Zhou Xiaohui
Setelah tercapai kesepakatan gencatan senjata 90 hari pada ‘pertemuan Trump & Xi’ di forum G20 lalu, hingga saat ini Beijing telah kembali membeli kacang kedelai dan daging babi dari AS, juga telah mengurangi bea masuk balas dendam sebesar 25% terhadap impor mobil dari AS, sekaligus berjanji akan membeli lebih banyak minyak mentah dari AS. Akan tetapi menurut kabar, saat ini pihak RRT tetap tidak mau berkompromi terhadap tuntutan AS yang meminta RRT melakukan reformasi secara struktural serta menghentikan kebijakan subsidi bagi perusahaan negara, berhenti memaksa perusahaan AS mengalihkan teknologi pada perusahaan Komunis Tiongkok.
Tanggal 17 Desember, ketua Komisi Perdagangan Gedung Putih Navarro saat diwawancara CNBC menyatakan, perundingan perdagangan tidak hanya bertujuan membuat negara Komunis ini membeli lebih banyak produk AS, yang lebih penting adalah agar RRT wajib melakukan reformasi struktural, tindakan ini untuk melindungi teknologi AS dan juga dunia. Ini adalah sasaran akhir yang tidak bisa diganggu gugat dari pemerintahan Trump sejak dilancarkannya perang dagang ini.
Menanggapi pernyataan Navarro, keesokan hari (18/12) juru bicara Kemenlu Komunis Tiongkok selain mengatakan “berharap agar tim ekonomi dagang kedua negara dapat mewujudkan kesepahaman pemimpin kedua negara, dan mencapai hasil yang saling menguntungkan kedua pihak”, juga secara khusus menanggapi Navarro, memintanya agar “membaca dengan seksama” pidato Xi Jinping pada acara peringatan 40 tahun reformasi keterbukaan.
Pejabat Kemenlu PKT ini mengutip sejumlah pernyataan tersebut, bahwa negara besar seperti RRT “tidak memiliki buku pelajaran yang bisa dipuja sebagai aturan emas, juga tidak ada guru besar yang bisa memerintah rakyat Tiongkok.
Dia mengutip, “apa yang harus diubah dan bagaimana mengubahnya harus didasari dengan kesesuaian dengan sistem sosialisme dengan ciri khas Tiongkok yang sempurna, untuk mendorong sistem pemerintahan negara dan modernisasi kemampuan pemerintahan, yang seharusnya diubah yang bisa diubah kami akan bersiteguh mengubah, yang tidak seharusnya diubah yang tidak dapat diubah kami juga akan bersikeras tidak mengubahnya.”
Bagi AS dan banyak warga Tiongkok, ekonomi Tiongkok melakukan reformasi struktural adalah merangkul dunia, merangkul ekonomi pasar yang bebas adil, yaitu bertindak sesuai aturan internasional dan menepati janji.
Namun di mata para petinggi Beijing, reformasi seperti ini akan mematikan rezimnya, sangat mungkin akan memicu perubahan pada sistem politik, mengakibatkan tidak stabilnya rezim, sehingga PKT akan kehilangan kekuasaan di tangan.
Jika antara AS dan RRT terdapat perbedaan pemahaman seperti ini, maka bisa ditebak, dalam perundingan perdagangan kurang dari 90 hari nanti, walaupun sudah menepati janji dengan membeli produk AS, namun dalam masalah inti yakni reformasi struktural tidak akan pernah berkompromi.
Jika pemerintah Trump tidak mendapat hasil yang memuaskan, maka tanggal 2 Maret akan dimulai lagi tambahan bea masuk terhadap produk dari RRT yang diekspor ke AS senilai USD 200 milyar (2.902 triliun Rupiah).
Seharusnya sudah bisa diramalkan kesulitan di tahun 2019, dalam pidatonya Xi Jinping menyebutkan bahwa di masa mendatang akan ada “pertikaian/ujian berat yang tak terbayangkan”. Lingkungan yang tidak bersahabat di tahun 2019 adalah milik internasional, juga milik dalam negeri. Pertama-tama lingkungan ekonomi dalam negeri akan memburuk.
