Epochtimes.id- Jurnalis internasional telah memulai perjalanan maraton ke tempat uji coba nuklir Korea Utara pada Rabu (23/05/2018).
Rencana ini terwujud setelah Pyongyang menunda memberangkatkan sejumlah media Korea Selatan untuk menyaksikan pembongkaran fasilitas uji coba nuklir Korut.
Perjalanan ini menggunakan kereta api selama 11 jam, menaiki bus selama empat jam, dan kemudian mendaki satu jam seperti diungkap seorang wartawan dengan RT Rusia di Twitter.
Korea Utara telah menunda pembicaraan dengan Korea Selatan dan mengancam akan menarik keluar dari KTT yang akan datang antara diktator Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump.
Akan tetapi undangan kepada media dinilai sebagai indikasi bahwa tawaran untuk mengakhiri uji coba nuklir Korut masih berlaku.
Sebelumnya Korut telah menolak untuk mengundang wartawan Korea Selatan sebagai protes terhadap latihan tempur udara “Max Thunder” AS-Korea Selatan.
Wartawan dari sejumlah kantor berita internasional mengatakan di Twitter mereka tiba di kota pelabuhan Korea Utara, Wonsan, Selasa lalu.
Laporan media Korsel menyebutkan, sebanyak 8 warga Korea Selatan tiba di Wonsan, mereka dipaksa untuk meninggalkan detektor radiasi, telepon satelit, dan Bluetooth sebelum mereka semua berangkat ke tempat lokasi uji coba nuklir.
Korea Utara mengumumkan akan menggunakan peledak untuk menutup terowongan uji coba nuklir.
Kementerian Unifikasi Seoul menyambut baik keputusan Pyongyang untuk menerima Korea Selatan.
“Kami berharap untuk realisasi awal denuklirisasi penuh dari semenanjung Korea melalui Korea Utara-AS. KTT dan dialog berbagai tingkat, dimulai dengan penghancuran lokasi uji coba nuklir,” kata Juru Bicara Kementerian Baik Tae-hyun dalam jumpa pers.
Diperkenankan pada menit-menit terakhir oleh Korea Utara terhadap wartawan Korea Selatan terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Kim mulai mundur dari janjinya untuk membatalkan program nuklir.
Tiongkok menyatakan Amerika Serikat dan Korea Utara masih membuat persiapan untuk KTT itu dan Beijing berharap kedua pihak dapat “menyingkirkan gangguan”.
Seoul berusaha untuk menengahi antara Amerika Serikat dan Korea Utara, saat Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengunjungi Washington pada Selasa lalu untuk bertemu dengan Presiden Trump.
Pembicaraan intra-Korea tingkat tinggi kemungkinan akan dilanjutkan setelah Jumat (25/05/2018), setelah Max Thunder selesai. Kepastian diungkap oleh sekretaris media Moon Yoon Young-chan.
Seorang pejabat senior Korea Selatan mengatakan kepada wartawan dengan identias anonim : “Mengingat pemikiran dan pernyataan Korea Utara, kami akan dapat mengubah suasana setelah latihan Max Thunder dari kebuntuan saat ini dan memulai kembali dialog.”
Korea Utara sebelumnya telah menyetujui tujuan denuklirisasi penuh dan perdamaian.
Amerika Serikat kini menempatkan 28.500 pasukan di Korea Selatan. Ini sebagai warisan Perang Korea 1950-53 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. (asr)
Oleh Hyonhee Shin/Reuters/The Epochtimes