oleh Li Muyang
Siapa sangka, pihak pertama yang bakal jatuh dalam perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, bukannya industri yang disebut-sebut tradisional atau perusahaan perdagangan asing, tetapi besar kemungkinan adalah industri teknologi tinggi yang telah dibangga-banggakan sebagai hasil reformasi dan liberalisasi ekonomi Tiongkok, yakni Zhong Xing Telecommunication Equipment Company Limited. Demikian bunyi tulisan seorang netizen daratan Tiongkok.
Beberapa hari yang lalu, Depertemen Perdagangan Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka melarang perusahaan AS untuk memasok komponen elektronik dan komunikasi ke ZTE selama 7 tahun.
Selanjutnya, Komisi Komunikasi Federal AS dengan suara bulat pada 17 April mengeluarkan sebuah keputusan yang melarang perusahaan telekomunikasi AS menjual produk peralatan telekomunikasi jenis apa pun yang mengandung subsidi dari pemerintahan federal kepada produsen Tiongkok seperti Huawei dan ZTE.
Langkah AS tersebut oleh dunia luar dianggap sebagai pukulan keras kepada ZTE karena chip teknologi inti ponsel pintar ZTE seperti teknologi kaca dan suara semua disediakan oleh produsen AS.
Mulut senjata AS sesungguhnya diarahkan kepada perusahaan teknologi tinggi seperti Huawei, meskipun sasaran tembakan pertama adalah ZTE, demikian penilaian beberapa media daratan Tiongkok.
Beberapa analis percaya bahwa jika pemerintah AS memberlakukan sanksi kepada perusahaan teknologi tinggi Tiongkok untuk jangka waktu yang lama, atau memperluas sanksi, maka itu dapat memicu efek domino.
Pada saat itu bukan hanya sebuah perusahaan ZTE saja yang menjadi korban, tetapi hampir seluruh industri permesinan di Tiongkok akan menghadapi malapetaka.
Ternyata kebijakan Deperdag. AS tersebut telah dapat mengungkap kelemahan yang terdapat pada industri teknologi tinggi Tiongkok, yaitu masalah chip. Dengan menghentikan pasokan chip sama saja dengan memukul KO para pelaku perusahaan teknologi tinggi Tiongkok.
Gong Lisheng, seorang peneliti di lembaga think-tank keuangan Tiongkok pernah dalam wawancara dengan NTDTV mengatakan : “Chip high-end bernilai 100 miliar Dolar AS yang digunakan Tiongkok itu didatangkan dari Amerika Serikat. Jika Amerika Serikat menghentikan pasokan chip itu, industri elektronik Tiongkok akan hancur”
Seperti kita ketahui, jumlah chip yang diimpor dari AS setiap tahunnya, sudah selama sekian tahun menempati peringkat pertama dalam daftar impor produk tunggal bea cukai Tiongkok.
Produk chip dalam negeri Tiongkok masih belum dapat menandingi AS karena stabilitas dan keandalannya.
Padahal tuntutan persyaratan untuk itu pada industri komunikasi, manufakturing, medis dan militer, termasuk aerospace cukup tinggi, tidak bisa main coba-coba, sehingga mau tak mau sepenuhnya bergantung pada pemasok AS.
Menurut penjelasan seorang sumber yang memahami seluruh proses dalam industri bahwa, jika di dalam sebuah produk ponsel memiliki 100 buah chip, salah satu dari chip itu kena embargo, maka order pemesanan tidak bisa dikirim karena fungsi ponselnya terganggu.
Beberapa komentator daratan Tiongkok percaya bahwa Trump bukan hanya seorang pengusaha yang sukses. Namun, dilihat dari perspektif strategi dan situasi keseluruhan, dia termasuk seorang ‘pecatur ulung’.
Menurut komentarnya, tindakan Trump tampaknya tidak masuk akal bagi kebanyakan orang, tetapi setelah dikaitkan sana-sini sekarang malahan membuat situasi semakin matang.
Sanksi kepada ZTE diberikan pada momen kunci Trump dalam eskalasi friksi antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Membuka jalan menuju kemenangan dengan meng-KO industri teknologi tinggi Tiongkok komunis.
