oleh Zhang Ting
Epochtimes.id- Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Trump pada hari Kamis (12 April) memanggil tim keamanan nasional untuk membahas situasi di Suriah, tetapi belum mengeluarkan tanggapan apakah akan menggunakan serangan militer kepada negara itu.
Namun, media AS mengutip ucapan sumber memberitakan bahwa Amerika Serikat sedang mengevaluasi situasi untuk melakukan serangan udara terhadap delapan target potensial di Suriah.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan : “Kami masih terus memantau berita intelijen dan melakukan komunikasi dengan para mitra dan sekutu”.
Sarah mengatakan bahwa Presiden Trump pada kamis malam akan melakukan percakapan telepon dengan Presiden Prancis Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor PM. Theresa May menyebutkan bahwa, selama pembicaraan lewat telepon May dan Trump sepakat dengan suara bulat untuk terus bekerja sama secara erat dalam menangani masalah senjata kimia Suriah.
Seorang sumber yang tak bersedia disebutkan namanya memberitakan kepada CNBC News, AS sedang mengkaji untuk melakukan serangan udara terhadap 8 target potensial di Suriah, termasuk 2 buah bandar udara, sebuah pusat penelitian dan sebuah fasilitas senjata kimia.
Sumber juga mengatakan bahwa militer Suriah juga telah memindahkan sejumlah besar aset Angkatan Udara ke bandara yang dikuasai Rusia, berharap bahwa Washington tidak melakukan serangan ke sana.
Hari Kamis, kepada para wartawan yang meliput, Trump mengatakan : “Kita sedang mempelajari dengan sangat serius keseluruhan situasi di Suriah, lihat saja apa yang akan terjadi.”
Dalam lima hari terakhir, sebagai tanggapan terhadap serangan kimia mematikan yang dilakukan Suriah pada hari Sabtu lalu, Trump dengan keras menuduh rezim Assad dan pendukungnya Rusia dan Iran.
Pada bulan April tahun lalu, Suriah melakukan serangan dengan menggunakan senjata kimia, pemerintah Trump ketika itu meluncurkan 59 rudal Tomahawk untuk menghancurkan pangkalan angkatan udara Suriah.
Setelah serangan itu, Menteri Pertahanan AS Mattis mengatakan bahwa serangan berskala yang dilakukan Amerika Serikat sebagai tanggapan kepada rezim Assad Suriah telah berhasil menghancurkan tempat penyimpanan bahan bakar dan amunisi, melumpuhkan kemampuan pertahanan udara Suriah dan 20% kerusakan pesawat tempur negara itu.
Pentagon pada saat itu juga mengatakan bahwa, sebelum serangan udara dilakukan AS telah menginformasikan kepada pihak militer Rusia yang berada di Suriah.
Bukti adanya serangan senjata kimia
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 500 orang pasien korban serangan senjata kimia yang berada di Douma diketahui memiliki gejala yang konsisten dengan serangan senjata kimia.
Dua orang pejabat AS yang akrab dengan laporan intelijen mengatakan kepada NBC News bahwa AS sudah memiliki sampel darah dan urin dari korban serangan senjata kimia pada hari Sabtu lalu dan hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa mereka positif menjadi korban senjata kimia.
Sampel menunjukkan bahwa korban diserang oleh gas klorin dan agen saraf yang tidak disebutkan namanya. Biasanya, sampel ini diperoleh dari rumah sakit atau sumber intelijen Amerika Serikat atau intelijen negara asing.
Pejabat AS mengatakan bahwa meskipun mereka tidak dapat mengandalkan 100% kebenaran dari informasi yang mereka peroleh, tetapi mereka yakin telah terjadi serangan dengan senjata kimia.
Gedung Putih pada Jumat (13 April) menyebutkan bahwa pemerintah Suriah berada di belakang serangan senjata kimia 7 April dan mengutuk Rusia karena tidak mencegah sekutunya Assad melakukan serangan terhadap warga sipil mereka.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Kamis mengatakan bahwa pihaknya telah memiliki bukti serangan senjata kimia pada 7 April yang dilakukan oleh pemerintah Suriah.
Theresa May pada hari Kamis menyelenggarakan pertemuan kabinet untuk membahas operasi militer ke Suriah.
Reuters melaporkan, May telah memperoleh dukungan dari anggota kabinetnya untuk mengirim militer Inggris ke Suriah dalam rangka menghentikan rezim Assad lebih lanjut menggunakan senjata kimia menyerang warga sipil. (Sinatra/asr)