EpochTimesId – Para nelayan Inggris dan Prancis bersitegang di Selat Inggris, tentang hak untuk memancing kerang. Mereka saling berbalas lemparan batu dan menabrakkan kapal dalam situasi ketegangan yang meningkat, baru-baru ini.
Kapal-kapal Inggris diizinkan secara hukum untuk memancing di daerah itu. Lokasi yang berjarak sekitar 12 mil laut di lepas pantai Normandia, dekat Teluk Seine, Prancis.
Tapi, sebanyak 40 kapal Prancis mengepung dua kapal Inggris pada 28 Agustus 2018. Dua kapal Inggris bahkan diserang dengan lemparan batu dan bom asap. Sebuah perahu polisi Prancis gagal melakukan intervensi, meskipun ada di tempat kejadian, menurut kru kapal nelayan Inggris.
“Prancis menuduh Inggris menipiskan stok kerang pada perairan historis Prancis,” ujar Dimitri Rogoff, ketua Komite Perikanan Daerah Perancis.
“Prancis pergi untuk menghubungi Inggris untuk menghentikan mereka bekerja, dan mereka bentrok satu sama lain,” kata Rogoff kepada BBC. “Rupanya ada lemparan batu, tapi tidak ada yang cedera.”
Namun pemilik kapal asal Inggris, Derek Meredith mengatakan kepada The Times di London bahwa awak mereka dikepung dan dikeroyok nelayan Prancis.
“Para awak Prancis melemparkan batu, jangkar, dan kembang api ke kapal kami,” kata Meredith. “Mereka melemparkan tali di laut untuk mencoba menghentikan kapal kami melarikan diri. Awak kami terjebak dan dikepung.”
“Salah satu jangkar memecahkan jendela dapur, yang serius karena itu berarti kapal tidak kedap air. Ada beberapa masalah selama beberapa tahun terakhir tetapi tidak ada yang seserius ini.”
Rekaman video yang diambil dari salah satu kapal Prancis menunjukkan bahwa beberapa kapal rusak selama ‘pertempuran’ itu.
Sebuah video yang disiarkan oleh media Prancis tampaknya menunjukkan kapal Skotlandia bertabrakan dengan kapal lain.
Ketegangan Historis
Ada ketegangan yang berlarut-larut di daerah tersebut selama sekitar 15 tahun. Ada kesepakatan bahwa kapal besar Inggris tidak boleh datang ke daerah itu. Sebagai gantinya, kapal kecil mendapat hak memancing.
Orang Inggris diizinkan untuk menangkap kerang Scallop sepanjang tahun. Akan tetapi, hukum Perancis menyatakan bahwa nelayan hanya dapat menangkap kerang antara 1 Oktober dan 15 Mei.
Rogoff mengungkapkan rasa frustrasi nelayan dalam pernyataannya kepada BBC.
“Bagi orang Inggris, ini bar terbuka. Mereka memancing kapan saja, di mana mereka mau, dan sebanyak yang mereka inginkan,” kata Rogoff. “Kami tidak ingin melarang mereka memancing, tetapi mereka setidaknya bisa menunggu hingga 1 Oktober agar kami dapat berbagi.”
“Scallop adalah produk unggulan untuk Normandia, sumber utama, dan masalah yang sangat sensitif.”
Jim Portus, ketua kelompok konsultasi industri kerang, meminta Angkatan Laut Kerajaan untuk melindungi kapal-kapal Inggris.
“Kita seharusnya memiliki Perlindungan Perikanan Angkatan Laut Kerajaan pada siaga, setidaknya di daerah itu, untuk campur tangan jika itu menjadi lebih buruk,” katanya kepada Reuters.
“Anda tahu, ada kemungkinan orang-orang terluka, bahkan mungkin terbunuh, karena tindakan para nelayan Prancis. Saya tidak melebih-lebihkan masalah itu,” kata Portus.
Asosiasi Produsen Ikan Putih Skotlandia (The Scottish White Fish Producers Association), Inggris Raya, yang mewakili salah satu kapal yang dikeroyok, menyebut insiden itu ‘mengerikan’.
“Kami telah meminta untuk berdiskusi seperti orang dewasa tetapi bukan pengeroyokan. Bukan pertanda baik untuk masa depan. Angkatan laut Prancis terlibat saat mereka berdiri dan menyaksikan kerusakan oleh ulah kriminal,” kicau asosiasi itu via twitter.
What is happening in the baie de Seine with vigilante French fishermen attacking our vessels is appalling. We have asked to discuss like grownups but non Doesn’t bode well for the future. French navy complicit as they stand by and watch the criminal damage. pic.twitter.com/WvpDU0pUe6
— SWFPA (@SWFPA) August 28, 2018
Nosheena Mobarik, seorang anggota parlemen Konservatif untuk Parlemen Eropa, mengatakan dalam sebuah surat kepada komisaris perikanan Eropa bahwa agresifitas nelayan Prancis benar-benar mengejutkan.
“Kapal penangkap ikan tidak memiliki hak untuk merusak mata pencaharian kapal-kapal penangkap ikan lainnya,” tulis Mobarik.
“Nelayan Prancis menerima kuota yang cukup besar di perairan Inggris dan Skotlandia. Dan mereka tidak mendapat reaksi kekerasan seperti ini oleh nelayan Inggris,” tambah Mobarik.
Insiden itu berakhir ketika kapal-kapal Inggris, yang kalah jumlah dengan Prancis, berhasil meninggalkan zona itu. Nelayan Prancis juga akhirnya kembali ke pelabuhan mereka. (JOHN SMITHIES/EPOCH TIMES/waa)
Video Rekomendasi :