Pada konferensi investor yang diadakan di New York City pada 19 Juli, penasihat ekonomi top Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan dia yakin pemimpin Tiongkok Xi Jinping memblokir kemajuan pada kesepakatan untuk mengakhiri duel tarif AS dan Tiongkok.
Tarif sebesar $34 miliar mulai berlaku pada awal Juli setelah berbulan-bulan negosiasi antar para pejabat perdagangan Tiongkok dengan AS terhenti.
Sambil melayani hadirin dari investor-investor institusional dan manajer hedge fund pada konferensi Delivering Alpha yang disponsori oleh CNBC dan majalah Institutional Investor, Kudlow, yang mengelola Dewan Ekonomi Nasional, membahas topik Tiongkok dan perang perdagangan.
Dia mengatakan bahwa meskipun dia bukan “penggemar berat tarif,” dia telah lama kritis terhadap kebijakan-kebijakan perdagangan Tiongkok.
Dia menambahkan bahwa bola itu sekarang ada di ruang sidang Tiongkok tetapi Xi belum siap berkompromi.
Sementara para pejabat Tiongkok yang berlevel rendah menginginkan sebuah kesepakatan, termasuk penasehat ekonomi top Xi He, namun Xi telah menolak untuk mendengarkan tuntutan-tuntutan Amerika Serikat bahwa reformasi harus dilakukan terhadap transfer teknologi yang dipaksakan Tiongkok dan kebijakan-kebijakan perdagangan diskriminatif lainnya, menurut Kudlow.
“Sejauh yang kita tahu, Presiden Xi, pada saat ini, tidak ingin membuat kesepakatan,” katanya.
“Saya pikir Xi memegang permainan ini. Saya pikir Liu He dan yang lainnya ingin bergerak tetapi tidak,” kata Kudlow. “Kita sedang menunggunya (Xi).”
Tiongkok dapat mengakhiri tarif AS “sore ini dengan memberikan pendekatan yang lebih memuaskan” dan mengambil langkah-langkah yang juga dituntut oleh negara-negara lain, katanya.
Ini termasuk memotong hambatan tarif dan non-tarif untuk impor, mengakhiri pencurian kekayaan intelektual, dan memungkinkan kepemilikan penuh perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Tiongkok.
Kudlow mendukung pemimpinnya dan mengatakan “presiden melakukan hal yang benar” di tengah negosiasi perdagangan yang macet. “Jangan menyalahkan Trump. Salahkan Tiongkok,” katanya.
Mitra-mitra dagang Tiongkok lainnya, termasuk Uni Eropa, meskipun tidak mendukung tarif, juga mengkritik kebijakan perdagangan Beijing, seperti membatasi akses Eropa ke pasar Tiongkok. Ia juga berbagi keprihatinan yang sama dengan Amerika Serikat tentang transfer teknologi secara paksa.
Pada 18 Juli, Uni Eropa memberlakukan bea masuk anti dumping antara 21,8 hingga 83,6 persen pada sepeda listrik dari Tiongkok. Uni Eropa juga sedang menyelidiki apakah produsen-produsen sepeda elektronik Tiongkok mendapat manfaat dari subsidi-subsidi negara.
Tiongkok menanggapi komentar-komentar Kudlow pada 19 Juli, menyebutnya tuduhan-tuduhan “mengejutkan” dan “palsu.” (ran)
ErabaruNews