DR. Xie Tian
Media massa arus utama AS, seperti diketahui, selalu bersikap tidak bersahabat pada Presiden Trump, dan Trump sendiri bahkan selama dua tahun tidak pernah menghadiri jamuan makan malam “Asosiasi Pers Gedung Putih” yang terkenal itu.
Dulu, pesta tersebut selalu dihadiri oleh mayoritas presiden AS, pada jamuan malam itu mereka berkesempatan menertawakan diri sendiri, juga berpeluang menyindir para reporter Gedung Putih yang biasanya selalu memburu dan mencecar mereka habis-habisan.
Namun setelah ada terobosan baru masalah nuklir Korut yang sifatnya bersejarah, media arus utama AS pun mulai berubah pandangan terhadap Trump, bahkan mengubah kebiasaan lama dengan mulai menyoroti dan memberitakan Trump secara positif dan memberitakan pengaruh diplomatik Amerika yang dibentuk oleh Trump.
Surat kabar “Washington Post” dan lain-lain mengatakan, atas perkembangan pada masalah nuklir Korut yang berhasil diraih sejauh ini, Presiden Trump telah menempuh “cara diplomatik yang berani dan inovatif, yang mungkin akan membuka jalan damai baru bagi dunia. Sebelum Trump, pemimpin lain belum ada yang berhasil dalam menempuh jalan ini” dan “Trump telah membentuk kembali diplomatik Amerika, seluruh dunia mengitari Trump sebagai poros.” Tapi, dunia berputar mengitari Trump, lalu Trump sendiri mengitari apakah? Apa yang menjadi konsep inti dan strategi final Trump?
Masalah senjata nuklir Korea Utara telah mengganggu negara-negara dunia selama puluhan tahun, masyarakat dibuat tercengang akibat kebrutalan dan kekejaman anak ingusan bernama Kim Jong-Un itu. Amerika telah melewati beberapa presiden, tidak pernah ada yang bisa menyelesaikan masalah pelik ini
Bagaimana Trump melakukan hal ini? Trump hanya menempatkan Angkatan Lautnya di lepas pantai Korea Utara. Tapi presiden AS sebelumnya juga bisa melakukannya. Apakah karena militer AS menjadi jauh lebih kuat? Tidak juga. Militer AS masih sama seperti yang dulu. Walaupun Trump menambah anggaran belanja militer, namun penambahan kekuatan militer, pesawat tempur, kapal perang, baru akan terlaksana setelah beberapa tahun kemudian.
Bukan karena kepalan tinju AS menjadi lebih besar yang membuat Kim Jong-Un bersedia berunding, melainkan karena ketegasan dan keberanian Trump, serta tekad Trump dalam membasmi kekuatan paham komunis, yang telah membentuk situasi di Semenanjung Korea hari ini. Jadi, dunia mengitari Trump, hal ini juga tidak mengherankan.
Perang dagang RRT-AS kali ini telah mengikis perekonomian PKT sedemikian rupa, dan makin memburuk. Persis seperti perkiraan banyak tokoh keadilan, perang dagang RRT-AS mutlak tidak hanya bentrok dalam bidang perdagangan dan ekonomi saja, melainkan juga perlawanan dalam hal nilai sosial masyarakat dan sistem tatanan masyarakat.
Kekuasaan otoriter PKT telah secara ekonomi mengancam pondasi ekonomi di negara Barat dan masyarakat bebas, batu pondasi masyarakat mereka yang paling mendasar, yakni sistem kontrak perjanjian, sistem kapitalisme, dan sistem perusahaan bebas.
PKT sengaja mendorong ekspor demi menghasilkan devisa dan menimbun devisa, kekayaan yang dirampas oleh kelompok berkepentingan PKT dari rakyat (pasca PKT merebut kekuasaan pada 1949) dialihkan menjadi cadangan devisa, “tindakan inovatif” gerakan paham komunis internasional ini merampasnya secara langsung dari rakyat sendiri, di saat yang sama mencuri dari dunia kapitalis, sekali melempar batu dua burung yang kena. Hal ini bahkan tidak mampu dilakukan oleh rezim komunis Uni Soviet dulu.
