Muji, merek gaya hidup Jepang yang dikenal dengan produk bergaya minimalis, sedang berjuang untuk tetap berbisnis di Tiongkok setelah berbenturan dengan rezim Beijing awal tahun ini, serta menghadapi persaingan dari perusahaan peniru yang telah membuka toko-toko di seluruh bagian utara negara tersebut.
Perusahaan Jepang tersebut, didirikan pada Desember 1980, saat ini mengoperasikan lebih dari 850 toko di lebih dari 25 negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat. Produk utamanya termasuk pakaian, alat tulis, peralatan makan, perawatan kulit, tas, dan koper.
Di Tiongkok, ada 235 toko Muji per Juli, menurut harian People’s Daily milik pemerintah Tiongkok, mengutip komentar Satoru Masaaki, presiden Ryohin Keikaku Corp, yang merupakan perusahaan induk Muji. Tiongkok menyumbang sekitar 17 persen dari total pendapatan merek tersebut, di belakang Jepang yang menyumbang 65 persen, Masaaki mengatakan, ketika mengumumkan pendapatan kuartal pertama Ryohin Keikaku, menurut media Jepang Nikkei.
“Turunnya citra” perusahaan Jepang di Tiongkok tersebut banyak berkaitan dengan bagaimana Muji telah gagal memasukkan beberapa pulau di Laut Tiongkok Timur sebagai milik Tiongkok dalam salah satu katalog produknya, menurut Global Times, sebuah surat kabar yang terkenal dengan pandangan nasionalisnya yang militan. Itu terjadi pada bulan Januari dan telah mengundang kemarahan beberapa pelanggan Tiongkok serta pemerintah.
Beijing telah terkenal karena penghukumannya terhadap perusahaan-perusahaan asing yang gagal mengikuti garis Partai Komunis Tiongkok (PKT), terutama ketika menyangkut masalah kedaulatan nasional Tiongkok. Kepulauan Diaoyu, juga dikenal sebagai Kepulauan Senkaku, adalah kelompok lima pulau tak berpenghuni di Laut China Timur yang saat ini dikelola oleh Jepang. Namun, Tiongkok dan Taiwan juga mengklaim pulau-pulau tersebut sebagai wilayah mereka.
Dalam kasus Muji, Tiongkok mencoba meminjamkan kredibilitas demi klaimnya atas kepulauan itu dengan memaksa perusahaan Jepang tersebut menyerah pada Beijing. Sekretaris Kepala Kabinet Jepang Yoshihide Suga, selama konferensi pers 31 Januari, memprotes Beijing atas insiden Muji, mengatakan bahwa Jepang tidak dapat “menerima tindakan berdasarkan klaim sepihak dari Tiongkok,” menurut surat kabar Singapura The Straits Times. Kelompoki ritel tersebut akhirnya membatalkan katalog yang menyebabkan rasa tersinggung tersebut.
Yang juga menindas merek Jepang tersebut adalah toko yang menggunakan nama Inggris Natural Mill, tetapi menggunakan huruf kanji yang sama (simbol tulisan Mandarin yang digunakan dalam tulisan Jepang) seperti merek Muji, telah dibuka baru-baru ini di Tiongkok, situs web berita Hong Kong AM730 melaporkan pada 24 Oktober. telah mengutip komentar dan gambar yang ditinggalkan oleh para netizen di situs media sosial Tiongkok. Huruf-huruf tersebut diucapkan “wu yin liang pin” dalam bahasa Mandarin.
Situs-situs pengecer tiruan yang baru dibuka berada di Kota Mudanjiang Provinsi Heilongjiang Tiongkok utara, dan di Qingdao, kota pelabuhan di Provinsi Shandong, Tiongkok timur. Situs web resmi Natural Mill tidak membawa informasi tentang berapa banyak toko yang ada di Tiongkok atau di tempat lain.
Laba bersih Muji untuk kuartal kedua, yang berakhir 30 Agustus, telah turun di Tiongkok menjadi 8,56 miliar yen (sekitar $76,2 juta) dari kuartal pertama $9,54 miliar yen (sekitar $85 juta), menurut artikel 9 Oktober oleh Global Times yang dikelola negara Tiongkok yang mengutip data dari laporan keuangan Muji. Pendapatan di Tiongkok untuk paruh pertama fiskal tersebut turun 0,2 persen, bahkan saat pengecer tersebut telah menurunkan harga di Tiongkok sembilan kali dalam empat tahun.
