EpochTimesId – Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) memiliki bukti bahwa pemerintah Venezuela di bawah Presiden Nicolas Maduro telah melakukan “kejahatan terhadap kemanusiaan”. Bukti tersebut akan diserahkan ke Pengadilan (Mahkamah) Kriminal Internasional (ICC), kepala blok itu mengatakan pada Selasa (29/5/2018) waktu setempat.
Sebuah panel “ahli internasional independen” mengatakan dalam laporan Selasa bahwa pasukan keamanan negara atau kelompok akar rumput militan yang dikenal sebagai “colectivos” telah membunuh 131 orang antara tahun 2014 dan 2017, dan bahwa lebih dari 1.300 tahanan politik telah ditahan di negara Amerika Selatan. .
“Di OAS kami mencari keadilan. Laporan para ahli akan dirujuk ke ICC,” ujar Luis Almagro, sekretaris jenderal dari blok yang beranggotakan 34 negara di Benua Amerika, di Twitter.
Dalam laporan tim yang ditugaskan oleh Almagro, para ahli merekomendasikan agar OAS mempresentasikan bukti tersebut ke Den Haag (ICC).
Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa Venezuela ‘secara sistematis’ menyiksa para pengunjuk rasa. Mereka disiksa karena melakukan protes terhadap pemerintah sosialis Maduro selama berbulan-bulan demonstrasi pada tahun lalu. Lebih dari 120 orang dilaporkan tewas dalam gelombang aksi unjuk rasa.
Sebanyak 15 pejabat militer, termasuk dua jenderal aktif, ditahan sebelum pemilihan presiden digelar pada 20 Mei 2018 di Venezuela. Maduro terpilih kembali untuk masa jabatan enam tahun, di tengah jumlah pemilih yang sangat rendah dalam pemungutan suara. Hasil pilpres itu tidak diakui oleh kebanyakan negara dan organisasi di dunia, termasuk OAS.
Sementara itu, Venezuela menanggapi dengan menyebut OAS, yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, sebagai pion kebijakan luar negeri AS. Venezuela menarik diri dari kelompok itu tahun lalu. Maduro juga mengusir dua diplomat AS di Caracas minggu lalu, dan menuduh mereka berkonspirasi untuk menggulingkan pemerintahannya.
Para pejabat antek Maduro juga mengatakan kelompok-kelompok HAM mengecilkan kekerasan yang dilakukan oleh oposisi. Mereka menuding oposisi membuat seorang pria terbakar selama demonstrasi dan menyerang polisi dengan bahan peledak. (Reuters/The Epoch Times/waa)