oleh Wu Ying
Hari Sabtu (29/12/2018), Presiden Trump menyampaikan pesan melalui akun Twitter nya yang menyebutkan bahwa ia baru saja melakukan diskusi yang panjang dan sangat baik dengan Presiden Xi Jinping dari Tiongkok melalui sambungan telepon. Negosiasi mencapai kemajuan yang signifikan.
Isi tweet yang dikirim Presiden Trump pada hari Sabtu sekitar pukul 11:00 (EST) berbunyi : “Saya baru saja berbicara panjang dengan Presiden Xi Jinping dan melakukan percakapan yang sangat baik.”
Negosiasi berlangsung lancar. Jika kesepakatan tercapai, itu akan menjadi kesepakatan yang sangat komprehensif yang mencakup semua topik, bidang yang diperselisihkan. Kemajuan signifikan sedang dibuat! Tulis Trump.
Xi Jinping mengatakan : “Saya dan Presiden (AS) setuju untuk mempromosikan pengembangan yang stabil dari hubungan Tiongkok – Amerika Serikat. Saat ini, hubungan kami berada pada tahap yang penting.”
Akhir pekan ini adalah pekan terakhir dari tahun 2018, dan hari Selasa mendatang akan memasuki tahun baru.
Sejak Kongres AS menolak untuk menyetujui anggaran yang diajukan pemerintahan Trump untuk membiayai pembangunan tembok perbatasan yang nilainya mencapai USD. 5 miliar, kecuali dana keamanan perbatasan berjumlah USD. 1,3 miliar yang disetujui oleh Partai Demokrat. Karena masalah tersebut belum mendapatkan penyelesaian, maka sebagian dari pemerintah federal terpaksa menghentikan kegiatan pada hari Sabtu pukul 00:00. Kejadian tersebut telah mempengaruhi sekitar 800.000 orang karyawan pemerintah federal.
Presiden Trump telah membatalkan rencana liburan Tahun Baru akhir pekan ini dan mengatakan dalam tweet lain bahwa ia tinggal di Gedung Putih untuk menunggu keputusan dari Partai Demokrat.
“Saya berada di Gedung Putih untuk menunggu kedatangan wakil dari Partai Demokrat (untuk berdiskusi dengan saya) mengatasi keamanan perbatasan. Sejauh yang saya tahu, mereka menghabiskan banyak waktu melecehkan presiden, tetapi tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk mengatasi kejahatan dan (peduli) dengan tentara kita!”
Konflik perdagangan antara Tiongkok – AS mulai berlangsung tahun ini, Amerika Serikat mengenakan tarif hukuman untuk komoditas impor dari Tiongkok sebesar USD. 250 miliar, kemudian Tiongkok pun mengenakan tarif pembalasan atas komoditas impor dari AS senilai USD. 110 miliar.
Awal bulan Desember ini, Presiden Trump dan Xi Jinping telah mencapai konsensus mengenai ‘gencatan senjata’ selama 90 hari untuk memulai kembali negosiasi.
Setelah itu, Beijing berturut-turut merilis sinyal keterbukaan pasar, termasuk membeli lagi kedelai AS, jagung, gas alam cair, dan mengumumkan akan menghentikan tarif pembalasan atas kendaraan buatan AS selama tiga bulan tahun depan. Juga bersedia menurunkan tarif lebih dari 700 jenis komoditas yang diekspor ke Tiongkok. Baru-baru ini otoritas Beijing juga merilis versi terbaru dari daftar negatif akses pasar dan rancangan Undang-Undang Investasi Asing yang melarang transfer teknologi wajib.
Selain itu, Beijing memberikan konfirmasi bahwa negosiasi tatap muka antara perwakilan Amerika Serikat dan Tiongkok akan dilakukan pada awal bulan Januari tahun depan.
Bloomberg sebelumnya telah melaporkan dengan mengutip ucapan sumber-sumber yang mengetahui masalah mengatakan bahwa Wakil Perwakilan Dagang AS Jeffrey Gerrish akan memimpin delegasi untuk bernegosiasi dengan pihak Tiongkok pada 7 Januari mendatang di Beijing. Anggota rombongan termasuk David Malpass, wakil direktur urusan internasional di Kementerian Keuangan.
Jika negosiasi gagal mencapai kesepakatan dalam waktu 90 hari, Amerika Serikat akan menaikkan tarif hukuman dari 10% menjadi 25% terhadap komoditas impor dari Tiongkok senilai USD. 200 miliar mulai 2 Maret pukul 00:00 tahun depan.
Derek Scissors, seorang ahli pada isu-isu Tiongkok di American Enterprise Institute menilai bahwa kedua belah pihak tidak melakukan negosiasi tatap muka tingkat menteri sebelum jangka menengah dari batas waktu 90 hari, sehingga sulit untuk memprediksi apakah pihak Tiongkok benar-benar bersedia untuk membuat perubahan yang mendasar.
Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Nikkei News sebelum Natal, bahwa jika Beijing tidak bersedia melakukan reformasi menyeluruh pada kebijakan di bidang ekonomi, industri dan perdagangannya, Amerika Serikat dan Tiongkok akan sulit untuk mencapai kesepakatan sebelum 1 Maret tahun depan.
Para pejabat AS dan sejumlah pakar telah menunjukkan bahwa di masa lalu, pemerintah Tiongkok telah berulang kali berjanji untuk melakukan perdagangan yang adil, tetapi janji-janjinya itu tidak pernah dipenuhi. (Sin/asr)