Bank Swiss UBS Group AG telah meminta staf manajemen kekayaan-nya untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan mereka ke negara Tiongkok setelah pihak berwenang di sana meminta salah satu bankirnya dari Beijing untuk menunda keberangkatannya untuk bertemu dengan pejabat setempat, kata seorang sumber yang akrab dengan masalah tersebut.
Bankir tersebut, yang berbasis di Singapura dan bekerja di tim manajemen hubungan di unit manajemen kekayaan UBS, masih memiliki paspornya, tetapi diminta untuk tetap di Tiongkok dan bertemu dengan pejabat-pejabat otoritas setempat minggu depan, kata orang tersebut. Identitas dan posisi bankir tidak disebutkan.
Tujuan pertemuan dengan pihak-pihak berwenang tersebut tidak jelas, tetapi bank telah meminta orang-orang lain dalam tim manajemen kekayaan Tiongkok-nya untuk meninjau kembali rencana perjalanan mereka dengan hati-hati.
Tidak ada unit-unit lain di bank tersebut, termasuk tim-tim operasional internal atau manajemen aset, telah diminta untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan yang ada. Seorang juru bicara UBS menolak berkomentar
Bank Swiss adalah pengelola kekayaan terbesar yang beroperasi di Asia, dengan aset $383 miliar di bawah pengelolaannya, menurut majalah Asia Private Banker, menjadi yang terdepan dari Citigroup, Credit Suisse, HSBC, dan Julius Baer.
Pertemuan tersebut juga dilakukan saat UBS telah membangun kehadirannya di Tiongkok. Pekan lalu bergerak selangkah lebih dekat untuk menjadi bank pertama yang mengambil kepemilikan mayoritas perusahaan patungan Tiongkok di bawah aturan baru yang dirancang untuk membuka sektor ini, ketika dua mitranya saat ini memasang saham-sahamnya untuk dijual.
Kesepakatan apapun atas saham-saham tersebut akan membutuhkan persetujuan dari otoritas Tiongkok, yang belum memberikan lampu hijau untuk 51 persen kepemilikan saham. (ran)
Rekomendasi video:
Amerika Serikat Tekan Keras Konspirasi Tiongkok Korut
https://www.youtube.com/watch?v=p0z-dob1HZ8