oleh Li Yun
Menjelang putaran baru negosiasi perdagangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, pihak Tiongkok mengambil inisiatif untuk mengundang sekelompok eksekutif Amerika datang ke Beijing untuk bertemu dengan Wang Qishan pada 17 September 2018.
Analisis percaya bahwa Wang Qishan kembali ikut berpartisipasi dalam interaksi dengan pihak AS, menunjukkan bahwa ia masih diharapkan mampu memainkan peran kunci dalam penyusunan strategi hadapi konflik perdagangan dengan AS.
Financial Times Inggris mengutip ungkapan dari 3 orang yang akrab dengan masalah menyebutkan bahwa pejabat Tiongkok komunis telah mengundang pihak yang bertanggung jawab dari lembaga keuangan utama AS untuk menghadiri Perundingan Meja Bundar Keuangan Tiongkok – AS pada 16 September, dan akan menemui Wakil Kepala Negara Wang Qishan pada keesokan harinya.
Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh mantan gubernur bank sentral Zhou Xiaochuan dan dipimpin bersama John Thornton, mantan eksekutif Goldman Sachs yang kini menjadi ketua Barrick Gold Corporation untuk membahas hubungan Tiongkok – AS, dan untuk memberikan saran kepada Beijing tentang reformasi keuangan dan ekonomi.
Turut diundang dalam pertemuan tersbut Ketua Dewan blackstone Group Stephen Schwarzman serta eksekutif Citigroup, Goldman Sachs, JP Morgan, pejabat Morgan Stanley dan mantan US Treasury Secretary Hank Paulson.
Undangan ini dikeluarkan oleh Fang Xinghai, mantan asisten Wakil Ketua Komisi Regulator Sekuritas Tiongkok dan Wakil Perdana Menteri Liu He.
Para pengamat percaya bahwa pihak Tiongkok masih berharap saluran komunikasi industri keuangan antara tiongkok dengan Amerika tetap lancar dan mencegah hubungan kedua negara memburuk gara-gara konflik kepentingan. Munculnya Wang Qishan diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam penyusunan strategi hadapi konflik perdagangan dengan AS.
Pendiri organisasi hak asasi manusia AS ‘People Power’Â Yang Jianli kepada VOA mengatakan, ditonjolkannya Wang Qishan berarti bahwa ialah orang yang berperan sebagai sutradara. Hal ini memang sesuai dengan karakternya. Soal bagaimana strateginya yang disusun dan apakah strategi itu bisa berhasil. Mari kita tunggu informasi selanjutnya.
Dengan menganalisa niat yang keluar dari pihak Tiongkok, pertama adalah menggunakan perdagangan untuk menekan politik dengan harapan agar pebisnis AS melobi dan menekan pemerintahnya. Kedua adalah, memberikan industri keuangan AS keuntungan tertentu dan ruang untuk imajinasi.
Jika Tiongkok membuka pasar industri jasa keuangan, maka pihak yang memperoleh keuntungan pertama adalah para eksekutif yang sekarang berada di Beijing dan bertemu dengan Wang Qishan. Tiongkok komunis berpikir bahwa tekanan mereka terhadap pemerintah AS memiliki bobot yang cukup.
Namun, Yang Jianli juga mengatakan bahwa konflik perdagangan memiliki latar belakang yang besar, yakni semua angan-angan Amerika Serikat terhadap Tiongkok tidak akan bisa tercapai. untuk setiap ilusi tentang PKC yang hancur.
Sekarang ‘medan perang’ telah meluas dri konflik perdagangan sampai urusan keamanan nasional dan kebijakan terhadap Taiwan. Jadi tekanan terhadap komunitas bisnis dinilai tidak besar.
Pada 13 September, Gao Feng, juru bicara Kementerian Perdagangan menegaskan bahwa delegasi negosiasi dari kedua belah pihak terus melakukan koordinasi.
Sebelumnya, delegasi kedua negara ini sudah 4 kali bertemu tetapi tanpa hasil, sehingga konflik tak teratasi. Masing-masing pihak telah menaikkan tarif 25 % terhadap komoditas lawan yang nilainya mencapai USD. 50 miliar. Pada 6 September, masa konsultasi publik ASÂ untuk menaikkan tarif komoditas Tiongkok lainnya yang bernilai USD. 200 miliar telah berakhir, Menurut praktik di masa lalu, realisasi kenaikannya akan jatuh pada akhir bulan September atau awal Oktober.
Untuk mengejar waktu, pihak Tiongkok buru-buru menyelenggarakan Pertemuan Meja Bundar Keuangan Tiongkok – AS sebelum negosiasi putaran baru, dengan membuat pertemuan Wang Qishan dengan para eksekutif Wall Street. Namun dunia luar tidak optimis dengan pertemuan tersebut.
Komentator politik Chen Pokong mengatakan, para eksekutif AS yang diundang Wang Qishan itu adalah relasi yang dulu dibangun oleh Wang yang sekarang sudah terpinggirkan. Gagasan maupun pandangan mereka jelas berbeda dengan Trump, jadi komunikasi dengan Trump mungkin ‘tidak nyambung’.
Selain itu, sebagian besar eksekutif yang diundang pihak Tiongkok komunis tidak hadir, karena mereka beranggapan bahwa undangan untuk dialog dengan Tiongkok komunis kurang memiliki arti. Jika demikian, maka inisiatif Wang Qishan untuk memainkan kartu ini juga tidak efektif. Hal yang ditunjukkan di balik ketidakhadiran sejumlah besar eksekutif itu malahan rasa malu bagi pihak Tiongkok.
Wang Qishan yang selama ini telah dijuluki kapten pemadam kebakaran. Namun, sejak konflik perdagangan dengan AS, Wang tidak pernah muncul di meja perundingan sekali pun.
Menurut analisa, Wang Qishan jangan-jangan sudah tahu bahwa kemenangan pertempuran tidak memihak pada Tiongkok komunis. Kemunculannya hanya akan menghabiskan tenaga dan waktu, menambah kesulitan dan menjadi sasaran umpatan masyarakat sudah pasti. Jadi lebih baik bertindak sebagai penonton. (Sin/asr)