Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (4 bagian ke 1)

Cai Daya

Meneliti peradaban manusia kali ini, mungkin tidak ada satu kota pun yang bisa disamakan dengan Yerusalem, sepanjang tiga ribu tahun sejarah pembangunan kota ini, telah berkali-kali dihancurkan dan mengalami perang, namun tetap bisa berdiri lagi di lokasi semula. Yerusalem terletak di perbukitan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, bersebelahan dengan tiga lembah dan dikitari oleh gunung yang lebih tinggi, menjadikan Yerusalem sebagai lokasi strategis yang mudah dipertahankan namun sulit diserang. Namun bukan karena letak geografisnya yang strategis, melainkan kekuatan spiritual yang membuat kota ini abadi, karena kota ini merupakan kota suci bagi tiga agama besar.

IV. Yerusalem Dari Yesus: Yesus Lahir (tahun 5 atau 7 SM – sekitar tahun 31 M) ~ Legalisasi Agama Kristen (tahun 313 M)

  1. Tiga Kali Jodoh Yesus Dengan Yerusalem

Yesus dilahirkan di wilayah kekuasaan Imperium Roma di provinsi Yahudi pada masa akhir kekuasaan Raja Herodes. Kala itu diselenggarakan sensus penduduk nasional yang pertama, setiap orang harus kembali ke daerah asalnya untuk mendaftarkan diri, oleh karena itu si tukang kayu bernama Yosef membawa serta istrinya Maria yang akan segera melahirkan, kembali ke Betlehem. Penginapan di dalam maupun luar kota telah penuh dengan warga yang mudik, maka Yosef sekeluarga terpaksa bermalam di kendang kuda, dan disanalah Yesus dilahirkan.

Menurut catatan, Yesus sempat tiga kali memasuki kota Yerusalem. Untuk kali pertama adalah 40 hari setelah kelahiranNya, menurut tradisi Yahudi, sang anak harus dibawa oleh kedua orangtuanya ke Altar Suci untuk dilakukan ritual permandian.

Raja Herodes yang menguasai wilayah Yahudi mendengar ramalan tentang telah lahirnya seseorang yang akan menjadi raja bagi bangsa Yahudi, maka diperintahkanlah pembunuhan terhadap semua anak laki-laki di bawah usia 2 tahun di Betlehem dan sekitarnya. Demi menghindar dari penindasan Raja Herodes itu, Yosef mengikuti petunjuk malaikat membawa keluarganya pergi ke Mesir, dan baru kembali berdiam di wilayah Yahudi setelah Raja Herodes meninggal dunia.

Saat untuk kali kedua datang ke Yerusalem, Yesus berusia 12 tahun, bersama keluarganya dan kerabat lainnya memasuki kota melewati Hari Raya Festival Pesakh umat Yahudi.

Pada perjalanan kembali orang tuanya menyadari Yesus tidak bersama mereka dan kembali ke kota untuk mencarinya, dan akhirnya menemukan Yesus berada di Altar Suci.

Menurut penuturan ketika orang tuanya bertanya mengapa dirinya berada di sana, Yesus menjawab tentu saja karena Ia berada di rumah Bapa. Kemudian Yesus mengikuti orang tua manusiaNya kembali ke kampung halaman Nazareth.

Catatan dua kali Yesus masuk ke kota (Yerusalem), adalah saat Yesus berusia 30 tahun sebelum mulai menyebarkan agama, hal ini merupakan sedikit catatan kejadian yang berhasil diwariskan sampai sekarang.

  1. Terakhir Kali Datang ke Yerusalem,

Saat Yesus berusia lebih dari 30 tahun, dan telah menyebarkan agama selama tiga tahun di luar daerah, untuk merampungkan misi sejarahnya, antara tahun 30~34 Masehi untuk kali terakhir Yesus datang ke Yerusalem.

Saat memasuki kota, masyarakat menyambutNya di kedua sisi jalan; seminggu kemudian, masyarakat dihasut oleh pemimpin agama Yahudi yang menuntut utusan Roma yakni Pontius Pilatus untuk menghukum mati Yesus.

Sejak tahun 6 Masehi provinsi otonomi Yahudi dipimpin oleh inspektur utama yang diutus oleh Roma. Karena setelah Herodes meninggal dan kekuasaan dilanjutkan oleh putranya, di wilayah otonomi Yahudi kerap terjadi kerusuhan, masyarakat lebih memilih dipimpin langsung oleh orang Romawi, daripada kepemimpinannya dilanjutkan oleh anak penguasa tirani, kedua pihak mendatangi Kaisar Roma dan meminta kaisar untuk menengahi. Lalu akhirnya Kaisar Roma menyetujui tuntutan rakyat, dan mengutus inspektur utama untuk menangani wilayah Yahudi.

Walaupun inspektur merupakan pemimpin administratif tertinggi, di dalam wilayahnya tetap ditempatkan tentara pendudukan untuk menjaga ketertiban, namun karena prinsip “pejabat dari pusat tidak menekan penguasa setempat”, biasanya inspektur yang menguasai wilayah tersebut memilih untuk bermusyawarah dengan kekuatan lokal agar pada masa jabatannya tenang dan damai.

Pendeta Yahudi pada masa itu menggugat Yesus dengan tuduhan yang bisa membuatNya dihukum mati dengan alasan “kejahatan pengkhianatan”, karena Yesus “menyebut diriNya sebagai Christos Putra Allah (Christos artinya penyelamat dunia, terjemahan Bahasa Betlehem dari Bahasa Yunani “Messiah”).

Bangsa Yahudi terus menantikan datangnya Mesias, karena mereka berpendapat Mesias akan membawa bangsa Yahudi terbebas dari penindasan oleh bangsa lain dan kembali Berjaya, tapi Yesus tidak mewujudkan semua itu. Oleh karena itu bangsa Yahudi pun tidak mengakui Yesus, bahkan menjatuhkan berbagai tuduhan padaNya, dan berniat menghabisi Yesus.

Walaupun Pilatus tahu Yesus ditangkap akibat iri dengki dan fitnah oleh pendeta Yahudi, dan juga tidak menemukan bukti bahwa Yesus memberontak atau berkhianat, tapi karena terdesak oleh situasi, Pilatus mengingkari hati nuraninya dan menuruti tuntutan bangsa Yahudi, yakni menghukum mati Yesus dengan menyalibkanNya. (SUD/WHS/asr)

Bersambung

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (1)

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (2)

Penantian Ilahi di Kota Suci – Kisah 4000 Tahun Yerusalem (3)