Pejabat Xinjiang secara drastis sedang meningkatkan upaya untuk menyembunyikan bukti tentang skala dan sifat sebenarnya dari “pusat-pusat pendidikan ketrampilan” di mana setidaknya 1 juta didominasi orang Uighur diyakini sedang ditahan di sana sebelum adanya inspeksi internasional yang diperkirakan akan tiba, menurut sumber di wilayah tersebut.
Bukti tentang fasilitas-fasilitas penahanan massal, seperti pagar kawat berduri, sedang dihilangkan dan sumber di Xinjiang telah mengkonfirmasi bersama Epoch Times berbahasa Mandarin pada September 2018 bahwa petugas kepolisian setempat telah menandatangani perjanjian kerahasiaan untuk tidak mengungkapkan bahwa mereka telah memindahkan orang-orang Uighur ke tempat lain. Menurut sumber tersebut, sekitar 1.500 orang Uighur di daerah di mana ia tinggal telah dikirim ke lokasi lain.
Sumber tersebut mengatakan pada Radio Free Asia (RFA) pada Oktober bahwa mereka percaya sebanyak 300.000 orang Uighur telah diam-diam dipindahkan dari Xinjiang ke penjara-penjara di provinsi Heilongjiang dan bagian lain Tiongkok sejak relokasi-relokasi dimulai pada awal tahun 2018.
Penduduk setempat kini juga diintimidasi sejak para pejabat lokal melakukan upaya untuk membuat kontrol lebih ketat cara-cara informasi dapat bocor ke dunia luar tentang kamp-kamp tersebut, kata sebuah sumber anonim kepada RFA. Dengan harapan mereka akan tetap diam, warga dipaksa menandatangani perjanjian kerahasiaan yang mengancam pemenjaraan selama “tiga generasi keluarga mereka masuk daftar hitam” jika mereka membuat “komentar negatif” ketika para inspektur tiba, RFA melaporkan pada Desember 2018.
Sebuah salinan perjanjian kerahasiaan PKT yang diperoleh majalah online Bitter Winter telah menuntut agar penduduk tidak “menyebarkan desas-desus,” mengadakan wawancara dengan media, atau mengungkapkan informasi melalui media sosial atau pesan SMS “yang bertentangan dengan kebijakan Partai dan pemerintah.”
Penduduk Xinjiang harus mengatakan “hanya hal-hal baik tentang pemerintah,” dan “memuji kebijakan Partai [Komunis],” ungkap seorang pengusaha dari kota Ghulja di Prefektur Otonomi Ili Kazakh, yang saat ini berdagang di negara tetangga Kazakhstan, mengatakan kepada RFA.
“Orang-orang telah diajarkan apa yang harus dikatakan, dan mereka diperingatkan untuk tidak menyebutkan kesulitan yang sedang mereka hadapi.”
Perjanjian kerahasiaan lain untuk tahanan telah diperoleh The Epoch Times. Perjanjian dari Kabupaten Awat menyatakan bahwa tahanan tidak boleh “menceritakan tentang pelajaran, kehidupan, jumlah orang, dan pekerjaan di dalam pusat pelatihan,” atau mereka akan dimintai pertanggungjawaban “sesuai dengan hukum dan peraturan yang relevan dari negara mereka.”
Kunjungan internasional ke wilayah barat laut Tiongkok tersebut diperkirakan dalam beberapa minggu, menurut laporan RFA.
Beberapa negara anggota PBB telah meminta Tiongkok untuk mengizinkan para pengamat masuk ke wilayah tersebut selama tinjauan berkala universal Dewan HAM PBB pada 6 November tahun lalu di tengah meningkatnya kesadaran internasional dan meningkatnya bukti tentang fasilitas penahanan massal yang dibangun dengan cepat di dalam fasilitas Xinjiang seperti citra satelit yang dikumpulkan oleh para peneliti online.
Over 700,000m2 of construction since June.
The size of Xinjiang's re-education camp network has more than doubled in the last year.
Read our latest findings analysing 28 separate detention camps at https://t.co/541qluIjURImpossible without @DaniellesCave, @fryan & @ASPI_ICPC pic.twitter.com/y3XF7AkfTm
— Nathan Ruser (@Nrg8000) October 31, 2018
Banyak kesaksian dari mantan tahanan Uighur juga mengungkapkan meluasnya pelanggaran hak asasi manusia yang diderita oleh orang-orang yang ditahan di dalam kamp-kamp tersebut, dimana Uighur perantauan sedang meneriakkan genosida rakyat mereka oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Kelompok Uighur, bersama dengan etnis minoritas lainnya di Xinjiang dan Tibet, serta penganut agama yang masih berada di luar kendali negara, telah lama menjadi sasaran PKT yang berkuasa untuk mengubah pemikiran melalui “pendidikan ulang”, apa yang oleh para pengamat luar disebut pencucian otak.
Pada bulan Oktober, pihak berwenang Xinjiang telah mengubah permainan untuk melegalkan fasilitas-fasilitas penahanan tersebut, dengan mengatakan mereka harus “mendidik dan mengubah” orang-orang yang dianggap PKT membawa resiko “tiga kekuatan jahat” tentang “ekstremisme, separatisme, dan terorisme.”