Penggunaan cadangan devisa asing ini oleh rezim PKT dan Korut kurang lebih sama: pertama adalah untuk memuaskan kebutuhan konsumtif dan penghamburan bagi rezim komunis sendiri, dan kedua untuk memberi pengaruh terhadap negara lain dan memperluas ruang gerak internasional.
Eksistensi PKT sangat tergantung pada penimbunan kekayaan seperti ini, selain menjadi pundi-pundi uang bagi rezim komunis di saat menyelamatkan diri apabila rezimnya runtuh, juga wajib diadakan untuk kebutuhan propaganda mereka lewat perembesan ideologi mereka melalui pendirian Institut Konfusius secara global, juga membeli pemerintah negara-negara Afrika, atau menekan diplomatik Taiwan, mendukung rezim preman menentang Amerika dan lain sebagainya.
Perang dagang yang dikobarkan Trump terhadap PKT menuntut agar PKT mengurangi defisit perdagangan, memperbesar ekspor AS, dan pada akhirnya secara langsung menohok gudang uang milik PKT, membuat PKT terpaksa harus memperlonggar pengendalian terhadap pundi uang tersebut, yang harus digunakan untuk membeli produk AS dengan banyak cadangan devisa tersebut, sehingga mengurangi defisit dagang dengan AS.
Tindakan pemerintah AS ini terlihatnya seperti hanya dari segi ekonomi saja, tapi sesungguhnya juga dari segi politik, dan sebenarnya memaksa PKT runtuh dalam hal ekonomi dan menuju kebangkrutan, membuat PKT tidak bisa lagi menggunakan uang itu untuk membayar preman dan penjahat, yang selanjutnya mengakibatkan PKT tercerai berai dalam hal politik, organisasi dan ideologi.
Terompet perang dagang RRT-AS telah dibunyikan, kekuatan kebenaran dunia telah memaksa diakhirinya sistem otoriter partai tunggal RRT dan menciptakan masyarakat demokrasi yang bebas, jika tidak, maka RRT akan tersingkirkan dari masyarakat internasional.
Misi Trump bukan sesederhana hanya membangkitkan kembali AS dan menjadikan AS nomor satu, melainkan ada makna yang lebih mendalam yakni kembali ke tradisi dan mengembalikan konsep konvensional. Dalam hal Iran dan Suriah, Trump sama sekali tidak takut pada gertakan Rusia, tidak berandai-andai atas rencana nuklir Iran, dan langsung mengoreksi kesalahan Obama; terhadap rezim Suriah yang menyalahgunakan senjata kimia juga tidak lemah, semua itu secara massive sedang menyingkirkan kekuatan jahat yang ada di dunia ini.
Strategi diplomatik internasional Trump yang lebih luas, terletak pada upaya kerasnya memusnahkan paham komunis di seluruh dunia. Saat ini di dunia ini masih ada empat rezim komunis, yakni Kuba, Vietnam, Korut, dan RRT.
Terhadap rezim komunis Kuba, cara yang digunakan Trump adalah mengepungnya; terhadap rezim komunis Vietnam, cara yang digunakan Trump adalah ekonomi; terhadap rezim komunis Korut, cara yang digunakan Trump adalah militer; dan terhadap rezim komunis RRT, cara yang digunakan Trump adalah perdagangan. Mampu memainkan kartu secara bersamaan di dunia Timur maupun Barat dengan cara yang berbeda menghancurkan kekuatan sesat dan kekuatan komunis di seluruh dunia, dalam sejarah mungkin hanya Trump seorang.
Trump pernah berkata, “Pemerintah yang menindas rakyatnya sendiri tidak akan selalu eksis selamanya, akan tiba saatnya dimana rakyat akan memilih.” Melakukan kehendak Tuhan, sesuai petunjuk Tuhan, itulah sebabnya masyarakat dunia saat ini mengitari Trump sebagai pusatnya. Dunia pada hari ini memang mengitari Trump; dan Trump sendiri mengitari Tuhan, mengitari kehendak Ilahi, untuk membersihkan lumpur yang kotor di dunia ini. (SUD/WHS/asr)
Xie Tan adalah John M. Olin Palmetto Chair Professor at University of S. Carolina Aiken, Amerika Serikat