Cai Daya
Meneliti peradaban manusia kali ini, mungkin tidak ada satu kota pun yang bisa disamakan dengan Yerusalem. Sepanjang tiga ribu tahun sejarah pembangunan kota ini, telah berkali-kali dihancurkan dan mengalami perang, namun tetap bisa berdiri lagi di lokasi semula. Yerusalem terletak di perbukitan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, bersebelahan dengan tiga lembah dan dikitari oleh gunung yang lebih tinggi, menjadikan Yerusalem sebagai lokasi strategis yang mudah dipertahankan namun sulit diserang. Namun bukan karena letak geografisnya yang strategis, melainkan kekuatan spiritual yang membuat kota ini abadi, karena kota ini merupakan kota suci bagi tiga agama besar.
Mulai ditemukan kota suci dalam sejarah
Abad ke 19, orang-orang Yahudi mulai mengusung “gerakan kembali” menetap di tanah asal mereka yakni Palestina. Nyaris bersamaan dengan itu, di masyarakat Barat modern telah muncul ilmu arkeologi modern dan para arkeolog itu pergi ke situs peradaban kuno di berbagai tempat dunia untuk melakukan penggalian.
Yerusalem, tempat kelahiran agama Kristen, menjadi pusat ilmu arkeologi Alkitab dan kembali menjadi dambaan dari kalangan umat Kristiani dunia.
Jauh di tahun 1838, teolog Amerika dan ayah dari bapak ilmu geografi Alkitab, Edward Robinson, pergi ke Yerusalem untuk penyelidikan.
Penggalian resmi pertama dimulai pada 1863, setelah itu berturut-turut telah ditemukan situs-situs sepanjang zaman di berbagai tempat kota tua itu, termasuk saluran tegak yang dinamakan terowongan Warren (Warren Shaft), sebuah lubang vertikal kuno.
Terowongan bawah tanah ini diyakini oleh komunitas arkeolog sebagai tembusan yang digunakan untuk menyusup ke dalam benteng musuh ketika Raja Daud menyerang orang Yebus pada 3.000 tahun silam.
Israel ingin menggali kembali Jerusalem miliknya sendiri
Setelah berdirinya Negara Israel, telah dimulai penelitian arkeologi berskala lebih besar, terutama pasca pendudukan Yerusalem Timur di tahun 1967.
Situs penggalian lebih tersebar di seluruh kota tua, salah satu tujuan penelitian itu adalah untuk menemukan segala benda yang berhubungan dengan orang-orang Yahudi sebagai pemilik lawas kota suci dan sebagai bukti historis bahwa tempat itu dikuasai secara legal sekarang dan di masa depan.
Dimulai dari Raja Daud 3.000 tahun silam sampai ke Raja Herodes 2.000 tahun yang lalu, orang-orang Yahudi selalu menjadi penguasa sebenarnya di Yerusalem. Tetapi lantaran terjadi pemberontakan orang Yahudi, maka Yerusalem diduduki oleh tentara Romawi sebanyak dua kali pada tahun 70 dan 135 M.
Pada tahun 70 dihancurkan dan kemudian benar-benar diratakan dengan tanah pada tahun 135. Sebagian dinding fondasi yang tersisa di permukaan tanah, merupakan satu-satunya peninggalan Yerusalem sebagai kota Yahudi.
Dalam rentang waktu 2.000 tahun, di situs Yerusalem, kota Romawi yang baru dibentuk itu telah melalui kekuasaan dari Byzantium, Persia, Arabia, Mesir dan Sudan, Turki Seljuk, Tentara Salib, serta kekuasaan Ottoman Turki.
Tatkala kota itu dalam perubahan rezim penguasa kota, sering menderita kerusakan parah, penguasa baru membawa pula budaya baru, benda dan sistem tata kelola warisan berharga peninggalan dinasti sebelumnya. Acapkali mengalami pengrusakan parah dengan sengaja atau tidak sengaja, juga seiring dengan rekonstruksi kota telah terkubur di bawah tanah.
Kini dengan Israel yang berkehendak menggali jejak keberadaannya sendiri untuk tahun-tahun sebelum masehi, sulit dijamin untuk tidak menimbulkan tingkat kerusakan tertentu pada berbagai peninggalan di tumpukan sebelah atasnya itu.
