Xia Xiaoqiang
Di tengah ketegangan perang dagang RRT-AS, sepenggal pernyataan Presiden Trump di Twitter tanggal 9 April lalu telah melontarkan atmosfir optimis, yang sepertinya telah menghalau asap peperangan di atas udara RRT-AS.
Di Twitter Trump mengatakan: “Konflik apapun yang muncul dalam perdagangan, Xi Jinping dan saya selalu berteman. Tiongkok akan membongkar pembatas perdagangan, karena itu adalah tindakan yang benar. Bea masuk kedua negara akan menjadi saling menguntungkan, dan akan mencapai kesepakatan dalam hal kekayaan intelektual. Kedua negara akan meraih masa depan yang agung!”
Dalam kurun waktu lama media massa papan atas AS dikuasai oleh kaum sayap kiri, yang kerap mendistorsi dan menjelekkan Trump. Trump bukan politisi, gaya unik “pemerintahan dengan Twitter” memiliki efek yang spesifik, komentarnya kerap kali lugas dan spontan.
Mengapa Trump bersikap begitu optimis terhadap masa depan perdagangan RRT-AS? Pernyataan Trump di Twitter sebelumnya telah mengungkap esensi dari konflik perdagangan RRT-AS.
“Kita tidak berperang dagang dengan RRT. Kita telah kalah perang ini beberapa tahun silam oleh perwakilan Amerika yang lemah yang telah dipermainkan. Sekarang kita mengalami defisit sebesar USD 500 milyar (6.882 triliun rupiah) setiap tahun, selain itu kekayaan intelektual yang telah dicuri menyebabkan kerugian sebesar USD 300 milyar (4.129 triliun rupiah). Kita tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi!”
Negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, berharap bisa memanfaatkan bergabungnya RRT ke dalam sistem perdagangan dunia untuk mendorong reformasi di tingkat politik di Tiongkok.
Namun, setelah RRT bergabung dengan WTO di tahun 2001, selama 17 tahun lamanya, Beijing sama sekali tidak menaati dan mewujudkan satu pun janji yang diucapkan waktu itu, sebaliknya menolak menjalankan peraturan WTO, membuat kerugian besar bagi perdagangan dan ekonomi AS dan negara lainnya, banyak teknologi AS yang dicuri oleh PKT, dan terus menerus seperti itu menyebabkan pukulan yang mematikan terhadap perekonomian AS. Ini hanya aspek ekonomi saja.
Defisit perdagangan RRT-AS yang besar, sejumlah uang ini dimanfaatkan oleh PKT sebagai umpan dan belenggu untuk membeli perusahaan AS, di saat yang sama menyuap para politisi dan pejabat AS, untuk bersaing dengan AS. Pasca PD-II, terutama setelah runtuhnya Uni Soviet dan Perang Dingin berakhir, AS telah menjadi satu-satunya negara adidaya di dunia.
AS memainkan peran menstabilkan, mengokohkan dan mendominasi perekonomian dan militer dunia dan berbagai aspek lainnya. Stabilitas dan kemakmuran AS sangat menentukan stabilitas dunia.
Memanfaatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat selama tiga decade terakhir, PKT menantang dominasi AS di dunia, dan berniat menyusupkan paham komunis rezim merahnya ke seluruh dunia.
PKT sedang mengerahkan “Perang Melebihi Batas” terhadap AS dalam segala aspek, di antaranya termasuk perang budaya menghancurkan moralitas AS, perang internet multi-fungsi, perang ekonomi mematikan dan perang psikologis dalam mengubah pola pikir warga AS dan lain-lain.
Menghancurkan urat nadi ekonomi AS hanya sebagian saja. Di bawah penyusupan PKT pada segala aspek, banyak politisi AS telah tunduk pada PKT.
Amerika telah berada dalam bahaya, Trump sedang berperang demi kepentingan negara AS, berperang demi eksistensi dan masa depan Amerika, dan juga berperang bagi masa depan dunia.
Di tengah pertikaian perdagangan RRT-AS, karena kebutuhan impor RRT terhadap Amerika jauh melebihi kebutuhan Amerika terhadap Beijing, maka di tangan PKT sudah tidak ada kartu as yang bisa dimainkan, propaganda media massa PKT pun hanya bisa membodohi rakyat dalam negeri.
Sedangkan stamina Trump sangat kuat, tidak hanya Amerika memiliki kekuatan besar, terlebih lagi karena Trump sangat memahami PKT dan konsepsi ekonomi yang tidak berubah selama tiga puluh tahun, oleh mayoritas masyarakat AS dipandang sangat sesuai dengan kehendak Tuhan.
Cuitan Trump di Twitter yang penuh optimisme terhadap masa depan dlihat dari sisi realita, sangat mungkin telah mencapai kesepakatan tertentu secara pribadi dengan Xi Jinping. Hanya sehari setelahnya, media massa PKT langsung berubah intonasi.
Surat kabar “People’s Daily” merilis berita berjudul “Tahun 2018 RRT Berani Buka Lebih Banyak Pintu Keterbukaan”.
Tanggal 9 April, mantan direktur Bank Sentral yakni Dai Xianglong di Hainan Boao Forum for Asia menyatakan, “Jika berpikir secara berani dan rasional, RRT tidak membutuhkan surplus dagang sebesar itu”, pernyataan ini telah melontarkan sinyal bahwa Beijing mungkin akan mundur atau mengalah dalam perang dagang RRT-AS ini.
Konflik perdagangan RRT-AS, Trump bersikap keras terhadap PKT, dari sudut pandang lebih dalam, akan mendorong reformasi sistem pemerintahan Tiongkok dari segi subjektif secara eksternal.
Perubahan besar yang terjadi di Tiongkok di masa depan, sangat mungkin akan membuktikan kata-kata Trump bahwa “AS dan Tiongkok akan meraih masa depan yang agung!” (SUD/WHS/asr)