oleh Luo Tingting
Media India menyebut pertemuan tinggi Tiongkok – India baru-baru ini diadakan dalam suasan bagaikan pasangan yang ‘saling mengobati’. Laporan mereka menyebutkan bahwa, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mencoba berkomunikasi dalam suasana santai, dan melakukan sampai tiga putaran pembicaraan rahasia dalam dua hari.
Modi yang tiba di kota Wuhan, Hubei pada 27 April dini hari mengadakan pertemuan informal dua hari dengan Xi Jinping. Media India menyebut KTT tersebut seperti pasangan yang sedang ‘Saling Mengobati’.
“The Times of India” telah mengungkapkan beberapa rincian yang dituturkan orang dalam yang tahu mengenai pertemuan kedua pemimpin tersebut.
Kali ini, Xi Jinping dan Modi telah mengadakan enam kali pembicaraan, yang setidaknya tiga kali adalah pembicaraan one by one yang hanya didampingi oleh penterjemah.
Menurut laporan itu, Xi Jinping dan Modi juga mengadakan setidaknya 2 kali pembicaraan santai di atas perahu Danau Timur yang terletak di tengah kota Wuhan dengan masing-masing pihak menyertakan 6 orang anggota delegasi.
Pada 27 April, kedua pemimpin bertemu dalam acara kunjungan ke museum seni rupa di Museum Provinsi Hubei kemudian dilanjutkan dengan pembicaraa di Danau Timur sebagaimana dijelaskan di atas. Malam harinya usai jamuan makan kedua pemimpin melanjutkan pembicaraan.
Pada 28 April, Modi dan Xi kembali melakukan 3 kali pembicaraan yang hanya didamping oleh penterjemah dari kedua belah pihak.
Menurut sumber pers yang dikutip, Xi Jinping menyiapkan pameran hidangan vegetarian Gujarat untuk menjamu Modi, dan Modi juga menyiapkan hadiah khusus untuk Xi Jinping.
Analisis percaya bahwa ditinjau dari rincian pertemuan yang disusun ini, tampak kedua pihak berniat untuk melakukan pertukaran yang tulus melalui kunjungan Wuhan ini.
Dunia luar beranggapan bahwa Xi dan Modi mungkin membahas banyak tentang isu sensitif seperti perselisihan perbatasan, ketidakseimbangan perdagangan India – Tiongkok, strategi India-Pasifik dan sebagainya.
Kedua negara tidak saja memiliki masalah sengketa teritorial, juga menyangkut hubungan diplomatik dan bantuan ekonomi yang diberikan Partai Komunis Tiongkok kepada negara tetangga Pakistan. Ketidakakuran yang terus berjalan selama waktu yang panjangan ini membuat konflik kian tajam dan sulit untuk diselesaikan.
Sengketa perbatasan antar kedua negara yang terjadi tahun lalu masih menyisakan kenangan yang mengganjal di hati. Wang Dehua, seorang ahli hubungan Tiongkok – India yang bertugas di Pusat Studi Internasional di Shanghai mengatakan bahwa, tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk membawa kedua negara meninggalkan rasa permusuhan gara-gara kejadian tahun lalu itu.
Namun, perdagangan antara Tiongkok dan India sedang tumbuh dalam kondisi yang tidak seimbang. defisit perdagangan yang ditimbullkan menyebabkan New Delhi meningkatkan kewaspadaan, tetapi dalam konteks sengketa perdagangan yang terus berlanjut, India bagi Beijing adalah pasar yang enggan untuk ditinggalkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, India semakin mendekatkan diri dengan Amerika Serikat. Kebebasan dan keterbukaan kawasan India – Pasifik yang terus ditekankan oleh Presiden Trump dianggap sebagai upaya untuk mencegah perluasan pengaruh Tiongkok komunis.
Media Jerman ‘Frankfurter Allgemeine Zeitung’ percaya bahwa : Jika Xi Jinping berhasil meyakinkan Modi agar India ikut bergabung dalam program-program Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan, maka ini adalah pretasi terbesar yang diperoleh Xi dalam pertemuan Wuhan.
Sebelumnya, India secara resmi menyatakan bahwa Koridor Ekonomi Tiongkok – Pakistan yang merupakan bagian dari Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan itu adalah program yang mengancam kedaulatan dan integritas teritorial India.
“Partai Komunis Tiongkok tahu benar bahwa India adalah negara yang pendiriannya tidak tetap, dan mungkin adalah negara paling berpendirian tidak tetap di dunia”, demikian kata Brahma Chellaney, seorang profesor penelitian strategis di Pusat Penelitian Kebijakan (Center for Policy Research) di New Delhi.
“Jika India bersekutu dengan Amerika Serikat dan negara demokrasi lainnya, maka hal itu akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap Tiongkok,” tambahnya.
Analis percaya, menghadapi kian membesarnya kekuatan internasional dalam upayanya untuk memblokir pengaruh Tiongkok komunis.
Bagaimana Xi Jinping harus menanggapinya ? Bagaimana Modi yang pro-AS harus pandai-pandai dalam memerankan hubungan ‘ya kawan ya lawan’ ? Gambaran pasti akan tampak nanti usai KTT Wuhan.
Selain itu, hal yang perlu disebutkan di sini adalah pemerintah India telah mengkonfirmasikan bahwa PM. Modi akan menghadiri KTT Organisasi Kerjasama Shanghai di kota Qingdao, Shandong yang akan diselenggarakan pada awal Juni tahun ini. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Modi setidaknya akan datang untuk kedua kalinya ke Tiongkok. Ini jarang terjadi. (Sinatra/asr)