Ratusan korban pinjaman peer-to-peer (P2P) di Shanghai berkumpul di luar gedung Komisi Regulator Perbankan Tiongkok, China Banking Regulatory Commission (CBRC), pada 12 September untuk memprotes penipuan P2P. Mereka diusir oleh polisi dengan kasar sebelum kira-kira belasan orang ditangkap.
P2P memungkinkan orang meminjamkan uang satu sama lain sambil mendapatkan suku bunga tinggi, lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh bank. Perusahaan yang mengoperasikan platform P2P secara online menghubungkan para investor yang haus akan hasil dengan orang-orang yang kekurangan uang atau usaha-usaha kecil.
Dalam beberapa minggu terakhir, sejumlah platform di sektor yang diatur secara buruk ini telah tutup atau menghentikan operasi-operasinya tanpa memberi kompensasi kepada para investor mereka, banyak dari mereka memindahkan tabungan hidup mereka ke dalam usaha-usaha semacam itu. Ini telah menyebabkan banyak keluarga kelas menengah menderita kerugian finansial yang sangat besar.
“Sekitar dua atau tiga ratus orang telah berkumpul di sana,” kata Yifan, korban dari Lianbi Finance, salah satu dari empat platform pinjaman P2P berbunga tinggi, yang tutup dalam satu malam pada 20 Juni tanpa peringatan. “Lebih dari sepuluh orang ditangkap di tempat,” katanya pada Epoch Times versi bahasa Mandari dalam sebuah wawancara pada 14 September.
Polisi Shanghai berteriak pada para pengunjuk rasa menggunakan pengeras suara dan mengancam akan menangkap mereka jika mereka tidak pergi, menurut laporan para demonstran. Sebelum polisi selesai berbicara, mereka sudah mulai bergegas menuju ke pintu masuk utama gedung CBRC, mendorong para demonstran untuk meninggalkan tempat.
Dari rekaman video yang diposting online, para petugas polisi dapat terlihat mendorong orang-orang ke tanah dengan kasar. Para penonton meluap kemarahannya setiap kali seorang pengunjuk rasa dibawa pergi.
Korban penipuan uang yang lain, Zhang, mengatakan kepada Epoch Times bahwa para pemrotes kebanyakan berasal dari Kota Shanghai dan daerah sekitarnya. Dia mengatakan banyak orang lain yang dipantau oleh polisi tidak bisa keluar untuk protes. “Tidak mungkin pergi ke Beijing sekarang [untuk memprotes]. Kami pergi ke CBRC karena pejabat di kantor layanan keuangan Shanghai mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak memiliki hak untuk mendisiplinkan platform-platform pinjaman online, yang semuanya berada di bawah yurisdiksi CBRC. Jadi kami pergi ke CBRC.”
Wangdaizijia, portal web pertama Tiongkok untuk para pemberi pinjaman P2P online, melaporkan pada 1 September bahwa pada akhir Agustus 2018, terdapat 6.406 platform pinjaman P2P online di Tiongkok, di antaranya 4.811 telah ditutup atau mengalami masalah lain, terhitung 74 persen. Menurut beberapa perkiraan media Tiongkok, jumlah total dana yang dipermasalahkan mencapai satu triliun yuan ($145,37 miliar), dengan korban penipuan berjumlah puluhan juta. (ran)