Negara-negara Arab bahkan khawatir, Israel akan mengambil kesempatan untuk membersihkan artifak warisan agama Islam. Oleh karena itu mereka mengusulkan UNESCO meloloskan resolusi untuk mengkategorikan tindakan kepurbakalaan Israel sebagai “ilegal” yang harus segera dihentikan dan dipulihkan ke bentuk semula.
Pada tahun kedua berdirinya negara Israel menjadi anggota PBB, juga bergabung ke UNESCO; ada 9 lokasi di dalam wilayah negara Israel telah dimasukkan ke World Heritage, diantaranya termasuk kota tua Yerusalem (1982).
Terhadap resolusi UNESCO, Israel merasakan telah diperlakukan tidak adil dan pilih kasih, sehingga menjadi marah dan mencela organisasi tersebut.
Pada akhir 2017, Israel menyatakan pengundurkan dirinya dari UNESCO, dan berlaku per 1 Januari 2019. Amerika Serikat juga lantaran ketidakpuasannya atas “Bias anti-semitisme” dari UNESCO, malah telah menyatakan penarikan dirinya lebih dahulu.
“Kebetulan” sejarah
Pada Januari 2018, arkeolog Israel telah menemukan sebuah segel kuno di plaza Tembok Barat yang di atasnya terukir tulisan Ibrani kuno: “Milik Penguasa Yerusalem”, menurut penelitian adalah benda kuno berumur 2.700 tahun, yang disebut dengan “Milik Penguasa Yerusalem” seharusnya adalah Yosua yang dua kali ditulis dalam kitab Perjanjian Lama.
Sementara segel tersebut lebih kecil dari koin 1 dolar Taiwan dan dolar Amerika, di atasnya selain terukir tulisan, juga terukir dua pria yang saling berhadapan.
Peninggalan budaya yang berharga dari periode Bait Allah dari Kerajaan Yahudi kuno, telah membuktikan sejarah dominasi orang Yahudi atas Yerusalem, dan timing penemuan tersebut sangat kebetulan, yakni pasca 1 bulan presiden Trump AS baru saja mengumumkan pengakuannya atas Jerusalem sebagai ibukota Israel.
Kedua hal yang tampaknya tidak berhubungan ini terjadi pada malam peringatan 70 tahun berdirinya Israel.
Di dunia ini mungkin tidak ada bangsa manapun yang memiliki kesan lebih mendalam pada segel “70 tahun” daripada orang Yahudi. Periode ” Tawanan Babylonia”, setelah penaklukan terhadap Israel, orang Yahudi dipenjarakan di Babylonia selama tepat 70 tahun. Begitu banyak kebetulan yang benar-benar menarik.
Bahkan, ada kebetulan lain dalam sejarah orang Yahudi yakni angka “40”, seolah-olah sebuah angka siklus dari dalam budaya orang Yahudi. Dimulai dari berlangsungnya 40 hari banjir dari bahtera Nuh; empat puluh tahun sebelum nabi Musa dikarenakan Pangeran Mesir selama empat puluh tahun pengasingan kedua diluar negerinya sendiri.
Akhirnya Musa berhasil memimpin massa Yahudi keluar dari Mesir, berkeliaran di berbagai tempat selama 40 tahun baru bisa pulang ke negerinya sendiri; 3 raja kerajaan Yahudi kuno: Saul, Daud dan Salomon, meninggal setelah naik tahta selama empat puluh tahun.
Sebagai keturunan Abraham dan anak cucu dari Daud, Yesus si Anak Suci Allah Yehowa, kehidupan Yesus juga bermula mengikuti empat puluh minggu – empat puluh hari setelah kelahiran dipermandikan dengan ritual penyucian di Bait Allah. Setelah kebangkitan Ia tetap tinggal di bumi selama empat puluh hari, serta Yerusalem dihancurkan 40 tahun setelah penyaliban Yesus dan seterusnya. (SUD/WHS/asr)
Bersambung
Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (1)
Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (2)
Penantian Ilahi di Kota Suci – Kisah 4000 Tahun Yerusalem (3)
Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerussalem (4)
Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (5)
Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (6)
Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (7-1)
Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (7-2)
Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (8-1)
Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (8-2)