Menurut data peningkatan penjualan retail bulan November yang dirilis biro statistik negara, pada periode yang sama tahun lalu tumbuh 3,7% dan setelah mengabaikan faktor kenaikan harga, pertumbuhan yang sebenarnya hampir nol, ini adalah kondisi yang tidak pernah terjadi sejak reformasi keterbukaan.
Tidak hanya itu, bulan Oktober lalu penjualan otomotif turun 11,7% dibanding periode yang sama tahun lalu, sudah menurun empat bulan berturut-turut, ini juga hal yang tidak pernah terjadi sejak reformasi keterbukaan.
Pendapatan undian berhadiah di Macau juga anjlok drastis, order ekspor pada ajang pameran Canton Fair bulan November lalu hanya tumbuh 3%, dan order dari Amerika anjlok drastis 30%.
Analisa menyebutkan empat data ini menjelaskan: animo rakyat biasa, kalangan menengah, konsumen kaya dan orang asing telah merosot drastis, dan di baliknya telah terpendam masalah ekonomi RRT yang sangat besar.
Selain itu, jumlah penerimaan karyawan BUMN merosot, PHK meningkat, pekerja di banyak perusahaan mengambil libur lebih awal, mahasiswa sulit mendapatkan pekerjaan, menurunnya konsumsi dan berbagai kondisi di depan mata, juga menyampaikan fakta bahwa ‘musim dingin’ telah tiba.
Tak perlu diragukan, setelah AS memberlakukan bea masuk baru Maret mendatang, kondisi ekonomi RRT akan lebih parah.
PKT yang sejak awal telah mengesampingkan demokrasi dan hukum, akan menganiaya warga yang baik, akan terus menekan pengacara HAM, membahayakan kepentingan warga dan lebih lanjut akan menghimpit opini, setelah kesulitan menghadapi masalah perut warganya, mempertahankan “6 stabil” juga akan menjadi masalah besar. Selain itu, Beijing juga akan menghadapi lingkungan politik internasional yang buruk.
Setelah AS terjaga dari mimpi dan melihat ancaman PKT terhadap AS dan dunia, AS pun akan menyesuaikan kembali strateginya, dan tengah menghimpun negara sekutu di bawah panjinya, bersama-sama menghadang perluasan PKT di seluruh dunia.
Sikap Beijing yang tidak mau mengalah akan memaksa AS “mengambil sikap berkompetisi dalam hal perdagangan, diplomatik, militer dan teknologi”, perang dingin model baru akan dimulai.
Bagi rezim Beijing yang mengandalkan uang membeli dunia, pada akhirnya akan menyadari tidak akan mendapatkan satu pun teman sejati, akan menuju kehancuran di bawah hantaman kekuatan keadilan dari AS dan seluruh dunia.
Konflik yang sengit dan meruncing ini akan memicu pertikaian sengit yang mungkin muncul pada hubungan AS dengan RRT, tapi lebih memungkinkan akan muncul di dalam negeri dan di dalam internal PKT.
Petinggi Beijing akan menghadapi tantangan seperti masalah konspirasi internal partai, berbagai konflik kepentingan, bisakah menumpas korupsi sampai ke akarnya, perlawanan internal dari birokrasi, hilangnya kepercayaan pada pemerintah, perlawanan kekerasan dari rakyat dan lain-lain.
Apalagi Xi Jinping tidak menumpas habis kubu Jiang Zemin dan anteknya, akan semakin memperdalam lubang hitam yang tak bisa diprediksi bagi dirinya sendiri.
Dosen Tsing Hwa University (Beijing) Profesor Sun Liping di akhir tahun 2012 mengadakan “Tahun 2013: Ramalan dan Strategi” dan pernah meramalkan, Komunis Tiongkok ingin bertransformasi, ingin menyelesaikan masalah sejarah, satu-satunya cara adalah memutus hubungan dengan sejarah, jika kehilangan kesempatan memutus hubungan dengan sejarah, maka kekuasaan Komunis Tiongkok tidak akan bertahan lama, “Mungkin kurang dari 10 tahun, sekitar 5 tahun”.
Tahun 2019, bertepatan dengan periode yang diramalkan ini. PKT yang telah goyah apakah bisa melaluinya?
(SUD/WHS/asr)