuk proyek-proyek senjata kimia.
Dalam 2 tahun terakhir, sejumlah teknisi ahli Korea Utara acap kali kedapatan berada di Sudan, Mozambik, Uganda dan Myanmar. Mereka adalah para teknisi radar jarak jauh, rudal, tank dan berbagai peralatan militer lainnya. (Wu Ying/ET/Sinatra/waa)