MUJI PALSU
Gambar-gambar yang diunggah oleh para netizen menunjukkan bahwa toko-toko Natural Mill memiliki dekorasi interior yang hampir mirip dengan Muji, sementara menawarkan bentuk-bentuk produk yang hampir mirip yang memiliki desain-desain produk serupa.
Banyak netizen mempertanyakan keaslian dan kualitas produk-produk tersebut. Satu komentar yang dikutip dalam artikel AM730 mengatakan, “Setelah melihat ketidaksempurnaan produk mereka, kualitasnya seperti sampah.” Seorang netizen lain mempertanyakan mengapa pihak berwenang Tiongkok belum melangkah untuk menangani pelanggaran hak cipta toko-toko tersebut.
Di Sina Weibo, setara dengan Twitter di Tiongkok, satu netizen dari Beijing ingin tahu apakah akan ada hadiah karena melaporkan barang-barang tiruan kepada pihak berwenang.
Toko Natural Mill dioperasikan oleh perusahaan swasta, Beijing Cottonfield Textile Corp, yang ironisnya, mengajukan gugatan pelanggaran merek dagang terhadap Ryohin Keikaku Corp dan perusahaan Muji (Shanghai) Commerce Corp yang terdaftar di Tiongkok, pada tahun 2016, menurut AM730.
Gugatan tersebut, yang disidangkan oleh Pengadilan Hak Kekayaan Intelektual Beijing pada 28 September 2016, menuntut Ryohin Keikaku dan Muji (Shanghai) membayar lebih dari 2,5 juta yuan ($359,925) untuk pelanggaran atas merek dagang “Wu Yin Liang Pin”. Perusahaan mengklaim bahwa mereka telah memperoleh lisensi merek dagang Tiongkok untuk namanya pada tahun 2001; Muji mulai beroperasi di Tiongkok pada tahun 2005.
Pada akhirnya, pengadilan memutuskan mendukung Beijing Cottonfield pada bulan Desember 2017, dan Muji diperintahkan untuk membayar biaya kompensasi 1.0282 juta yuan (sekitar $148.000). Menanggapi kekalahan gugatannya, Muji memutuskan untuk menjual produk di Tiongkok hanya dengan nama Inggrisnya “Muji.”
MENGHADAPI KEMURKAAN BEIJING
Muji kembali berbenturan dengan rezim Beijing pada bulan Mei. Perusahaan tersebut didenda 200.000 yuan (sekitar $28.800) karena menggunakan kemasan yang mencantumkan Taiwan sebagai negara terpisah dari Tiongkok, menurut Reuters.
Setelah perang sipil Tiongkok pada tahun 1949, anggota Kuomintang mundur ke Taiwan setelah kekalahan oleh PKT. Sejak itu, Tiongkok daratan telah berada di bawah kekuasaan satu partai otoriter, sementara pulau Taiwan telah berubah menjadi demokrasi penuh dengan pemilihan presiden langsung pertamanya pada tahun 1996.
Hubungan antara keduanya penuh ketegangan, karena Beijing menganggap Taiwan provinsi pemberontak yang harus bersatu kembali dengan daratan satu hari, dengan kekuatan militer jika diperlukan.
Muji bukan satu-satunya perusahaan yang telah melihat bisnisnya di Tiongkok terkena dampak negatif setelah dihukum oleh PKT karena masalah sensitif.
Pada tahun 2017, Beijing mendorong warga untuk memboikot produk Korea Selatan dan menghentikan turis Tiongkok mengunjungi Korea Selatan, setelah konglomerat Korea Selatan Lotte Group setuju untuk menawarkan lahan di lapangan golfnya untuk menjadi tuan rumah sistem pertahanan anti rudal THAAD Amerika Serikat. Bisnis Lotte di Tiongkok kemudian turun secara dramatis, dan perusahaan akhirnya menutup semua toko ritelnya di Tiongkok pada bulan Agustus. (ran)
Rekomendasi video: