Rusia dan Uzbekistan telah menandatangani kesepakatan kerjasama senilai total $27 miliar pada 19 Oktober, sebagian dimotivasi oleh keinginan Moskow untuk melawan pertumbuhan investasi Tiongkok di Uzbekistan, menurut media Rusia.
Uzbekistan, yang sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet, bersama Rusia telah menandatangani 785 perjanjian bilateral dan memorandum pada akhir forum dua hari antar wilayah yang diadakan di ibukota negara Asia Tengah tersebut, Tashkent, menurut artikel 19 Oktober oleh media Uzbekistan, UzDaily.
KESEPAKATAN-KESEPAKATAN RUSIA
Dari perjanjian yang telah ditandatangani tersebut, 242 di antaranya terkait dengan perdagangan dan kesepakatan kerjasama ekonomi senilai $1,2 miliar. Selain itu, 136 perjanjian melibatkan pelaksanaan proyek investasi bersama, dengan total nilai $1,4 miliar.
Di antara perusahaan-perusahaan Rusia yang telah menandatangani kesepakatan tersebut adalah IMZ Avtokran, yang akan menciptakan usaha patungan $10 juta untuk perakitan truk derek modern di Zona Ekonomi Bebas Navoi, yang terletak di Navoi City.
Juga di antara perjanjian-perjanjian tersebut adalah enam kesepakatan dengan lembaga keuangan di dua negara dengan total $864,6 juta, salah satunya melibatkan Bank Nasional untuk Kegiatan Ekonomi Asing Republik Uzbekistan dan bank milik negara Rusia Sberbank. Keduanya sepakat untuk mengalokasikan batas kredit sebesar $200 juta.
Menurut artikel 19 Oktober oleh Reuters, Gazprom Rusia telah menandatangani perjanjian pembagian produksi untuk ladang gas Dzhel di Uzbekistan, di mana bertujuan untuk memproduksi sekitar 300 juta meter kubik per tahun pada titik maksimum, volume kecil menurut standar kawasan tersebut. Selain itu, pengusaha Rusia Andrei Filatov menandatangani perjanjian dengan perusahaan negara Uzbekistan untuk proyek pengembangan ladang gas dan membangun pabrik kimia.
Kedua negara tersebut juga telah memulai survei geologi untuk menemukan lokasi yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Uzbekistan, yang akan menelan biaya sekitar $11 miliar, dibiayai sebagian besar oleh pinjaman lunak dari Rusia, menurut Reuters.
Secara total, 79 usaha patungan, 23 rumah perdagangan baru, dan 20 pusat distribusi grosir akan dibuat di Uzbekistan melalui kesepakatan-kesepakatan dengan Rusia, menurut UzDaily.
Sebuah editorial yang diterbitkan oleh situs berita Rusia, Gazeta, mencatat bahwa sementara Rusia tetap menjadi salah satu mitra dagang utama Uzbekistan, negara-negara lain, seperti Tiongkok, “siap untuk menantang status itu.”
Beijing bermaksud menggunakan strategi yang sama yang telah digunakan di negara-negara lain di kawasan Asia Tengah, termasuk Kazakhstan dan Turkmenistan: “investasi sebagai imbalannya sumber daya dan kesetiaan,” kata artikel.
Uzbekistan kaya akan sumber daya-sumber daya alam, dengan deposit emas diperkirakan sekitar 5.300 metrik ton dan cadangan uranium diperkirakan sekitar 190.000 ton, menurut data resmi dari pemerintah Uzbek. Saat ini, Uzbekistan adalah salah satu pengekspor uranium terbesar di dunia.
Tiongkok memiliki minat serius pada uranium Uzbek. Menurut World Nuclear Association, pada Mei 2014, China General Nuclear Power Group yang dikelola pemerintah Tiongkok setuju untuk membeli $800 juta uranium hingga tahun 2021. Pada tahun 2013, 1.663 ton uranium telah pergi ke Tiongkok.
ONE BELT, ONE ROAD DARI TIONGKOK
Motivasi di balik kepentingan Tiongkok di Asia Tengah, menurut Gazeta, adalah bahwa ia menganggap wilayah tersebut penting untuk inisiatif One Belt, One Road (OBOR, juga dikenal sebagai Belt dan Road).
Beijing telah mengumumkan OBOR pada tahun 2013 sebagai rencana untuk membangun rute perdagangan yang menghubungkan Tiongkok, Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Sementara Beijing mengklaim bahwa inisiatif tersebut adalah upaya untuk meningkatkan perdagangan regional, banyak pengamat mengatakan bahwa apa yang sebenarnya diinginkan Tiongkok dengan OBOR adalah untuk meningkatkan pengaruh geopolitik dan membujuk negara-negara untuk membantu agenda ekonomi dan politiknya.
Salah satu proyek utama OBOR di Uzbekistan adalah pembangunan Terowongan Kereta Kamchiq, yang dibangun oleh China Railway Tunnel Group yang dikelola negara, bekerja sama dengan perusahaan kereta api Uzbekistan Uzbek Railways. Proyek ini dibiayai oleh pinjaman $350 juta dari Bank Ekspor-Impor Tiongkok yang dikelola negara. Terowongan sepanjang 19 kilometer, yang mulai beroperasi pada tahun 2016, adalah bagian dari jalur kereta api Angren-Pap di Uzbekistan timur.
Menurut artikel 28 Februari di situs internet resmi OBOR, nilai total proyek investasi OBOR di Uzbekistan bernilai rata-rata setidaknya 10 miliar yuan per tahun (sekitar $1,44 miliar).
Menurut lembaga pemerintah Uzbek, Komite Negara mengenai Statistik, perputaran perdagangan luar negeri Uzbekistan untuk sembilan bulan pertama tahun ini berjumlah sekitar $23 miliar, dengan Tiongkok menduduki peringkat pertama dalam perdagangan luar negeri dengan transaksi perdagangan senilai $4,4 miliar, diikuti oleh Rusia di No 2 dengan sekitar $4,1 miliar.
Azhdar Kurtov, wakil editor jurnal akademis National Strategic Issues, menjelaskan perbedaan antara investasi Rusia dengan Tiongkok di Uzbekistan.
“Rusia dapat memberi Uzbekistan apa yang dibutuhkan untuk memodernisasi industrinya, teknologi-teknologi Rusia,” kata Kurtov dalam wawancara dengan surat kabar harian Rusia Izvestia. “Ini adalah satu hal untuk membangun jalan-jalan untuk pengangkutan barang antara Tiongkok dan Eropa, dan satu lagi untuk menciptakan industri-industri baru di Uzbekistan, yang Rusia akan coba lakukan.” (ran)
Rekomendasi video:
Krisis Mematikan di Balik Perjamuan Mewah Tiongkok
https://www.youtube.com/watch?v=XYskDBnCmf4&t=1s