Jika diibaratkan dalam permainan catur, saat ini ZTE sudah kehabisan akal untuk mengambil langkah dalam meneruskan permainan.
Hanya bisa menyerahkan nasib pada putusan Tiongkok mau ambil manfaat mana dengan mengorbankn kepentingan yang mana.
Bagi AS, ZTE tidak penting, sasaran yang ingin dicapai bukanlah menghukum mati perusahaan itu, tetapi situasi bakan berbeda setelah negosiasi dan kesepakatan baru nanti.
Ada desas-desus bahwa Perdana Menteri Li Keqiang secara pribadi ikut berpartisipasi dalam mediasi masalah ini. Meskipun kebenaran berita belum dapat dikonfirmasikan saat ini, tetapi cukup untuk menjelaskan betapa tingginya ‘kedudukan’ chip dalam industri dan ekonomi Tiongkok.
Oleh karena itu, Dugaan masyarakat luar menyebutkan bahwa Huawei, yang juga bergantung pada perusahaan AS, bakal mengalami nasib yang sama seperti ZTE.
Mungkin saja Huawei sudah melihat ‘awan gelap’ bakan menutupi udara perusahannya. Mereka langsung mengubah strategi.
Menurut ‘New York Times’ bahwa pekan lalu perusahaan itu mem-PHK 5 orang staf ahli dari AS, termasuk William B. Plummer, seorang eksekutif yang bertanggung jawab atas hubungan masyarakat di Washington.
Sumber mengatakan, Huawei juga sedang memperkecil serangan politiknya di Amerika Serikat dan mungkin mengakhiri sebuah upaya mereka. Huawei terus berusaha untuk menghilangkan tuduhan Washington bahwa mereka memiliki hubungan dengan PKT. Meskipun usaha itu sudah menghabiskan sepuluhan tahun, tetapi tidak berhasil.
Langkah yang dilakukan Huawei telah mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kekalahan di pasar AS, Pada kenyataannya, frekuensi komunikasi antara Huawei dengan pemerintah AS belakangan ini sudah menurun.
Dalam penyisiran kami menemukan bahwa pada bulan Januari tahun ini hampir semua mikroprosesor komputer di seluruh dunia mengalami penurunan tingkat keamanan.
Seorang senator AS mengirim surat kepada pendiri Huawei dan menanyakan mereka apa yang dia ketahui tentang kebocoran keamanan tersebut dan sejauh mana Huawei terkena pengaruh dari masalah tersebut ? Namun, Huawei tidak merespons. Demikian laporan ‘New York Times’.
Seperti yang kita ketahui, dalam beberapa tahun terakhir bisnis Huawei di Amerika Serikat berulang kali mengalami kegagalan.
Sejak 2012, Huawei dicurigai memiliki pintu belakang tersembunyi yang menjadi ancaman bagi keamanan nasional AS.
Awal tahun ini, AT & T membatalkan perjanjian kerjasama dengan Huawei. Beberapa saat sebelum perselisihan perdagangan AS – Tiongkok meningkat, Best Buy, perusahaan ritel elektronik terbesar di AS juga berhenti menjual produk kepada mereka.
Pada awal tahun 2012, Kongres AS menyatakan dalam laporannya bahwa Huawei adalah alat mata-mata bagi Tiongkok komunis yang menyediakan layanan jaringan khusus untuk Partai Komunis Tiongkok.
Dan pada bulan Februari tahun ini, pemimpin dari 6 badan intelijen AS juga bersaksi pada saat yang sama, memperingatkan warga Amerika untuk tidak membeli smartphone Huawei dan ZTE.
Perjalanan ZTE dan Huawei hingga hari telah membuktikan bahwa menjadi kaki tangan PKT tidak akan memiliki akhir yang baik.
Perusahaan-perusahaan yang mengaku milik swasta, dengan mengandalkan dukungan dari PKT untuk menggaet keuntungan penuh. Tetapi pada gilirannya mereka dijadikan antek untuk membantu PKT memantau kegiatan warganya sendiri, juga mengembangkannya sampai ke luar negeri. Kalau pun sekarang ini mendapatkan pukulan bertubi-tubi, tidak perlu heran karena sudah jalan hidupnya. (Sinatra/asr)