Fasilitas-fasilitas tersebut telah diubah namanya menjadi “pusat pelatihan keterampilan” dan sekarang, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa para tahanan sedang bekerja melawan kehendak mereka di dalam fasilitas kerja paksa di dalam kamp-kamp yang berbentuk pusat pelatihan tersebut.
PERMAINAN TIPU MUSLIHAT
Pengusaha Uighur, Abdurahman Hasan, yang melarikan diri dari Xinjiang pada Januari 2017 setelah dia dimasukkan dalam daftar hitam oleh PKT, percaya bahwa Beijing sedang melakukan upaya-upaya memindahkan para tahanan untuk menipu tim-tim inspeksi internasional.
“Sekarang mereka memindahkan banyak orang ke Tiongkok bagian dalam. Saya pikir Tiongkok sedang berusaha menipu organisasi internasional,” kata Hasan kepada The Epoch Times dalam sebuah wawancara telepon dari Istanbul, Turki.
Provinsi-provinsi Tiongkok termasuk Heilongjiang, Mongolia Dalam, Shaanxi, dan Gansu, masing-masing telah menetapkan kuota tahanan untuk diterima, sumber PKT mengatakan pada Bitter Winter. Provinsi Shaanxi dilaporkan telah diberi kuota 25.000.
Orang dalam yang mengetahui tentang pemindahan tersebut mengatakan kepada majalah bahwa ribuan orang Uighur telah dipindahkan dari prefektur Kashi pada bulan September, dan bahwa PKT sedang sangat cermat dalam menyembunyikan pemindahan-pemindahan para tahanan tersebut.
Bus-bus ditutupi dengan label-label yang menyesatkan, jendela-jendela gelap, dan orang-orang Uighur dipindahkan pada malam hari dengan kepala mereka ditutupi dengan karung hitam, menurut orang dalam tersebut.
Selama pemindahan ke tempat baru, para petugas berkomunikasi menggunakan gerakan tangan, seragam-seragam dilucuti tanpa lencana dan nomor ID, dan plat nomor disembunyikan.
Pengusaha Ghulja tersebut mengatakan kepada RFA bahwa ketika dia berada di Xinjiang, dia secara teratur melihat kendaraan polisi di dekat rumahnya yang dia yakini sedang memindahkan para tahanan melalui “jalan-jalan tertutup” di wilayah tersebut.
PENGHANCURAN BUKTI: KAWAT BERDURI, KAMERA KEAMANAN, BENDERA RRT
Nathan Ruser, seorang peneliti di Australian Strategic Policy Institute (ASPI), mengatakan kepada The Epoch Times bahwa ia percaya PKT akan bekerja lebih awal dari inspeksi yang diperkirakan akan datang dengan menghilangkan bukti-bukti yang dapat menunjukkan bahwa fasilitas tersebut bersifat hukuman, serta meningkatkan kualitas penampilan aspek-aspek kamp yang ada agar sesuai dengan narasi mereka bahwa tempat tersebut menjadi fasilitas pengajaran untuk “keterampilan-keterampilan kejuruan.”
“Mereka bisa menurunkan beberapa pagar sehingga para tahanan memiliki lebih banyak gerakan di dalam fasilitas tersebut,” kata Ruser. “Kita mungkin melihat arah perhatian yang lebih kuat terutama pada pabrik-pabrik dan saya pikir kita akan melihat pemeliharan kesehatan (sanitasi), mereka akan membuat pabrik-pabrik itu jauh lebih berkualitas.
“Saya pikir mereka akan mencoba menyoroti bangunan-bangunan kelas dan gedung-gedung administrasi daripada asrama-asramanya.”
Seorang petugas kantor polisi dari kota Tazghun mengatakan kepada RFA bahwa pihak berwenang telah melepas kawat berduri dari tembok-tembok kamp, palang-palang logam dari pintu-pintu dan jendela-jendela sel, serta kamera-kamera CCTV.
Dalam beberapa minggu terakhir, bendera RRT telah dikeluarkan dari jalanan Xinjiang dan diganti dengan “dekorasi imitasi alat-alat musik Uighur,” kata pengusaha dari kota Ghulja kepada RFA.
Dia menambahkan bahwa penduduk sedang dilatih untuk bernyanyi dan menari, dan diberitahu untuk “tersenyum gembira” sambil memperlihatkan “bahagia, antusias … dan puas dengan kehidupan.”
“Tidak ada yang terlihat sedih, kalau tidak maka akan ada konsekuensinya,” katanya.
Pejabat-pejabat Xinjiang mungkin sedang mencoba untuk “mengurangi jumlah” tahanan sambil berfokus pada “aspek pelatihan keterampilan,” tambah Ruser.
“Sepertinya mereka akan mencoba menggunakan narasi tersebut bahwa fasilitas-fasilitas tersebut tidak sedang membatasi ruang lingkup kebebasan untuk kehidupan para tahanan dan sebaliknya malah menyajikannya sebagai kesempatan.” (ran)
Tonton yang berikut:
Pusat Cuci Otak di Tiongkok Menjadi Target Senator Australia
https://www.youtube.com/watch?v=Y628crKRgAA