Su Chi-cheng, direktur Kantor Perwakilan Taiwan di Osaka, Jepang, melakukan bunuh diri pada 14 September menyusul kritik keras atas kelalaiannya dalam menyelamatkan warga yang terdampar di Bandara Kansai saat hujan deras yang disebabkan oleh Badai Super Jebi.
Kritik tersebut didasarkan pada laporan palsu oleh media daratan Tiongkok yang mengklaim bahwa otoritas konsuler People’s Republic of China (Republik Rakyat Tiongkok-RRT) di Jepang telah mengirim bus-bus untuk menjemput orang-orang daratan yang terdampar, yang menyebabkan kegemparan di Taiwan, yang secara resmi disebut Republic of China (ROC), atas Su Chi-cheng yang tampak gagal menyelamatkan warga ROC di Jepang.
Namun laporan berikutnya, terungkapkan bahwa semua operasi penyelamatan telah ditangani oleh pihak-pihak berwenang Jepang.
Badai Super Jebi (Super Typhoon Jebi) telah menyerang Jepang pada 4 September, menyebabkan hujan lebat di seluruh bagian barat negara tersebut dan membanjiri Bandara Penerbangan Kansai, yang terletak di sebuah pulau buatan dekat Osaka. Selama badai tersebut, sebuah kapal telah kehilangan kendali dan menabrak jembatan yang menjembatani bandara, mengandaskan 7.800 penumpang dan pekerja di pulau tersebut.
Setelah pemeriksaan, pihak-pihak berwenang membuka sisi utara jembatan yang rusak dan bus-bus serta kapal sewaan untuk mengevakuasi semua orang di bandara.
Pada 7 September, media Tiongkok melaporkan bahwa Konsulat Tiongkok di Osaka telah menyewa 15 bus dan mengangkut 1.044 penumpang Tiongkok yang terperangkap di Bandara Kansai dan mengirim mereka ke Osaka dalam enam kali perjalanan pada 5 September. Menurut laporan, 1.044 penumpang termasuk 115 warga Hong Kong, lima orang dari Macao, dan 32 warga Taiwan yang mengklaim kewarganegaraan daratan.
Laporan tersebut juga mengklaim bahwa Frank Hsieh Chang-ting, perwakilan Taiwan untuk Jepang, mengatakan bahwa Kantor Perwakilan di Osaka dan Hokkaido terlalu sibuk untuk memberikan bantuan kepada sekitar ratusan turis Taiwan yang terperangkap, dan bahwa Kantor Hokkaido hanya memiliki dua juru tulis.
Propaganda tersebut telah tersebar luas di Taiwan dan Tiongkok daratan. Sebuah komentar khas daratan Tiongkok: “Pada saat dibutuhkan, kami memiliki negara yang kuat untuk mendukung kami.”
Berita tersebut telah membangkitkan kemarahan publik di Taiwan, dengan protes terhadap Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei di Jepang, nama resmi de facto lembaga duta besar Taiwan.
Taiwan adalah provinsi terakhir dari Republic of China yang belum takhluk, yang telah kehilangan kendali atas daratan sebagai lawan pasukan komunis pada tahun 1949 dalam Perang Saudara Tiongkok.
Menteri Luar Negeri ROC Joseph Wu membuat pernyataan untuk menenangkan publik yang marah, selama waktu itu Frank Hsieh Chang-ting sedang mengatur keenam kantor perwakilan ROC di Jepang untuk membahas bagaimana meningkatkan pekerjaan mereka selama keadaan darurat.
Pada 11 September, Sankei Shimbun dari Jepang menerbitkan sebuah laporan yang bertentangan dengan deskripsi dari media daratan Tiongkok mengenai peristiwa-peristiwa tersebut.
Mengutip seorang juru bicara Bandara Kansai, Sankei melaporkan bahwa tidak ada bus-bus yang telah diizinkan memasuki bandara selama Badai Super Jebi kecuali bus-bus milik pemerintah Jepang.
“Bandara Kansai telah mengevakuasi semua penumpang ke stasiun kereta api di Izumisano namun mengirim para penumpang Tiongkok ke tempat parkir di pusat perbelanjaan Izumisano,” menurut Sankei, “Kemudian bus-bus Tiongkok menjemput para penumpang tersebut dan mengirim mereka ke Osaka.”
Setelah Su Chi-cheng meninggal, Kantor Kepresidenan Taiwan dan Kementerian Luar Negeri Taiwan mengeluarkan pernyataan berkabung. Kementerian Luar Negeri meminta publik untuk memberikan lebih banyak dukungan kepada semua diplomat Taiwan.
Kuan Bi-ling, seorang anggota Legislatif Yuan ROC, mengatakan di Facebook bahwa “kombinasi dari berita palsu dengan pesan-pesan tulisan telah menyebabkan seorang diplomat mengorbankan hidupnya. Ini bukan makna sejati tentang demokrasi.”
Tiga puluh tiga tahun yang lalu, Su Chi-cheng belajar di Universitas Osaka dan kemudian bekerja untuk kantor perwakilan di Osaka selama tiga tahun. Pada tahun 1991, Su memasuki Kementerian Luar Negeri dan dikirim ke Tokyo sebagai sekretaris Kantor Perwakilan Ekonomi dan Kebudayaan Taipei pada tahun 2007. Pada tahun 2013, Su dipromosikan menjadi direktur kantor perwakilan di Naha, Okinawa, kemudian dipindahkan ke Osaka pada Juli 2018.
Su berusia 60 tahun, dan telah bertahan hidup demi dua anak dan istrinya, yang merupakan seorang profesor universitas. (ran)