Xia Lin
CFO merangkap wakil CEO Huawei yakni Meng Wanzhou ditangkap oleh polisi Kanada tanggal 1 Desember lalu saat transit pesawat di Vancouver. Dia diminta oleh pemerintah AS agar dideportasi untuk diadili di AS, peristiwa mendadak ini membuat eksekutif BUMN maupun perusahaan swasta yang telah melakukan banyak pelanggaran hukum dan larangan AS bagi Komunsi Tiongkok menjadi gentar.
Beberapa tahun ini para eksekutif tinggi perusahaan Komunis Tiongkok telah menganggap remeh hukum di Amerika, Kanada dan negara Barat lainnya.
Lantaran sudah terbiasa menipu di dalam negeri sampai di luar negeri pun melakukan hal yang sama. Mereka mendapati tidak hanya tidak dihukum, juga bisa dengan cepat menumpuk kekayaan. Jadi kian menjadi-jadi.
Selain itu mereka menganggap AS, Kanada dan negara Barat seolah halaman belakang mereka sendiri, datang dan pergi sesuka hati. Bahkan mengalihkan kekayaan besarnya ke luar negeri, membeli rumah mewah di AS, Kanada dan Eropa, membuat status warga negara, menyekolahkan anak dan lain-lain.
Seperti Meng Wanzhou, tidak hanya memiliki banyak rumah mewah di dalam negeri Tiongkok maupun di Hongkong, juga memiliki 2 unit rumah mewah di Kanada. Putranya studi di Amerika, dia sendiri memiliki Kartu Imigrasi Kanada, ditambah lagi kepemilikan 7 passport. Dia adalah tipikal kalangan konglomerat RRT.
Bagi Meng tertangkapnya dirinya tanggal 1 Desember lalu ibarat sambaran petir. Bagi eksekutif perusahaan RRT yang sudah kaya raya dari hasil melakukan kejahatan, juga ibarat gempa sebesar 9 magnitudo.
Sekarang mereka tidak lagi berani sembarangan pergi ke negara yang mempunyai perjanjian ekstradisi dengan AS agar tidak terjadi “Meng Wanzhou versi 2.0,” Hal mencemaskan kekayaannya dalam jumlah besar yang ada di luar negeri, dan khawatir suatu hari nanti akan menjadi hampa.
Nampaknya, uang yang mati-matian didapatkan demi Komunis Tiongkok, belum tentu bisa dinikmati, seperti Meng Wanzhou harus membayar uang jaminan CAD 7 juta dolar cash untuk bisa bebas bersyarat. Dia juga harus membayar semua biaya untuk pengawasan keselamatannya.
Dan sialnya lagi, tidak ada jaminan benda yang dibuatnya sendiri bisa kembali padanya. Menurut informasi, gelang monitor elektronik yang dipakai Meng di pegelangan tangannya adalah produk Huawei.
Selain para eksekutif kaya, baru-baru ini banyak pejabat Komunis Tiongkok juga hidup dalam ketakutan.
Mereka cemas tak lama lagi mereka pun akan muncul di daftar hitam AS. Karena Senat AS tanggal 11 Desember lalu telah meloloskan “undang-undang ekuivalensi perjalanan ke Tibet.” Para pejabat Komunis Tiongkok yang menolak warga AS, atau pejabat pemerintah dan wartawan masuk ke Tibet, mereka akan dilarang untuk mendapatkan visa masuk ke AS.
Begitu “undang-undang ekuivalensi perjalanan ke Tibet” ini ditandatangani oleh Presiden Trump menjadi hukum yang berlaku, Kemenlu akan diminta untuk mengevaluasi akses masuk warga AS ke Tibet, dan memberikan laporannya pada Kongres, yang secara jelas mencari pejabat PKT yang menghalangi orang Amerika masuk ke Tibet. Berdasarkan peraturan ini Kemenlu akan melarang pemberian visa AS kepada seluruh pejabat tersebut.
Pejabat Komunis Tiongkok yang telah bertahun-tahun korupsi telah mengumpulkan kekayaan besar. Banyak di antaranya yang memindahkan harta mereka ke Amerika.
Jika AS tidak memberikan visa, bagaimana mereka bisa menikmati kekayaan itu? Setelah sekian lama berkorupsi-ria, semuanya akan menjadi kebahagiaan kosong.
Sekarang banyak pengusaha RRT yang tidak taat hukum mendapati satu hal, yakni kejahatan yang dilakukan di negerinya tetap tidak bisa selamat walaupun lari ke AS. Karena di AS juga bisa memproses hukum pejabat RRT. Sama seperti kasus Jia Yueting baru-baru ini.
Tanggal 14 Desember lalu, menurut pemberitaan media teknologi AS “The Verge”, Pengadilan Federal Wilayah California telah mengeluarkan perintah pembatasan sementara, untuk membekukan 33% saham perusahaan yang dimiliki Jia Yueting selaku CEO Faraday Future. Bahkan mengeluarkan perintah perlindungan sementara terhadap kediaman mewahnya di California.
Mantan direktur Leshi Group Jia Yueting dikejar hutang di dalam negeri. Tahun 2017 ia lari ke Amerika dan bersembunyi di sana. Tidak disangka di Amerika ada hukum terkait mengakui hasil putusan pengadilan di RRT, sehingga kekayaannya dibekukan.
Sepertinya, Amerika di bawah pemerintahan Trump sangat mengerti bagaimana menyisihkan satu persatu oknum Komunis Tiongkok untuk kemudian dijerat hukum. (SUD/WHS/asr)