EpochTimesId – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media pada 29 April 2018 bahwa pemerintahan Trump telah ‘membuka mata lebar-lebar’. Amerika sedang memantau Korea Utara secara saksama apakah setiap ucapan mereka mengenai denuklirisasi dapat dipercaya.
Pompeo mengatakan bahwa, mengingat pengalaman masa lampau pemerintahan Trump akan menggunakan pendekatan berbeda dalam negosiasi dengan Korea Utara.
Pompeo dalam wawancara eksklusif dengan program berita ABC ‘This Week’, ketika wartawan menanyakan soal sejauh mana Ia dapat mempercayai janji Kim Jong-un yang disampaikan kepadanya pada pertemuan di hari Paskah itu, Pompeo mengatakan Amerika sudah dan sedang membuka matanya lebar-lebar.
“Kami memahami sejarah. Kami sadar dengan risikonya … Kami akan bernegosiasi dengan cara yang berbeda dari yang kami lakukan sebelumnya.”
“Kami tidak akan membuat komitmen. Kami tidak menginginkan janji verbal. Yang kami inginkan adalah tindakan nyata dan tindakan yang dapat dipantau,” kata Pompeo.
Ketika ditanya soal apakah dia dapat percaya bahwa Kim Jong-un siap meninggalkan program senjata nuklirnya, Pompeo mengatakan Kim Jong-un kini sedang dipaksa membuat keputusan.
“Apakah dia masih ingin melanjutkan kebijakan menekan (terhadap Korea Utara)? … Atau apakah dia sedang menjajaki cara-cara berani dan berbeda yang belum pernah terjadi sebelumnya?”
“Saya tidak tahu cara mana yang akan ditempuh (Kim Jong-un). Sebagaimana yang dikatakan presiden (Donald Trump) sebelumnya, hanya waktu yang akan membuktikan, tetapi kita wajib untuk melakukan pembicaraan diplomatik untuk mencoba menemukan suatu kesepakatan yang dapat menyelesaikan masalah secara damai. Demi mencegah rakyat Amerika menerima ancaman senjata nuklir Korea Utara,” lanjut mantan Direktur CIA itu.
Pompeo juga menekankan bahwa apa yang diinginkan Rezim Trump adalah denuklirisasi yang menyeluruh, dapat diverifikasi dan tidak dapat diputarbalikkan.
Ketika ditanya soal andaikata jalan diplomasi mengalami kebuntuan, apakah ada rencana menggunakan opsi militer? Pompeo mengatakan, “Presiden sangat jelas bahwa ia tidak akan membiarkan Kim Jong-un terus mengancam Amerika Serikat!”
Pompeo mengatakan bahwa pertemuannya dengan Kim pada hari Paskah berjalan sangat baik. Ketika wartawan bertanya, apa yang muncul dalam benaknya ketika sedang bersama Kim Jong-un?
Pompeo mengatakan, “Saya membawa misi, misi membuka jalan demi pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Trump dengan Kim Jong-un. Kami ingin melalui pertemuan memastikan, apakah Kim Jong-un telah serius untuk membicarakan isu yang paling memprihatinkan ini. Saat itu saya memusatkan perhatian pada masalah tersebut.”
Pompeo menjelaskan, pihaknya telah melakukan diskusi ekstensif mengenai masalah-masalah paling sulit yang dihadapi Amerika Serikat dan Korea Utara. Presiden Trump menyampaikan sebuah mandat yang sangat jelas. Sebelum meninggalkan pertemuan, Kim Jong-un telah memahami benar persyaratan yang telah dia sampaikan.
Ketika ditanya, apa yang terinspirasi dari pertemuan dengan Kim Jong-un? Pompeo mengatakan, “Selama Anda memiliki kesempatan untuk bertatap muka dengan seseorang, Anda akan dapat lebih memahami apa yang orang itu pikirkan, apakah orang itu benar-benar siap untuk melakukan sesuatu yang memiliki arti sejarah. Hal yang berbeda … tujuan saya adalah mencoba untuk mencari tahu apakah ada peluang nyata (untuk mencapai denuklirisasi). Saya yakin itu ada.”
Video Rekomendasi :
Media Inggris ‘Financial Times’ sebelumnya pernah mengeluarkan artikel yang melukiskan bahwa Trump sengaja mengirim Mike Pompeo, penasihat yang terpercaya untuk menemui Kim Jong-un. Utusan itu menyoroti upaya Trump yang sedang berusaha keras mewujudkan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Dennis Wilder, Profesor Studi Asia Georgetown University yang pernah bertugas di kantor CIA dan Gedung Putih menyebutkan bahwa Rezim Trump sangat berhati-hati terhadap ‘jebakan propaganda’ Korea Utara. Sebab, jebakan propaganda akan menjerumuskan Amerika Serikat.
Dennis Wilder memuji Pompeo sangat cerdik dan informatif, dia bukan orang yang mudah goyah oleh janji-janji kuno Korea Utara. “Sebagai pejabat yang merangkap Menlu dan Direktur CIA, dia cocok untuk menghadapi Kim Jong-un,” ujar Wilder.
Mantan analis senior CIA untuk urusan Korea Utara, Sue Mi Terry percaya bahwa pandangan Barat menganggap informasi yang dimiliki Kim Jong-un sudah usang. Jadi, pertemuan Pompeo dengan Kim Jong-un akan memberikan wawasan kunci kepada Amerika Serikat.
“Sangat membantu untuk menemukan watak seorang Kim Jong-un yang berbadan besar. Ini adalah pertemuan yang sangat berharga bagi komunitas intelijen,” ujar Terry.
Tokoh penting lainnya yang berada di sekeliling Trump adalah John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih. Dia dalam kesempatan wawancara dengan Fox News juga menekankan bahwa Trump tidak akan bertemu dengan Kim Jong-un kecuali jika Korea Utara benar-benar ingin meninggalkan program senjata nuklir sekaligus.
Juru bicara kepresidenan Korea Selatan, Yoon Young-chan pada 29 April 2018 dalam siaran persnya mengatakan bahwa dalam pertemuan Moon-Kim tanggal 27 April, Kim Jong-un memberitahu Moon bahwa akan menutup fasilitas uji coba nuklir bulan Mei. Korut juga akan segera mengundang para ahli dan wartawan dari Amerika Serikat dan Korea Selatan ke Korea Utara.
Selain itu, Kim Jong-un juga akan menyesuaikan zona waktu Pyongyang agar sama dengan waktu Seoul. (Zhang Ting/EpochWeekly/Sinatra/waa)
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA