Epochtimes.id- Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM merilis bencana gerakan tanah di Puncak Pass, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Lokasi bencana telah ditinjau sebelumnya oleh tim pasca bencana gerakan tanah PVMBG dan rekomendasinya telah diberikan dengan nomor laporan 422/45/BGL.V/2018.
Laporan PVMBG merilis gerakan tanah terjadi di jalur Puncak Pass, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada koordinat 60 42’ 21.22” S dan 1060 59’ 39.47” E.
Menurut PVMBG sebenarnya longsoran awal terjadi pada Senin (05/02/2018) sekitar jam 08.00 – 12.00 WIB. Longsor susulan kemudian terjadi pada Rabu (28/03/ 2018) malam.
Berdasarkan riset, longsoran awal pada daerah bencana berupa longsoran bahan rombakan. Longsoran terjadi pada tebing setinggi 10-15 meter yang diatasnya berupa jalan vital dan strategis yang menghubungkan Cianjur dan Bogor.
Adapun, mahkota longsoran pada tebing berkisar 10 meter, dengan Panjang luncuran berkisar dari 15-20 meter dengan arah gerakan ke arah selatan-baratdaya.
Retakan pada lereng (lebar 5 cm) dan pada lantai gedung Hotel Puncak Pass berarah N 1450 – 1480 E. Kemiringan lereng 500 (lokasi samping puncakpass).
Puncak Pass di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur kembali amblas dengan kedalaman 40 m dan panjang 150 m. Tidak ada korban jiwa. Jalan hanya dilalui kendaraa roda 2. Kendaraan roda 4 dialihkan ke jalur Sukabumi atau Jonggol. @RadioElshinta @BNPB_Indonesia @republikaonline pic.twitter.com/FoXFxNZCXS
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 28 Maret 2018
Nendatan/amblesan lama yang menghasilkan gawir setinggi 2-3 meter masih terlihat pada bagian bawah kawasan Hotel Puncak Pass. Longsoran susulan terjadi di lokasi yang sama dengan longsor awal pada 2 Februari 2018 lalu. Longsoran susulan ini merupakan perkembangan dari longsor sebelumnya.
Akibat longsor ini, laporan resmi menyebutkan 1 vila 3 lantai dengan mushola, 1 bungalao, 1 office dimana di dalamnya terdapat ruangan loundry, kantin, store room dan engineering terkena longsoran. Dampak lainnya, jalur Puncak Gunung Mas -Ciloto kembali ditutup.
Laporan yang dipublikasi secara resmi oleh PVMBG menyebutkan, secara umum gerakan tanah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Kemiringan lereng yang curam hingga sangat curam mengakibatkan tanah mudah bergerak;
Tanah pelapukan yang tebal dan bersifat poros dan jenuh air;
Bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batuan breksi yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir;
Sistem drainase permukaan yang kurang baik sehingga seluruh air baik air hujan maupun air yang bersumber dari bukit diatasnya terakumulasi dan terkonsentrasi ke lokasi bencana sehingga mempercepat berkembangnya longsor, hal ini teramati dengan banyak air keluar dari tebing-tebing bekas longsoran;
Curah hujan yang tinggi dan berdurasi lama yang turun sebelum dan saat terjadinya gerakan tanah memicu terjadinya gerakan tanah. (asr)