EpochTimesId – Siswa SMA tersangka penembakan yang menewaskan delapan siswa dan dua guru SMA Santa Fe, Houston, Houston, Amerika Serikat, dikabarkan mempelajari dan meniru aksi penembakan massal sebelumnya. Tersangka mempelajari penembakan massal sebelum melakukan serangan, seperti dikutip dari ABC News.
“Dimitrios Pagourtzis, 17 tahun, menggunakan aspek dari serangan (penembakan) sebelumnya dalam penembakan yang dilakukannya,” kata seorang sumber kepada penyiar, tanpa merinci lebih lanjut.
Teman sekelas pelaku di SMA Santa Fe, Texas menggambarkan Pagourtzis sebagai sosok pendiam yang bermain di tim sepakbola. Pelaku mengenakan jas hujan hitam ke sekolah pada suhu sangat panas, dan melepaskan tembakan dengan pistol kaliber 38 dan senapan Remington, Jumat (18/5/2018) lalu.
Beberapa akun media mengatakan pria bersenjata itu sempat mengejek beberapa korbannya. Dia meminta beberapa orang bersembunyi di dalam lemari jika mereka ingin menjawab ponsel mereka yang berdering.
“Anda ingin mendapatkan itu?” Kata si penyerang, menurut The Wall Street Journal.
Dia membiarkan orang lain hidup, dan mengatakan bahwa dia ingin kisahnya diceritakan. Polisi juga menemukan bom pipa rakitan yang tidak meledak.
Banyak aspek serangan itu mirip dengan salah satu penembakan terburuk di sekolah dalam sejarah Amerika: pembantaian di SMA Columbine pada bulan April 1999, di mana dua remaja laki-laki dengan senjata tersembunyi di bawah trenchcoats menewaskan 12 siswa dan satu guru.
Dalam serangan massal itu, para remaja melakukan baku tembak dengan polisi dan akhirnya bunuh diri.
Pagourtzis tidak mencoba bunuh diri. Akan tetapi Gubernur Texas, Greg Abbott, mengatakan kepada wartawan bahwa pemuda itu ingin bunuh diri. Namun, tersangka tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.
Columbine mengangkat kembali perdebatan nasional tentang undang-undang kontrol senjata, budaya senapan, dan kekerasan di video game. Perdebatan itu mulai berkecamuk setelah penembakan di SMA Sandy Hook, di Newtown, Connecticut pada tahun 2012 di mana 20 pelajar dan enam orang dewasa tewas.
Perdebatan itu juga menggema kembali setelah penembakan di SMA Parkland, Florida pada Februari 2018. Kali ini, 14 siswa dan tiga orang dewasa ditembak mati oleh seorang remaja.
Polisi mengatakan Pagourtzis mengaku melakukan pembunuhan hari Jumat itu setelah dia ditahan. Namun, pihak berwenang belum memberikan motif apa pun untuk pembantaian itu. penembakan massal ini adalah yang paling mematikan keempat di sekolah umum AS dalam sejarah modern.
Keluarga Pagourtzis mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka turut sedih dan kecewa pasca penembakan itu. Mereka juga mengaku sama terkejutnya dengan orang lain, akibat peristiwa itu. Keluarga itu mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan pihak berwenang.
Sadie Rodriguez, ibu dari siswi SMA Santa Fe, Shana Fisher yang tewas dalam serangan itu, mengatakan di media bahwa putrinya yang berusia 16 tahun telah menolak cinta yang diungkapkan oleh pelaku. Dia didekati secara agresif selama empat bulan terakhir oleh Pagourtzis.
Fisher akhirnya membuat tersangka malu di kelas, ibunya mengatakan pada Los Angeles Times.
“Seminggu kemudian dia menembaki semua orang yang tidak dia sukai,” kata Rodriguez. “Shana menjadi korban yang pertama ditembak mati.” (Reuters/The Epoch Times/waa)
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA