EpochTimesId – Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat, Mike Pompeo antara akhir Maret dan awal April tahun ini mengadakan pembicaraan dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Mereka berdiskusi dalam sebuah pertemuan rahasia.
Media Jepang dan Korea Selatan baru-baru ini menyingkap beberapa latar belakang kunjungan Pompeo. Media Korea Selatan ‘Chosun Ilbo’ mengutip laporan media Jepang ‘Asahi Shimbun’, memberitakan bahwa Mike Pompeo singgah di Pyongyang selama 3 hari.
Dia datang untuk membahas masalah yang berkaitan dengan persiapan pertemuan puncak Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Amerika-Korea Utara. Selama kunjungan itu, Pompeo telah bertemu dalam pembahasan dan jamuan makan dengan Kim Jong-un sebanyak 3 hingga 4 kali.
Kim Jong-un dikabarkan menyambut gembira kedatangan Pompeo dan mengklaim, “Baru pertama kalinya bagi saya menemui orang yang memiliki minat dan kepribadian sama dengan saya.”
Laporan itu menyebutkan, Kim Jong-un dalam pembicaraannya menegaskan keinginannya untuk meninggalkan senjata nuklir. Dia tidak akan menuntut AS menarik pasukannya dari Korea Selatan.
Video Rekomendasi :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA
Karena itu, Amerika Serikat kemudian menilai bahwa Korea Utara memang memiliki kesediaan untuk meninggalkan program nuklirnya. Namun, Korea Utara dalam prakteknya nanti apakah bisa menepati janjinya, Amerika Serikat masih bersikap skeptis.
Selain itu, Korea Utara meminta Amerika Serikat untuk memasukkan isu membuka hubungan diplomatik antara AS dengan rezim Korea Utara (DPRK) dalam pertemuan puncak antara Amerika Serikat dan Korea Utara. DPRK juga ingin membahas masalah pelonggaran sanksi terhadap Korea Utara dalam KTT.
Namun, Kim Jong-un menolak berbicara tentang langkah-langkah denuklirisasi dan batas waktu realisasinya.
Media ‘DongA Ilbo’ memberitakan, Kim Jong-un dalam pembicaraannya dengan Mike Pompeo juga berjanji untuk menerima pemeriksaan denuklirisasi yang lebih ketat. Pemeriksaan akan termasuk verifikasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Badan intelijen Korea Selatan pada 23 April 2018 juga mengungkap pertemuan rahasia tersebut. Dalam pertemuan dengan Kim, Pompeo telah menegaskan bahwa KTT hanya akan dilaksanakan sepenuhnya di bawah premis denuklirisasi yang lengkap dan dapat diverifikasi.
Pada kesempatan itu juga Pompeo menuntut agar Korea Utara menerima jadwal verifikasi pelaksanaan denuklirisasi. Mengingat di waktu lalu pernah terjadi pengusiran petugas IAEA saat melakukan inspeksi nuklir di Korea Utara.
Oleh sebab itu, Pompeo menyinggung pentingnya verifikasi khusus. Dia menekankan bahwa jika perlu, para inspektur juga dapat meminta inspeksi tambahan pada fasilitas nuklir Korea Utara.
Laporan itu mengatakan bahwa Kim Jong-un tidak mengajukan keberatan atas permintaan di atas. Kecuali mengenai waktu dan ruang lingkup inspeksi, Kim akan mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai tawaran kompensasi yang diajukan oleh Amerika Serikat, baru dapat membuat penyesuaian yang diperlukan.
Korea Utara pada 21 April mengumumkan keputusan untuk menghentikan uji coba nuklir dan peluncuran rudal, termasuk penutupan fasilitasnya. Namun masyarakat internasional hanya menanggapinya sebatas menyambut gembira.
Tidak ada pelonggaran tekanan terhadap Korea Utara dari dunia Internasional, kecuali dari sekutu dekatnya, rezim komunis Tiongkok. Tampaknya keputusan Korea Utara tersebut masih belum secara total menghilangkan kewaspadaan internasional terhadap mereka. (Chen Juncun/ET/Sinatra/waa)
Video Pilihan :