Epochtimes.id- Seorang hakim federal AS memerintahkan Korea Utara untuk membayar lebih dari $ 501 juta pada 25 Desember 2018 dalam gugatan kesalahan kematian yang diajukan oleh orangtua Otto Warmbier. Dia adalah seorang mahasiswa Amerika yang meninggal tidak lama setelah dibebaskan dari Korut.
Hakim Distrik A. Beryl Howell di Washington memutuskan bahwa Korea Utara harus membayar ganti rugi kepada Fred dan Cindy Warmbier, orangtua dari mahasiswa Universitas Virginia.
Warmbier adalah seorang mahasiswa University of Virginia yang mengunjungi Korea Utara bersama kelompok wisata ketika dia ditangkap. Akibatnya, dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa pada Maret 2016 dengan tuduhan mencuri poster propaganda.
Dia meninggal pada Juni 2017, tak lama setelah dia kembali ke AS dalam keadaan koma dan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan saat dalam tahanan.
Penghakiman ini merupakan kemenangan simbolis. Pasalnya, tidak ada mekanisme yang bisa memaksa Korea Utara membayar ganti rugi.
Fred dan Cindy Warmbier mengatakan mereka bersyukur bahwa pengadilan mendapati pemerintah Kim Jong Un “secara hukum dan moral” bertanggung jawab atas kematian putra mereka.
“Kami menempatkan diri kami dan keluarga kami melalui cobaan gugatan dan pengadilan umum karena kami berjanji kepada Otto bahwa kami tidak akan pernah beristirahat sampai kami memiliki keadilan untuknya,” kata mereka dalam pernyataan bersama.
“Putusan bijaksana hari ini oleh Ketua Hakim Howell adalah langkah penting dalam perjalanan kami,” katanya.
Gugatan itu, yang diajukan pada April lalu, menggambarkan dengan sangat mengerikan tentang pelecehan fisik yang dialami Warmbier dalam tahanan Korea Utara.
Ketika orangtuanya naik pesawat untuk menemuinya setibanya di AS, mereka “terkejut melihat kondisinya,” menurut dokumen pengadilan.
Pria berusia 22 tahun itu mengalami kebutaan dan tuli, lengannya melengkung dan hancur. Dia menyentak dengan keras dan melolong. Dia benar-benar tidak responsif terhadap upaya keluarganya untuk menghibur dirinya. Giginya yang lurus dan lurus tidak sejajar. Bahkan, kakinya menderita luka yang tidak bisa dijelaskan.
Seorang ahli di pengadilan mengatakan bahwa luka-luka menunjukkan bahwa dia telah disiksa dengan disetrum.
Seorang ahli saraf kemudian menyimpulkan bahwa mahasiswa tersebut mengalami kerusakan otak, kemungkinan karena kehilangan aliran darah ke otak selama 5-20 menit.
Warmbier, yang berasal dari pinggiran Cincinnati, Ohio, ditekan untuk membuat pengakuan di televisi dan kemudian dihukum karena subversi setelah sidang satu jam.
Dia ditolak berkomunikasi dengan keluarganya. Pada awal Juni 2017, orangtua Warmbier diberi tahu bahwa putra mereka dalam keadaan koma. Parahnya, telah berada dalam kondisi itu selama satu tahun. (asr)