EpochTimesId – Media Rusia baru-baru ini beramai-ramai memberitakan bahwa kereta api berkecepatan tinggi yang diekspor oleh Tiongkok ke Rusia melibatkan korupsi dan tidak cocok untuk Rusia. Pemberitaan secara terbuka menyatakan bahwa Rusia takut jatuh ke dalam perangkap utang yang digali oleh Tiongkok.
Setelah KTT AS-Rusia, media Rusia tiba-tiba mengeluarkan serangan sengit atas ‘diplomasi KA’ pemerintah Tiongkok. Cukup menarik untuk disimak apa yang menjadi alasan yang mendasarinya.
Media mingguan Rusia pada 20 Juli 2018 dalam artikelnya mengungkapkan bahwa, rel KA berkecepatan tinggi Tiongkok tidak menguntungkan dan terkait erat dengan korupsi. KA berkecepatan tinggi adalah salah satu wilayah paling korup di Tiongkok. Bahkan mantan menteri kereta api Liu Zhijun, yang dijuluki ‘Bapak KA Berkecepatan Tinggi Tiongkok’ dijatuhi hukuman mati karena terlibat korupsi.
Artikel itu menyebutkan, bagi banyak pejabat PKT setempat, pendistribusian manfaat untuk daerah dapat diperoleh melalui pemasangan jalur rel KA berkecepatan tinggi. Dengan demikian, proyek tersebut menjadi bisnis yang sangat menguntungkan bagi sejumlah besar pejabat PKT.
Artikel juga mengambil kasus di Sri Lanka sebagai contoh, menyebutkan bahwa jangan sampai negara terjebak dalam perangkap utang Tiongkok kumunis. Laporan menekankan untuk lebih baik tidak menggunakan teknologi Tiongkok yang kemudian menimbulkan kosekuensi berupa ketergantungan jangka panjang kepada negara komunis itu.
Proyek pembangunan rel KA berkecepatan tinggi jalur Moskow-Kazan sesuai MOU telah ditandatangani oleh perdana menteri Tiongkok, Li Keqiang dengan Rusia ketika mengunjungi Moskow pada 13 Oktober 2014. Proyek tersebut sedianya akan selesai sebelum penyelenggaraan pertandingan final sepakbola Piala Dunia.
Namun, pesta sepakbola tersebut kini sudah usai. Sedangkan proyek tersebut belum juga dimulai.
Proyek tersebut memang penuh dengan perubahan variabel. Namun hubungan kedua negara ini cukup dekat, dan media dari kedua belah pihak juga mencoba untuk mengatakan hal-hal yang baik antar satu sama lain. Sehingga media Rusia juga cenderung tidak menjelek-jelekkan lawan.
Sehingga cukup mengejutkan, karena sampai ada media Rusia yang secara terbuka mengekspos skandal PKT.
Li Hengqing, direktur Institut Informasi dan Strategi di Maryland mengatakan bahwa ini mungkin terkait dengan pertemuan Trump dengan Putin baru-baru ini.
Pada 16 Juli 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin berbicara selama dua jam sepuluh menit di Eropa. Media ‘Independen Rusia’ kemudian memberikan laporan ulasan melalui artikelnya yang berjudul Amerika Serikat Menggandeng Rusia untuk Menghadapi Iran dan Tiongkok.
Li Hengqing mengatakan, Putin adalah orang yang bertipe tangan besi. Hampir tidak ada media independen dapat hidup bebas di bawah pemerintahannya. Namun pada 20 Juli, sebuah media Rusia tiba-tiba mengeluarkan serangan keras terhadap ‘Bapak KA Berkecepatan Tinggi Tiongkok’. Alasan di balik itu cukup menarik untuk disimak.
“Putin yang berasal dari KGB sudah terbiasa melakukan segalanya dengan berorientasi pada keuntungan, jadi tidak ada itu pertemanan. Persahabatannya dengan PKT juga dibangun berdasarkan pada keuntungan bersama. Sepanjang Dia menemukan ada kesempatan yang menguntungkan dari menjalin hubungan entah itu Amerika Serikat, Eropa, NATO atau negara lainnya, Dia tentu saja tidak akan terlalu mempertimbangkan kepentingan PKT.”
“Coba lihat, beberapa waktu lalu media AS memaparkan kekayaan bersih Putin yang lebih dari 200 miliar dolar AS. Sehingga korupsi bukan masalah besar baginya. Dan sekarang dia mungkin ingin melakukan beberapa pertukaran kepentingan dengan Amerika Serikat, jika perlu ya, termasuk mengkhianati Tiongkok komunis,” kata Li Hengqing.
