TAICHUNG – Taiwan memainkan penangkisan pasukan yang penyerbu pada 7 Juni dengan menggunakan drone yang dioperasikan sipil untuk pertama kalinya sebagai bagian dari latihan militer tahunan di pulau yang diperintah sendiri tersebut, di tengah meningkatnya ketegangan dengan rezim Tiongkok.
Latihan tersebut dipimpin oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan disaksikan oleh raja dari eSwatini yang sedang berkunjung, kerajaan Afrika yang sebelumnya dikenal sebagai Swaziland di pusat tarik-menarik diplomatik antara Taiwan dan Tiongkok.
Tiongkok mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya di bawah kebijakan “satu Tiongkok”. Baru-baru ini, Beijing telah membangkitkan retorika menggunakan kekuatan militer untuk membawa kembali apa yang dilihatnya sebagai provinsi bandel di bawah kendalinya.
Angkatan udara Tiongkok telah melakukan serangkaian manuver militer di dekat pulau tersebut dalam beberapa bulan terakhir yang dicela Taipei sebagai intimidasi.
“Efektivitas tempur angkatan bersenjata kita adalah jaminan keamanan nasional kita. Ini adalah basis masyarakat yang berkembang, dan ia adalah kekuatan pendukung untuk nilai-nilai demokrasi dan kebebasan kita,” kata Tsai di latihan Han Kuang di kota Taiwan pusat Taichung.
“Selama angkatan bersenjata kita ada, Taiwan pasti akan ada,” tambahnya.
Lebih dari 4.000 personel dan lebih dari 1.500 peralatan dikerahkan dalam latihan tahunan tersebut, dengan drone terbang di atas untuk memberikan pengawasan medan perang dan para pekerja konstruksi berlatih memperbaiki landasan terbang pangkalan udara militer.
Raja Mswati III, raja absolut terakhir Afrika dan satu-satunya sekutu Afrika yang tersisa milik Taiwan, adalah pemimpin asing pertama yang mengamati latihan Han Kuang sejak Tsai menjabat pada tahun 2016.
Tiongkok telah meminta eSwatini untuk memutuskan hubungan dengan Taiwan sebelum awal September, ketika Beijing akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin Afrika.
Taiwan menuduh Tiongkok menggunakan diplomasi dolar untuk membujuk sekutu-sekutunya, termasuk menjanjikan paket-paket bantuan yang berlimpah.
“Di dalam proses latihan yang berlangsung tersebut, angkatan bersenjata kita” menunjukkan kapasitas tempur mereka dan negara sekutu kita dapat mengamati,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Taiwan Chen Chung-chi.
“Ini adalah salah satu cara kita berharap untuk memperdalam dialog kita di kedua sisi,” tambahnya.
Taiwan mengatakan telah menerima jaminan dari eSwatini bahwa hubungan itu aman.
Taiwan baru-baru ini kehilangan dua sekutu diplomatik, negara Burkina Faso di Afrika Barat dan Republik Dominika, yang telah menjalin hubungan dengan Beijing. Taipei memiliki hubungan resmi dengan hanya 18 negara di seluruh dunia.
Untuk lebih membawa keamanan ke pulau tersebut, Chen mengatakan Taiwan ingin ikut serta dalam pelatihan angkatan laut AS. Pentagon bulan lalu membatalkan undangan untuk Tiongkok sebagai tanggapan terhadap apa yang dilihatnya sebagai militerisasi pulau-pulau di Laut Tiongkok Selatan.
Latihan Lingkar Pasifik (Rim of the Pacific), yang dikenal sebagai RIMPAC, dijadwalkan sebagai latihan maritim internasional terbesar dunia, yang diadakan setiap dua tahun di Hawaii pada bulan Juni dan Juli.
Ketegangan antara Taiwan dan rezim Tiongkok telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, bersamaan Tiongkok membangkitkan kecurigaan bahwa pemerintahan Tsai ingin mendorong kemerdekaan resmi pulau tersebut.
Tsai mengatakan dia ingin mempertahankan status quo, tidak lebih hanya ingin melindungi keamanan Taiwan dan tidak diganggu oleh Beijing.
Taiwan dilengkapi dengan sebagian besar persenjataan buatan AS dan ingin Washington menjual peralatan yang lebih canggih, termasuk jet tempur baru. (ran)
ErabaruNews