Epochtimes.id- Saudi Driving School, bekerja sama dengan Princess Nourah University (PNU), telah melatih sekitar 5.000 wanita untuk kursus mengemudi.
“Ini sebagai bagian dari dukungan kami untuk keputusan kerajaan (memungkinkan wanita untuk mengemudi), dan kontribusi kami untuk membantu wanita di Arab Saudi,” kata CEO Saudi Driving School, Abdul Baset Al-Suwaidi dikutip Arabnews.
“Setelah melewati ujian tertulis, peserta pelatihan menghabiskan dua jam di laboratorium simulasi sebelum mereka memulai fase pelatihan praktis enam jam pertama.”
Seorang peserta pelatihan, kata dia, harus melewati tahap pertama pelatihan praktis untuk dapat melanjutkan ke tahap kedua, yang terdiri 14 jam pelatihan.
“Setelah itu, seorang peserta harus lulus tes jalan, di mana dia belajar 18 keterampilan mengemudi ,” kata Al-Suwaidi.
“Begitu dia lulus tes ini, seorang peserta pelatihan siap untuk mengemudi di jalan raya.”
Jika seorang peserta pelatihan gagal dalam tes praktek, dia harus menjalani empat jam pelatihan praktis fase kedua.
Penguji dan instruktur sekolah, Abrar Al-Muhaisani, mengatakan bahwa tugasnya termasuk melakukan tes setelah pelatihan teoritis dan praktek dan memastikan bahwa seorang peserta pelatihan lulus semua di semua jenjang.
Ahlam Al-Thunayan, salah satu wanita pertama yang mendapatkan SIM mengemudi Saudi, mengatakan: “Keputusan kerajaan dikeluarkan pada saat yang tepat, dan itu berasal dari kepercayaan Raja Salman pada wanita Saudi dan pentingnya memberdayakan mereka.”
“Sejarah adalah saksi prestasi perempuan Saudi, dan kontribusi mereka terhadap perkembangan Arab Saudi di berbagai tingkatan.”
“Keyakinan pemimpin dalam peran wanita menunjukkan bahwa kontribusi masa depan mereka akan lebih besar,” tambahnya.
Wanita lainnya, Esra Abdul Rahman Al-Batti mengatakan keputusan kerajaan “akan berdampak positif terhadap kehidupan wanita Saudi dan memotivasi mereka untuk menjadi lebih produktif, sehingga berkontribusi terhadap kemakmuran ekonomi Saudi dan mencapai Visi 2030.
Menurut dia, langkah Saudi bertujuan meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja hingga 30 persen.
“Mengendarai mobil bukanlah tujuan, tetapi sarana untuk melakukan pekerjaan,” ungkapnya. (asr)