Perangkap utang dan agresi ekonomi
Media Rusia mengungkapkan bahwa di Tiongkok hanya 2 rute KA yang menghasilkan keuntungan keuangan. Sementara sebagian besar jalur KA berkecepatan tinggi lainnya merugi dalam pengoperasiannya, meskipun sudah disubsidi oleh pemerintah.
“KA berkecepatan tinggi Tiongkok merugi dalam pengoperasiannya, Sejauh mana kerugian finansial mereka? Tahun 2016 dan 2017, kerugiannya setiap tahun mencapai lebih dari 470 miliar RMB. sebagian besar proyek KA ini terwujud sebagai kesempatan pejabat pemerintah untuk ‘mengantongi dana republik’ yang digunakan untuk ‘biaya’ naik pangkat dan ‘mengail rezeki’ di masa mendatang. Tetapi dampak nyata pada ekonomi nasional adalah pertumbuhan PDB yang didorong oleh investasi pemerintah,” demikian penjelasan Li Hengqing.
Media Rusia mengatakan jumlah investasi untuk pembangunan jalur KA Moskow-Kazan itu akan berjumlah 20 miliar dolar AS. Perusahaan perkeretaapian Rusia sesuai anggaran negara berencana menginvestasikan 6,5 miliar dolar AS. Sisanya, 13,5 milyar dolar akan didanai oleh pihak Tiongkok.
Namun, Tiongkok mensyaratkan penggunaan teknologi negaranya. Padahal jalur yang dibangun tersebut diperkirakan tidak akan menghasilkan keuntungan finansial, sehingga pemerintah Rusia akan menghadapi risiko ROI yang buruk.
Artikel itu juga mengungkapkan bahwa Tiongkok memperoleh proyek pembangunan rel KA melalui cara penyuapan. Ahli politik terkenal Rusia juga menyebutkan bahwa para pejabat telah menganggap proyek kereta api berkecepatan tinggi Tiongkok sebagai bagian dari ‘daging empuk’.
Menurut Li Hengqing bahwa selain mengekspor kelebihan kapasitas industri, Tiongkok juga mengekspor model politik korup ke negara-negara tetangga. “Mengapa negara-negara itu menerima investasi, yaitu karena pejabatnya korup, dan ada kepentingan di antara mereka. Perusahaan Tiongkok selalu memasuki negara dan membangun usaha patungan melalui jalur penyuapan pejabat di berbagai negara,” kata Li.
Sama halnya dengan proyek KA di Malaysia yang akhirnya distop sementara oleh perdana menteri Mahathir karena melibatkan kasus korupsi mantan perdana menteri Najib. Li Hengqing mengambil contoh seperti Najib selama menjabat telah menandatangani sejumlah proyek infrastruktur besar dengan Tiongkok.
Hal pertama yang dilakukan pemerintahan baru adalah mencekal Najib, penggeledahan ke tempat tinggal Najib kemudian menemukan sejumlah besar kekayaan tidak halal yang diduga berasal dari penyuapan.
Li Hengqing mengatakan, Tiongkok melakukan agresi ekonomi terhadap suatu negara dengan cara menggali perangkap utang. “Investasi Tiongkok di Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka membuat pemerintah tersebut menanggung jumlah utang tidak kecil kepada Tiongkok. Pinjaman itu bersyarat, Sri Lanka karena tak mampu membayar pinjaman terpaksa menyerahkan pelabuhan strategis mereka Hambanthota kepada pihak Tiongkok untuk digunakan selama 99 tahun.”
Kejadian yang dialami pemerintah Sri Lanka tersebut telah mengguncangkan negara-negara di Asia Selatan, mereka mulai sadar bahwa negara bisa kehilangan kedaulatannya akibat menerima komitmen investasi berskala besar Tiongkok komunis. “Pemerintah Tiongkok merangsang pejabat negara miskin untuk menerima ‘bantuan’ dalam membangun mega proyek yang akhirnya membuat negara bersangkutan terjerembab ke dalam perangkap utang, dengan demikian Tiongkok dapat menguasai negara itu.”
Media ekonomi Jepang ‘Nihon keizai shinbun’ dalam sebuah analisanya pernah menyebutkan, pemerintah Tiongkok mengekspor rel KA berkecepatan tinggi dan pembangunan infrastruktur lainnya yang terlampau dikaitkan dengan aspek politik, diplomatik, dan militer negara itu. Model strategis Tiongkok yang terlalu perhitungan ini justru dikhawatirkan akan menimbulkan rasa antipati dari negara lain. (Luo Ya dan Zhou Huixin/ET/Sinatra/waa)
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA