Amerika Serikat Sedang Memperkuat Pengembangan Senjata Hipersonik

oleh Wang Jianyu

Senjata hipersonik menjadi topik utama dalam perlombaan senjata antara Amerika Serikat, Rusia dan Tiongkok.

Terdesak oleh sikap pemerintah Rusia dan Tiongkok, Wakil Menteri Pertahanan AS Michael Griffin baru-baru ini pada sebuah wadah pemikir yang berlokasi di Washington DC menekankan bahwa, di waktu mendatang AS akan berfokus pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan, senjata hipersonik dan senjata DEW (directed energy weapon).

Anggaran belanja Departemen Pertahanan AS untuk tahun fiskal 2019 menunjukkan bahwa jumlah anggaran belanja untuk proyek penelitian hipersonik rudal telah dinaikkan secara substansial.

Voice of America melaporkan, pada 13 April Michael Griffin dalam sebuah diskusi di Hudson Institute, Washington DC. mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak dapat hanya mengembangkan senjata setara dengan yang dimiliki oleh militer Tiongkok dan Rusia, tetapi harus memiliki teknologi militer yang lebih depan dari mereka.

Dia mengatakan bahwa strategi pertahanan keamanan baru dari pemerintahan Trump adalah strategi yang telah dibayar sangat mahal oleh Amerika Serikat selama beberapa dekade.  Modernisasi pada 10 era yang tercantum dalam strategi keamanan pertahanan AS itulah yang akan menjadi fokus pekerjaan di hari-hari depannya.

Griffin mengatakan, meskipun Amerika Serikat masih memimpin di banyak bidang, tetapi di beberapa bidang lainnya Amerika Serikat tidak lagi memimpin, khususnya yakni teknologi hipersonik dan mikroelektronika.

Sebelumnya, Komandan Strategis AS, Marsekal Udara John E. Hyten dalam sebuah acara Dengan Pendapat di Senat pada 20 Maret lalu mengatakan bahwa Amerika Serikat di bidang teknologi hipersonik sedang bersaing ketat dengan Rusia dan Tiongkok, target AS adalah mengungguli mereka.

Dia mengatakan bahwa untuk lebih baik dalam menguji efektivitas dari serangan rudal hipersonik, militer membutuhkan sistem penginderaan ruang yang lebih modern. Anggaran pertahanan yang jumlahnya 648 miliar Dolar AS saat ini sudah termasuk 42 miliar Dolar untuk membangun sebuah sistem sampel.

Menurut laporan resmi Amerika Serikat pada bulan Februari tahun ini, anggaran pertahanan yang diajukan oleh militer AS untuk tahun fiskal 2019 termasuk anggaran untuk penelitian hipersonik adalah sebesar 1,025 miliar Dolar AS. Naik sebanyak 63 % dari tahun 2018. Ini berarti bahwa perkembangan senjata hipersonik AS di masa depan akan berjalan cepat.

Sebagai senjata utama untuk melaksanakan tugas serangan seketika ke berbagai tempat di dunia, senjata hipersonik dianggap sebagai alat yang benar-benar mampu mengubah aturan  perang. Ia berdampak besar pada konsep operasional militer dunia. Beberapa negara di dunia mulai bersaing dalam pengembangan senjata tersebut, terutama dalam perlombaan senjata antara Amerika Serikat, Tiongkok dan Rusia.

Trump sejak ia memangku jabatan presiden telah memberikan perhatian besar karena menganggap penting strategi serangan seketika ini. Pada bulan Juli tahun lalu, program CPGS (Conventional Promp Global Strike) yang dibentuk sejak tahun 2002 diubah namanya menjadi CPS (Conventional Promp Strike).

Setelah berganti nama, pengembangan teknologi senjata hipersonik masih menjadi fokus konstruksi. Anggaran penelitiannya tercantum dalam daftar prioritas anggaran belanja negara tahun fiskal 2017.

Kongres AS meminta kepada pemerintah untuk memprioritaskan anggaran untuk meningkatan kemampuan penyerangan dengan senjata hipersonik khususnya untuk wilayah pertempuran Asia Pasifik dan Eropa dalam APBN tahun fiskal 2017 – 2022, sebagai tuntutan untuk menghadapi perubahan situasi geopolitik yang sedang berlangsung di dunia.

Senjata hipersonik

Senjata hipersonik, biasanya mengacu pada kecepatan luncur pesawat, peluru kendali dan lainnya yang memiliki kecepatan lebih tinggi dari angka Mach 5.0, Karena teknologi secara bertahap mengalami kematangan, setelah tahun 2010, bidang ini menjadi isu hangat dalam komunitas militer internasional.

Dari perkembangan saat ini, pesawat hipersonik memiliki lima karakteristik sebagai berikut : Pertama, cepat dapat melakukan serangan. dapat menyerang sasaran di mana saja di dunia dalam waktu sekitar satu jam.

Kedua adalah jarak penerbangannya lebih jauh, berbagai hulu ledak rudal balistik dapat ditingkatkan jarak terbangnya dari 1.000 – 5.000 km ke sasaran jika diluncurkan dengan pendorong hipersonik.

Ketiga adalah meningkatkan kemampuan penetrasi, kecepatan yang tinggi membuat senjata pencegat tidak efektif.

Keempat, efek kerusakan atau kehancurannya tinggi, sasaran yang terkena benturan benda yang terbang dengan kecepatan ultra tinggi akan mengalami kerusakan lebih hebat, meskipun benda atau pesawat itu tidak dilengkapi dengan hulu ledak.

Kelima adalah memberikan efek jera.

Pihak berwenang Tiongkok telah melakukan beberapa kali uji coba dengan meluncurkan objek bertenaga hipersonik untuk mencegat objek lain yang sedang terbang. Belum diketahui bagaimana dengan hasil uji coba ‘senjata anti-rudal’ ini. Selain itu juga tidak diketahui berapa lama para ahli roket militer telah mulai mengembangkan senjata hipersonik dan sejauh apa hasilnya.

Pada 1 Maret tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidato kenegaraan tahunan berusaha memperkenalkan berbagai senjata mutahir milik mereka termasuk rudal hipersonik, ALCM nuklir senjata yang paling canggih. Salah satu di antaranya yang dijuluki Sang Pelopor, adalah rudal hipersonik yang dapat terbang antar benua dengan kecepatan 20 kali lipat kecepatan suara, juga katanya memiliki kemampuan untuk mematahkan semua sistem pertahanan udara saat ini dan sistem pertahanan rudal di dunia.

Pada 10 Maret, Kementerian Pertahanan Nasional Rusia mengumumkan bahwa mereka berhasil menguji-coba rudal supersonik yang diberi nama Belati (memiliki 10 kali lipat kecepatan suara).

Namun, baik Barat maupun beberapa pakar Tiongkok bersikap tidak percaya terhadap  propaganda Putin itu. Sampai-sampai banyak ahli militer Rusia pun menyatakan keraguannya. (Sin/asr)

FOKUS DUNIA

NEWS