EpochTimesId – Propinsi Heilongjiang dan Provinsi Jilin menerima tugas politik dari rezim komunis Tiongkok. Penugasan politik berisi menuntut secepatnya memperluas lahan penanaman kedelai. Penugasan itu dikeluarkan bertepatan dengan tibanya delegasi perdagangan Amerika Serikat di Tiongkok.
Namun, para ahli mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah pertunjukan (show-off) sikap dari Partai Komunis Tiongkok dalam hubungan dagang internasional. Sebab, situasi permasalahan konflik dagang Tiongkok-AS yang belum terpecahkan. Semua pihak tahu bahwa tugas politik tersebut tidak akan mampu mengatasi kebutuhan yang mendesak.
Media Tiongkok ‘National Business Daily’ pada 3 Mei 2018 memberitakan bahwa beberapa provinsi dan kota di wilayah Timur Laut Tiongkok telah menerima dokumen berisikan instruksi pemerintahan pusat. Instruksi itu menghendaki secepatnya memperluasan lahan budidaya kedelai.
Di antara kalimat dalam instruksi itu terdapat tulisan yang menekankan, “Agar perluasan lahan penanaman kedelai dijadikan sebagai misi utama politik saat ini.”
Menurut The Papers, baru-baru ini Komite Pertanian Provinsi Heilongjiang mengadakan pertemuan khusus untuk mengkoordinasikan penugasan dari pusat berkaitan dengan perluasan are penanaman kedelai tahun 2018.
Pada 29 April 2018, otoritas Heilongjiang mengeluarkan surat instruksi berjudul ‘Pemberitahuan Penting tentang Perluasan Areal Kedelai Provinsi’. Surat instruksi tersebut yang menunjuk target pemerintahan pusat kepada Propinsi Heilongjiang untuk menambah sebanyak lima juta Hektar lahan penanaman kedelai.
National Business Daily mengutip data Kantor Bea Cukai melaporkan bahwa tahun 2017 Tiongkok mengimpor total sebanyak 95,54 juta ton kedelai. Amerika Serikat adalah pemasok terbesar kedua bagi Tiongkok, yaitu sekitar sepertiga dari angka impor tersebut.
Namun pada bulan Maret tahun ini, impor kedelai hanya 5.617.700 ton. Jumlah ini menurun sebanyak 10,51 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di antaranya, kedelai impor asal AS sebesar 55 persen atau 3.096.600 ton. Sedangkan 2.323.500 ton kedelai impor lainnya adalah dari Brasil yang menyumbang 41 persen dari total impor.
Sejak 2 April 2018, otoritas berwenang Beijing telah memberlakukan kenaikan tarif atas 128 komoditas impor AS, tetapi tidak termasuk kedelai.
Namun, Amerika Serikat pada 3 April mengumumkan kenaikan 25 persen tarif impor atas 1.300 komoditas Tiongkok. Keesokan harinya, pihak Tiongkok menambahkan 106 jenis produk AS dengan tambahan tarif 25 persen yang nilainya mencapai 50 miliar Dolar AS, yang didalamnya sudah termasuk kedelai.
Video Rekomendasi :
Soren Schroder, kepala eksekutif Bunge, pengolah biji minyak terbesar di dunia mengatakan bahwa Tiongkok pada dasarnya telah berhenti membeli kedelai AS. Data Departemen Pertanian AS menunjukkan bahwa dalam dua minggu yang berakhir pada 19 April, Tiongkok telah membatalkan impor 62.690.000 metrik ton kedelai AS.
Yang Linqin, analis komoditas berjangka Tiongkok kepada Reuters mengatakan, dengan penambahan lahan sebesar 500 Ha maka produksi kedelai akan bertambah sebanyak 600 ribu ton.
“Dari sini kita bisa melihat bahwa rencana tersebut tak mungkin menutupi kekurangan dari kebutuhan Tiongkok terhadap kedelai,” ujar Yang Linqin.
Menurut data otoritas berwenang Tiongkok, kedelai impor yang telah dianggarkan pemerintah untuk tahun 2017/18 adalah 96 juta ton. Produksi dalam negeri diperkirakan hanya 14,6 juta ton.
“Pemerintah Tiongkok sebelumnya telah mengeluarkan kebijakan tentang memperkecil lahan jagung dan memperluas lahan kedelai. Sekarang tiba-tiba muncul perintah tersebut yang saya pikir itu sebagai tanggapan atas perang dagang dengan AS,” sambung Yang Linqin.
Beberapa sarjana daratan juga mengatakan bahwa ini jelas merupakan sikap dalam menghadapi konflik dagang. Pada kenyataannya itu hanya berupa isyarat dan tidak berpengaruh pada situasi aktual. Karena Tiongkok mengimpor hampir 100 juta ton kedelai setiap tahun. Sehingga dengan hanya menambahkan 5 juta Ha lahan tentu hasil panennya sangat terbatas, dan jauh dari kemampuan untuk menutupi permintaan.
Chinese Aquaculture Network mengutip pemberitahuan pedagang yang memberitakan bahwa Tiongkok pada akhir bulan April mengimpor kedelai Brasil dengan harga 467 dolar AS per ton. Sedangkan harga kedelai AS adalah 435 Dolar AS.
Menurut laporan itu, “Harga kedelai Brasil tidak kompetitif. Ada kecurigaan harga mengalami markup.”
Pada saat yang sama, karena bungkil kedelai adalah sumber utama pakan ternak, sejumlah industri besar Tiongkok dibidang pakan ternak baru-baru ini sepakat menaikkan harga penjualan produk. Mereka juga sudah siap untuk menaikkan atau menurunkan harga mengikuti perkembangan konflik perdagangan. (Ling Yun/ET/Sinatra/waa)
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA