Epochtimes.id- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merespon banyak pertanyaan dan klarifikasi terkait potensi tsunami di Jawa bagian Barat dan secara khusus potensinya di Pandeglang, Banten.
Sebelumnya, Informasi tersebut muncul dari pakar BPPT, Widjo Kongko, ketika mengisi kegiatan seminar ilmiah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-68 pada Selasa, 3 April 2018, di Auditorium BMKG, Jakarta.
Berikut Keterangan BPPT :
1. Informasi terkait di atas bersumber dari kegiatan Seminar Ilmiah oleh BMKG dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-68 yang dilaksanakan Selasa, 3 April 2018 di Gedung Auditorium BMKG – Jakarta dengan topik “Sumber-sumber Gempabumi dan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat”, dan secara personal ada sesi wawancara dengan wartawan (Detik & Kumparan). Paparan terkait potensi tsunami di Jawa bagian Barat adalah di sesi terakhir dari seluruhnya 4 sesi, dan kemudian dilanjutkan dengan tanya-jawab / diskusi.
2. Paparan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat adalah hasil kajian awal, dimana sumber-sumber tsunami adalah dari gempabumi “megathrust” yang peta-petanya telah diterbitkan dalam buku “Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017” yang disusun oleh Pusat Studi Gempa Nasional PusLitBang Perumahan & Pemukiman BaLitBang Kementerian PUPR, peta pada halaman 345: C7 Segmentasi dan Mmaks Subduksi Indonesia.
3. Peta yang disebutkan di no. 2 di atas, telah menyebutkan dan menggambarkan tiga Potensi Gempabumi “Megathrust” di lokasi yang terdekat dengan wilayah kajian yang terdiri: Enggano (M8.4), Selat Sunda (M8.7), dan West-Central Java (M8.7). Tiga Potensi Gempabumi ini jika terjadi akan menyebabkan tsunami yang berdampak besar di wilayah Sumatra Bagian Selatan, Selat Sunda, dan Jawa Bagian Barat.
4. Potensi tsunami di Jawa Bagian Barat adalah hasil kajian akademis awal dari simulasi model komputer, menggunakan sumber tsunami dari gempabumi di no 3 dengan berbagai variasi skenario (seluruhnya ada 6 skenario). Potensi skenario terburuk adalah jika tiga gempabumi “megathrust” itu terjadi secara bersamaan dengan skala M9 dan menimbulkan tsunami. Data yang dipakai pada simulasi ini menggunakan data sekunder GEBCO dengan resolusi rendan (900 m).
Titik pengamatan tinggi dan waktu tiba tsunami meliputi 3 Provinsi yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan 10 Kabupaten dan 2 Kota. Wilayah tersebut adalah Bekasi, Jakarta-Utara DKI, Tangerang, Serang, Banten, Cilegon Banten, Pandeglang, Lebak, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.
5. Hasil simulasi model komputer dari skenario terburuk (pada no. 4) mengindikasikan potensi ketinggian tsunami di wilayah pantai utara Jawa Bagian Barat (Bekasi hingga Serang) adalah maksimum hingga ~25 m, dan di wilayah pantai barat-selatan (Pandeglang hingga Ciamis) adalah maksimum hingga 50 m, dengan catatan hasil simulasi ini adalah kajian awal dan masih menggunakan data sekunder dengan resolusi rendah.
6. Terkait dengan hasil kajian awal Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat yang telah disampaikan di atas, maka perlu dilakukan tindaklanjut berupa kajian dengan menggunakan data yang lebih akurat, khususnya didaerah perairan pantai. Meskipun ini adalah hasil kajian awal, tetapi telah mengindikasikan adanya potensi tsunami yang besar di sepanjang pantai Jawa Bagian Barat.
7. Dengan demikian masyarakat diimbau untuk tenang, dan tetap beraktifitas seperti biasa dan tetap meningkatkan kewaspadaan, serta tetap mengacu kepada informasi dari BMKG dan/atau BNPB sebagai lembaga resmi yang mendapat mandat resmi pemerintah untuk memberikan peringatan gempabumi dan tsunami kepada masyarakat.
8. Masyarakat tidak perlu kuatir dengan pemberitaan ini. Permohonan maaf BPPT kepada masyarakat Indonesia yang terdampak sekiranya hasil studi awal Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat, yang seharusnya hanya untuk konsumsi akademis ini, telah membuat keresahan masyarakat. (asr)