Epochtimes.id- Sejak Presiden AS Trump memberlakukan sanksi terhadap perekonomian Tiongkok komunis, pasar saham Tiongkok tersandung terus menerus. Nilai tukar RMB terhadap dolar AS terus merosot. Meskipun Bank Sentral Tiongkok terus berupaya melakukan intervensi pasar, tetapi tidak mampu mengurangi rasa kepanikan pasar.
Beberapa hari yang lalu, Bank Sentral Tiongkok telah bertindak quench a thirst with poison atau memuaskan dahaga dengan racun dengan menurunkan rasio cadangan deposito 0.5 % dalam rangka mengurangi situasi krisis likuiditas. Hal ini bisa memperburuk situasi ekonomi Tiongkok.
Beberapa pakar percaya bahwa saat pecahnya gelembung ekonomi Tiongkok sudah tiba.
Minsky Moment, sebuah situasi ekonomi yang digambarkan oleh ekonom Hyman Minsky terjadi ketika nilai aset yang merupakan bagian dari siklus kredit atau siklus bisnis tiba-tiba runtuh, yang dikenal sebagai meletusnya gelembung ekonomi. Sifat letusan gelembung ekonomi Tiongkok sepenuhnya sesuai dengan definisi Minsky.
Gelembung ekonomi Tiongkok saat ini mungkin sudah mulai terbentuk sejak tahun 1978 ketika rezim Teng Xiaoping melakukan reformasi dan membuka diri bagi dunia luar, dan terus membesar sejak empat puluh tahun silam. Gelembung tersebut bisa jadi merupakan gelembung ekonomi terbesar dalam sejarah umat manusia. Begitu meletus, konsekuensinya bisa menjadi bencana yang luar biasa.
Apalagi pihak PKT yang berwenang tetapi tidak memiliki kemampuan mengatasi masalah ekonomi hampir tidak melakukan tindakan penanggulangan yang positif untuk mengurangi risiko, sebaliknya, justru tindakan yang dipilih akan memperparah keadaan.
Neraca Bank Sentral Tiongkok bulan Desember 2016 menunjukkan, utang nasional telah mencapai angka yang mengejutkan, yakni RMB.244 triliun, total debt asset ratio mendekati 350%, dan terus menunjukkan peningkatan, berada dalam posisi yang semakin berbahaya.
Pada bulan Maret tahun ini, persediaan uang secara luas sudah mencapai tingkat tinggi yakni sekitar RMB.174 triliun. Bahkan lebih tinggi dari jumlah pasokan persediaan uang dalam mata uang dolar AS ditambah Euro. Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tiongkok telah berdiri di ujung jalan buntu, ia hanya dapat bertahan hidup, menjaga perputaran roda ekonomi dengan mengandalkan cetak uang dan cetak uang.
Selama 18 tahun terakhir, beberapa ekonom Barat berulang kali telah menunjuk kesalahan fatal model ekonomi PKT yang tidak bergantung pada pasar, tetapi menuruti kemauan pemimpin Tiongkok dengan model ekonomi yang terkontrol birokrat, sistem PKT tersebut akhirnya hanya akan membawa ekonomi menuju jalan kehancuran.
Meskipun cara kejam memeras pekerja migran serta batas batas bawah melakukan pencemaran lingkungan dapat sementara menunda letusan gelembung ekonomi Tiongkok, tapi akhirnya tidak bisa lepas dari nasib tragis kehancuran.
Model ekonomi Tiongkok komunis ini pada dasarnya bertentangan dengan kemanusiaan, seluruhnya bermodelkan pemerasan keringat ala budak. Dan model tersebut telah merusak sejumlah besar perusahaan internasional yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan, dan secara serius mengganggu pengoperasian sehat dari ekonomi internasional.
Tiongkok telah mengancam tatanan ekonomi dunia karena secara sewenang-wenang melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan menolak untuk melaksanakan kewajiban yang pernah dijanjikan.
Karena itu sejak Trump terpilih menjadi presiden, ia memutuskan untuk mengatasi defisit perdagangannya dengan Tiongkok dengan metode ‘memecahkan masalah dari inti’ yang di sisi lain juga mencegah runtuhnya ekonomi Tiongkok yang dampaknya akan menyeret kelesuhan bagi ekonomi global.
Trump melakukan pemotongan pajak besar-besaran dalam negeri, dan kebijakannya tersebut mampu menarik banyak uang panas kembali ke AS. Hal ini telah meningkatkan kemampuan ekonomi AS untuk menahan penetrasi ekonomi dari Tiongkok komunis.
Kebijakan ekonomi Trump terhadap Partai Komunis Tiongkok telah memenangkan dukungan bulat dari 2 partai besar di AS. Hal tersebut mencerminkan bahwa Partai Komunis Tiongkok telah berulang kali menipu komunitas internasional sehingga semua pihak telah kehilangan kesabaran.
Pembalasan bodoh PKT terhadap sanksi ekonomi Presiden Trump telah memaksa Trump untuk menjatuhkan sanksi lebih berat, memberikan tekanan lebih besar pada ekonomi Tiongkok yang telah berada dalam kondisi menurun. Saat ini, unta yang terbeban oleh beratnya ekonomi Tiongkok di punggungnya telah membuat ia kewalahan, goyah, berjalan gontai hampir ambruk. (Sin/asr)